(Arrahmah.com) – Tanya: Ustadzah minta tips agar suami tidak membandingkan istri dengan wanita lain…
Jawab:
Setiap istri tidak suka dibandingkan dengan perempuan lain, meskipun perempuan lain itu notabene istrinya yang lain.
Membandingkan ini maksudnya dalam hal fisik, ketrampilan, kepandaian, kecerdasan dll. Bukan dalam rangka memuji. Bentuk pujian misalnya, “Engkau bagiku laksana Aisyah di sisi Rasulullah Saw.” Atau ” Engkau Khadijah bagiku.” Dua kalimat ini adalah pujian yang bisa membuat istri bahagia.
Untuk itu janganlah seorang suami mengatakan kepada istrinya kalimat-kalimat semacam ini: “Engkau tidak selangsing dia; Dia lebih cantik daripadamu; Kau tak sesabar dia; Masakanmu tak seenak A; Seharusnya engkau perlakukan anakmu seperti dia memperlakukan anaknya; dan banyak lagi perkataan yang menyatakan bahwa wanita lain lebih baik daripada istrinya.
Hal ini akan membuat istri sedih dan merasa rendah diri. Bila seorang istri rendah diri atau sedih, maka yang dihasilkannya bukanlah kebaikan-kebaikan.
Hal yang juga tidak selayaknya dilakukan suami adalah memuji-muji wanita lain di depan istrinya. Termasuk juga memuji-muji salah satu istri di depan istri lainnya. Suami harus menjaga perasaan istri agar tidak sedih bila dibanding-bandingkan dengan yang lain.
Ini yang harus dipahami oleh seorang suami agar bisa bijaksana di hadapan istri.
Bagaimana tips agar suami tidak melakukan ini?
1) Sebagai sahabat yang baik bagi suami, maka istri perlu menyampaikan hal-hal yang membuatnya sedih, resah atau hal-hal yang membuatnya senang dan bahagia.
Tentu istri harus bijaksana bahwa apa yang menjadi keinginan dan kebahagiaannya adalah sesuatu yang mampu diwujudkan suami. Bila hal tersebut mampu diwujudkan suami, tentu suami yang baik akan melakukannya.
2) Seorang suami yang baik, akan senang dan bahagia bila mampu melakukan sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan istrinya. Untuk itu berprasangka baik kepada suami adalah hal yang harus diupayakan istri.
Demikian juga memahami suami sehingga tidak meminta sesuatu yang di luar kesanggupannya.
3) Istri juga hendaknya memahami yang disukai suami dan apa yang tidak disukainya. Istri yang Sholihah tidak akan melakukan hal-hal yang tidak disukai suaminya. Istri Sholihah akan melakukan hal-hal yang disukai suaminya
4) Sebagai seorang istri, tentu memiliki nilai baik atau kelebihan di hadapan suaminya. Karena tentu dengan alasan itulah suami menikahinya.
Fokuslah pada kelebihan diri sendiri. Baik itu berupa keahlian atau ilmu. Dengan kelebihan yang dimiliki, maka akan memudahkan beramal shalih. Misalnya bermanfaat untuk orang lain.
5) Perhatikanlah kelemahan diri dan berupayalah untuk memperbaikinya.
Kuatkan iman dan ibadah hanya kepada Allah.
Bangunlah akhlak yang terpuji dan buanglah yang tercela. Bila seorang muslimah memiliki keutamaan adab dan akhlak, budi pekerti Islam yang luhur, maka tidak ada satupun muslim (manusia secara umum) yang membencinya.
Bila saudara-saudaranya sesama muslim saja menyukainya, maka apalagi suaminya. Karena seorang muslimah yang memiliki adab dan akhlak yang baik terhadap manusia lain, maka tentunya terlebih-lebih kepada suaminya.
6) Jadilah diri sendiri dengan adab dan akhlak yang Islami. Jadilah muslimah shalihah berkepribadian Islam.
Tuntutlah ilmu untuk memperbaiki adab dan akhlak serta amal shalih. Bersyukurlah atas segala apapun yang dikaruniakan Allah SWT kepada diri kita. Pribadi yang selalu bersyukur adalah pribadi yang memiliki rasa percaya diri sebagai seorang muslim, Hamba Allah SWT.
Sumber: Grup Telegram Wanita Shalihah Channel
(ameera/arrahmah.com)