SINAI (Arrahmah.id) – Afiliasi ISIS pada Ahad (8/5/2022) mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan stasiun pompa air di sebelah timur Terusan Suez, yang menewaskan sedikitnya 11 tentara.
Setidaknya lima tentara lainnya terluka dalam serangan pada Sabtu (7/5), menurut militer Mesir. Itu adalah salah satu serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan Mesir dalam beberapa tahun terakhir.
Ribuan orang menghadiri pemakaman terpisah untuk korban tewas pada Ahad, lansir Arab News (9/5).
Presiden Abdel Fattah Al-Sisi, memimpin pertemuan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, yang mencakup para komandan tinggi militer, untuk membahas konsekuensi dari serangan itu, kata kantornya tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Kelompok afiliasi ISIS mengumumkan klaimnya atas serangan itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Aamaq. Keaslian pernyataan itu tidak dapat diverifikasi tetapi dirilis di Telegram.
Serangan itu terjadi di kota Qantara di provinsi Ismailia, yang membentang ke arah timur dari Terusan Suez.
Militan menyerang pasukan di pos pemeriksaan yang menjaga fasilitas pompa, lalu melarikan diri dari lokasi. Militer mengatakan pasukan sedang mengejar para penyerang di daerah terpencil di utara Semenanjung Sinai.
Mesir sedang memerangi pemberontakan yang dipimpin ISIS di Sinai yang meningkat setelah militer menggulingkan presiden Muhammad Mursi yang terpilih secara demokratis. Militan telah melakukan sejumlah serangan, terutama menargetkan pasukan keamanan.
Laju serangan militan di teater operasi utama Sinai dan di tempat lain telah melambat sejak Februari 2018, ketika militer melancarkan operasi ekstensif di Sinai serta bagian Delta Nil dan gurun di sepanjang perbatasan barat negara itu dengan Libya. (haninmazaya/arrahmah.id)