KABUL (Arrahmah.id) – Matiullah Abid, juru bicara Kementerian Energi dan Air, mengatakan kepada Tolo News bahwa beberapa negara tetangga dan regional tertarik untuk berinvestasi dalam produksi energi bersih di Afghanistan.
Abid mengatakan bahwa kementerian tersebut memiliki rencana lima tahun untuk mencapai swasembada dalam produksi energi, dan dengan implementasinya, Afghanistan akan menjadi mandiri dalam produksi energi bersih.
“Kementerian Energi dan Air telah menyiapkan rencana lima tahun, dan jika rencana ini diimplementasikan, negara ini akan mencapai swasembada,” kata juru bicara Kementerian Energi dan Air.
Afghanistan merupakan reservoir untuk produksi energi dari berbagai sumber seperti tenaga surya, angin, dan air. Jika investasi dilakukan di sektor ini, kebutuhan listrik warga akan terpenuhi.
“Alasan di balik kurangnya swasembada listrik di Afghanistan adalah ketergantungan kami pada impor listrik. Listrik impor lebih murah, dan para donor selalu mempertanyakan mengapa kami tidak membeli listrik yang lebih murah dari negara tetangga, bukannya memproduksi listrik dalam negeri dengan biaya yang lebih tinggi,” ujar Amanullah Ghalib, mantan kepala perusahaan Breshna.
Investasi dalam produksi energi surya dan sumber pembangkit listrik lainnya merupakan salah satu tuntutan utama dari para industrialis dan warga negara.
“Afghanistan kaya akan sumber daya energi, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan. Sumber daya terbarukan seperti air, angin, matahari, dan pertanian dapat diakses, dan jika dikelola dengan baik, proses ini dapat memberikan hasil yang lebih baik,” ujar Abdul Zohur Madbar, seorang analis urusan ekonomi.
Hal ini terjadi karena Afghanistan saat ini hanya memproduksi 20% dari kebutuhan energinya di dalam negeri, sementara 80% listriknya diimpor dari Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Iran. (haninmazaya/arrahmah.id)