GAZA (Arrahmah.com) – Desakan pemulihan hubungan antara rezim Suriah dan gerakan perlawanan Palestina Hamas semakin kencang menyusul pernyataan Sekretaris Jenderal kelompok Syiah “Hizbullah”, Hassan Nasrallah, tentang kondisi kondusif antara Hamas dan rezim Suriah.
Dalam wawancara panjang dengan TV Lebanon al Mayadeen pada 27 Desember, seperti dikutip Al Monitor (8/1/2021), Nasrallah berkata, “Hubungan ini harus dipulihkan, tetapi akan memakan waktu.”
Dia menambahkan bahwa pertemuannya dengan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, di dekat Beirut beberapa bulan terakhir menunjukan bahwa Hamas memiliki indikasi kuat untuk memulihkan hubungan dengan Damaskus.
Hubungan Hamas dan rezim Suriah memburuk setelah pecahnya revolusi Suriah pada akhir tahun 2011. Hamas mengambil sikap tidak memihak dalam konflik tersebut. Akibatnya, Hamas meninggalkan wilayah Suriah pada awal 2012.
Pemimpin rezim Suriah Bashar Asad menuduh Hamas dan beberapa anggotanya mendukung kelompok oposisi Suriah dan berperang bersama mereka.
Rezim menangkap beberapa anggota Hamas yang tetap berada di wilayah Suriah dan menyita properti serta aset mereka.
Namun setelah Al Monitor mencoba menanyakan tentang upaya memulihkan hubungan dengan rezim Suriah, beberapa pejabat Hamas menolak berkomentar.
Sumber yang dekat dengan Hamas di Libanon, mengatakan kepada Al Monitor, bahwa kepemimpinan Hamas telah melarang pejabat dan juru bicara media untuk berbicara dengan pers tentang negosiasi tersebut.
Sumber tersebut mengatakan kepada Al Monitor bahwa telah terjadi kemajuan luar biasa dalam pembicaraan yang dipimpin oleh Iran dan Hizbullah untuk memulihkan hubungan Hamas dengan Suriah.
Tercatat, Haniyeh beberapa kali duduk bersama Nasrallah di Beirut untuk membahas masalah hubungan Hamas dan poros Iran, mencakup Suriah dan “Hizbullah”, serta pemulihan hubungan dengan rezim Suriah.
Sumber-sumber tersebut memperkirakan, pada 2021 diperkirakan beberapa pemimpin Hamas akan kembali ke Damaskus.
Mediasi yang digagas kelompok Syiah “Hizbullah” dimulai pasca Haniyeh terpilih sebagai pemimpin Hamas yang baru.
Damaskus sebelumnya tidak terlalu suka dengan mantan pemimpin Hamas sebelumnya, Khaled Mashaal, yang pernah mengibarkan bendera oposisi Suriah selama upacara Hamas di Jalur Gaza pada 2012.
Salah satu anggota parlemen Iran mengindikasikan bahwa mendiang jenderal Syiah yang kematiannya diperingati Hamas, Qasem Soleimani, mempelopori upaya itu tepat sebelum dia terbunuh pada Januari tahun lalu. (Hanoum/Arrahmah.com)