KABUL (Arrahmah.com) – Afghanistan mengatakan pihaknya akan me-review keberadaan pasukan asing yang dipimpin AS, mengikuti serangan terakhir yang telah merenggut nyawa 150 warga sipil.
Menteri Luar Negeri Rangin Dadfar Spanta mengatakan pada Sabtu (16/5) bahwa parlemen telah meminta untuk melakukan pengkajian ulang atas perjanjian yang ditandatangani oleh pasukan asing dan pemerintah interim Afghanistan pada 2002.
Kemajuan ini datang setelah sekitar 150 warga sipil termasuk 95 diantaranya anak kecil tewas dua minggu lalu ketika pesawat tempur AS menjatuhkan bom di dua desa di distrik Bala Baluk di sebelah barat provinsi Farah.
Lembaga HAM dan medis juga menuduh pasukan AS menggunakan posfor putih selama melakukan serangan mematikan tersebut.
Kementrian Pertahanan Afghanistan telah mengkonfirmasi dari jumlah warga sipil yang tewas menjadikan insiden Farah tersebut sebagai insiden paling mematikan bagi Afghanistan sejak invasi AS 2001.
Presiden Hamid Karzai telah meminta Washington menghentikan serangan brutal di negaranya yang akan mengakibatkan kerugian warga sipil yang cukup besar seperti kejadian terakhir.
Hampir 70.000 pasukan AS dan NATO berada di Afghanistan sejauh ini.
Sementara itu, pejabat tinggi Pentagon Robert Gates, mengatakan bahwa penambahan 21.000 personil tentaranya tidak akan mengurangi perintah penyerangan udara di seluruh negeri yang tengah konflik tersebut. (Althaf/ptv/arrahmah.com)