WASHINGTON (Arrahmah.com) – Para pejabat intelijen AS menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit dari anggota parlemen pada Rabu (16/2/2011) mengenai Ikhwanul Muslimin Mesir karena dinilai tidak memiliki informasi yang cukup mengenai pandangan dan tujuan kelompok oposisi tersebut, lansir Dawn pada Kamis (17/2).
Para pejabat intelijen berusaha untuk menjawab pertanyaan mengenai agenda gerakan Islam tersebut, di tengah tudingan parlemen bahwa agen intelejen AS tidak siap dengan kerusuhan di Kairo yang memaksa penguasa kuat Mesir, Hosni Mubarak, untuk mundur pekan lalu.
Direktur Intelijen Nasional, James Clapper, mengatakan pada para senator dalam sidang bahwa kelompok itu tidak berbicara dengan satu suara dan bahwa dia tidak yakin tentang sikap Ikhwanul Muslimin terhadap Iran, perjanjian damai Mesir-Israel, dan penyelundupan senjata ke Gaza.
“Sulit untuk saat ini untuk menunjukkan agenda tertentu dari Ikhwanul Muslimin sebagai sebuah kelompok,” katanya.
Dianne Feinstein, ketua komite intelijen, menyuarakan ketidakpuasan dengan jawaban Clapper dan mengatakan badan intelejen yang seharusnya mencari tahu informasi mengenai kelompok tersebut agar bisa mengetahui bagaimana kondisi Mesir saat mengalami kehampaan politik seperti saat ini.
“Dari perspektif intelijen, sangat penting bahwa kita mengetahui di posisi mana Ikhwanul Muslimin dan apa yang cenderung terjadi. Mesir adalah negara kunci di Timur Tengah. Dan saya khawatir tentang itu,” katanya.
Clapper mengatakan badan-badan intelijen akan mendukung usaha mereka.
“Ini jelas sesuatu yang akan kita amati. Kita harus meningkatkan pengamatan,” katanya.
Badan-badan intelijen AS menjalin hubungan dekat lebih dari tiga dekade dengan rezim Mubarak, upaya besar yang dikhususkan untuk melakukan pelacakan dan menekan Ikhwanul Muslimin, serta gerakan-gerakan Islam lainnya.
Selain itu, anggota parlemen pun meminta agar badan intelejen AS mengawasi Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya dengan sangat hati-hati.
Clapper semakin menguatka keraguan parlemen mengenai kinerja badan-badan intelijen minggu lalu ketika ia menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin “sangat sekuler.” Namun pada Rabu, ia segera mengklarifikasi pernyataannya.
“Ikhwanul Muslimin ini jelas tidak sekuler. Apa yang ingin saya sampaikan di sini, adalah bahwa Ikhwanul Muslimin di Mesir berusaha untuk memasuki sistem politik yang telah sekuler,” kata dia.
Direktur CIA Leon Panetta mengatakan pada senator bahwa Ikhwanul Muslimin tidak “monolitik” tetapi badan intelijen akan mengikuti dan memantau organisasi tersebut, termasuk “unsur-unsur ekstremis.”
Mengutip kerusuhan di Mesir dan Tunisia, Panetta telah mengumumkan gugus tugas yang terdiri dari 35 anggota yang seharusnya untuk meningkatkan pengumpulan informasi intelijen bersama CIA terkait dengan segala hal yang bisa menjadi bahan bakar pergolakan politik. (althaf/arrahmah.com)