AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Petinggi militer dan politisi Barat secara terbuka menyatakan bahwa invasi Afghanistan, yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat sejak 10 tahun lalu di bawah slogan “perang melawan teror”, telah mengalami kegagalan.
7 Oktober 2011, menandai 10 tahun sejak pecahnya perang total serikat internasional kafir terhadap Islam. Perang ini dimulai dengan agresi pasukan NATO di Afghanistan.
Pada malam perayaan 10 tahun perang tersebut, mantan komandan agresor Barat, jenderal Stanley McChrystal mengkritik pasukan Barat. Seorang pejabat senior Jerman, Bundeswehr Harald Kujat juga setuju dengannya.
Dalam upaya untuk membenarkan kegagalan kampanye militer, Barack Obama menuduh pemerintahan tetangga, Pakistan, telah “memberikan kontribusi untuk mendestabilisasi situasi Afghanistan”. Tuduhan ini, bagaimanapun, adalah sepenuhnya tidak benar, terutama mengingat kenyataan bahwa Pakistan merupakan sekutu utama AS dalam perang melawan Imarah Islam Afghanistan, mengubah negaranya menjadi basis “rahasia” AS dan NATO.
Satu-satunya kesalahan adalah bahwa Islamabad tidak bisa mengalahkan Taliban Pakistan yang tertanam kuat di Selatan dan Utara Waziristan, pada gilirannya menjadi basis untuk Mujahidin di belakang dan garis terdepan.
Sementara itu, dalam sambutannya di Dewan Hubungan Luar Negeri, McChrystal mengatakan bahwa pasukan AS di Afghanistan bertindak membabi-buta dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan kampanye yang berlarut-larut.
“Kami tidak cukup tahu dan kami masih belum cukup tahu. Sebagian besar dari kami-termasuk saya-memiliki pemahaman yang dangkal mengenai situasi dan sejarah dan kami memiliki pandangan sederhana yang menakutkan dalam sejarah 50 tahun terakhir,” tulis agen berita Barat mengutip pernyataan McChrystal.
Menurutnya, tantangan terbesar pembentukan pemerintahan boneka di Afghanistan yang dapat dipercaya oleh penduduk, akan dapat mengurangi pengaruh Taliban.
Ia menekankan bahwa jika keputusan untuk menyerbu Afghanistan setelah serangan 11 September 2001 adalah jelas bagi aliansi Barat, kemudian diikuti intervensi 2 tahun kemudian di Irak, hanya menyebabkan kemarahan, terutama di dunia Muslim.
Pada gilirannya, mantan kepala inspektur Bundeswehr Harald Kujat mengatakan bahwa dari sudut pandang politik keterlibatan tentara Jerman dalam perang melawan Afghanistan telah selesai, komitmen sebelumnya untuk sekutu telah terpenuhi. Jerman telah menunjukkan solidaritas dengan Amerika Serikat. Namun berbicara mengenai kemenangan atas Imarah Islam Afghanistan, itu mengalami kegagalan lengkap.
“Ini membawa kita terlalu lama untuk mengakui, dalam kasus ini kita berbicara tentang operasi, di mana musuh berjuang dalam pertempuran militer dan kami harus melakukan hal yang sama.”
Menurutnya, karena fakta bahwa agresi NATO-AS telah lama didefinisikan sebagai “operasi untuk stabilisasi”, serdadu Jerman seharusnya tidak menerima senjata, dengan mana mereka dapat memukul musuh.
Namun, tuduhan ini benar-benar palsu. Jerman dan Amerika serikat serta seluruh negara NATO yang terlibat dalam agresi bersenjata melawan Imarah Islam Afghanistan tahu untuk tujuan apa mereka menyerang Afghanistan. Mereka telah melakukan segala daya mereka untuk mengalahkan Mujahidin. Jenis senjata paling modern yang dimiliki aliansi Barat digunakan dalam perang ini, sementara Afghanistan menentang agresor dengan bom rakitan dan senapan Kalashnikov. Namun senjata paling kuat yang dimiliki Mujahidin adalah bom martir.
Namun bagaimanapun, meskipun pengakuan dari berbagai pihak mengenai kegagalan agresi militer di Afghanistan, pengumuman penarikan pasukan pada tahun 2014 tidak dapat dipastikan. Komandan AS, Jenderal John Allen mengatakan bahwa tentara Amerika tidak akan benar-benar meninggalkan Afghanistan di tahun 2014.
“Sementara beberapa orang mungkin telah mendengar bahwa kami akan meninggalkan Afghanistan pada tahun 2014, kami benar-benar akan berada di sini dalam jangka waktu yang panjang,” kecamnya. (haninmazaya/arrahmah.com)