SURABAYA (Arrahmah.com) – Wakil Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jatim, Sholikhul Huda, MFil ,mengatakan bahwa, posisi NU dan Muhammadiyah sebagai penjaga Indonesia, pengawal NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah sangat penting. Kedua organisasi ini, berada dalam satu langkah menghadapi radikalisme yang bisa meruntuhkan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Karena itu, NU-Muhammadiyah seduluran sak lawase (menjadi saudara selamanya red.). Tidak boleh dipecah-belah, apalagi faktanya, para pendiri kedua organisasi ini adalah saudara seperguruan. Maka, seduluran (persaudaraan red.) antara almaghfurlah KH Hasyim Asyari dan KH Achmad Dahlan harus dirawat dengan baik oleh generasi kedua organisasi ini,” kata Sholikhul Huda, sebagaimana dilansir duta.co, Ahad (10/6/2018).
“Anda bica baca narasi Saudara Ade Armando di media sosial. Ini politik belah bambu. Dia menginjak kelompok satu dan mengangkat kelompok satunya. Harapannya memicu konflik antarkeduanya. Dan kalau itu terjadi, mereka akan tersenyum puas. Kita tidak boleh terpancing politik Armando, ini membahayakan Indonesia,” jelasnya.
Sholikhul Huda sangat menyayangkan komentar Armando di media sosial terkait respon Ormas NU dan Muhammadiyah terhadap gerakan radikal di Indonesia yang menyatakan NU lebih tegas dari Muhammadiyah kurang jelas.
“Saya kira pernyataan itu tidak tepat dan cenderung mengadu domba dan merusak persatuan umat Islam di Indonesia. Kita harus cermat dengan gerakan seperti ini,” urainya.
Sholikhul Huda juga menerangkan, Muhammadiyah secara tegas menolak cara-cara kekerasan, pengeboman dalam berdakwah. Muhammadiyah mengusung ideologi moderat yaitu ideologi tengahan yang menjunjung prinsip tawasuth, tawazun dan tasamuh.
Muhammadiyah menolak keras gerakan ekstrem agama, baik yang liberal kiri maupun radikal kanan.
“Di sini saya kira saudara Armando perlu banyak membaca lagi terkait gerakan Muhammadiyah, sehingga tidak muda melakukan simplifikasi dan kesimpulan yang dangkal,” imbaunya.
Menghadapi radikalisme dan terorisme, lanjut Sholikhul Huda, Muhammadiyah punya cara sendiri dan semua organisasi punya cara masing-masing termasuk NU dan itu hal lumrah dan saling menghargai. Dalam konteks menyikapi radikalisme dan terorisme Muhammadiyah lebih mengedepankan counter opini dengan penyebaran ideologi moderasi Islam dan cara cara santun, manusiawi dan mengikuti koridor hukum.
“Saudara Armando perlu tahu, cara dia memeta konflik NU-Muhammadiyah kurang pas sebagai seorang cendikiawan, dan perlu juga diketahui bahwa NU-Muhammadiyah adalah seduluran sak lawase demi Indonesia,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)