JAKARTA (Arrahmah.com) – Ustadz Felix Siauw turut angkat bicara terkait peristiwa seorang wanita non Muslim bernama Suzethe yang masuk Masjid Al Munawarah Sentul City dengan membawa anjing dan tanpa melepas alas kaki.
“Ada hal yang mengusik kita ketika kita melihat ada seorang perempuan datang ke masjid lalu bawa anjingnya sambil marah-marah,” ujar Ustadz Felix, melalui rekaman video.
Menurutnya, reaksi yang paling normal yang dilakukan kaum Muslimin, jelas marah, mereka berang, apalagi yang ada dimasjid.
“Kita gak kebayang lagi ada di masjid dengan kondisi begitu kira-kira apa yang akan kita lakukan? Kita mungkin juga termasuk yang mau nyeret perempuan itu keluar karena dia tidak bisa disadarkan secara damai, tidak bisa dibilangin secara biasa, dan anjingnya itu malah lari-lari kemana-mana. Setelah itu netizen ramai mengomentari kasus ini memberikan pandangannya dengan kasus ini, dan memberikan seperti apa sih seharusnya kaum Muslimin harus bertindak,” ungkapnya.
Ustadz Felix menanggapi komentar orang-orang yang menyamakan kasus ini dengan kasus di zaman Nabi ketika ada seorang Badui datang ke masjid kemudian kencing. Kemudian para sahabat yang ingin menghardik dan ingin menghukum orang Badui ini dihalangi oleh Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah membiarkan dia melakukan hajatnya, lalu menasehatinya, serta meminta para sahabat agar mengguyur bekas kencing itu dengan air.
“Nah kemudian mereka menyamakan, harusnya kita tidak usah marah-marah, seharusnya kita tidak udah ribut, lakukan aja seperti apa yang Rasulullah lakukan. Jadi, ada orang-orang yang sok bijak, kemudian muncul mengatakan dalil seperti ini, dan kita tidak tahu seperti apa yang dia alami. Kita tidak tahu apakah orang-orang ini benar-benar tidak mengerti, atau sengaja dia menggunakan hadist ini untuk kepentingan-kepentingan yang lain,” tandas Ustadz Felix.
Menurut Ustadz Felix, sebenarnya situasinya tidak benar-benar sama. Ketika ada seorang Badui yang kemudian kencing di masjid, Rasulullah sangat memahami bahwa orang tersebut belum faham tentang Islam. Lantas, orang Badui ini ketika datang lalu kencing di masjid bukan bermaksud menistakan agama, bukan bermaksud untuk menantang kaum Muslimin, tapi perbuatan itu murni karena dia tidak faham.
“Yang jelas Rasulullah faham bahwa orang ini tidak tahu. Ketidaktahuan orang ini menjadi alasan kuat untuk Rasulullah memberikan contoh seperti tadi,” jelasnya.
Dia menambahkan, lain kasusnya dengan yang sedangn viral ini. Orangnya bawa anjing datang ke masjid ngegas marah-marah, diomongin malah nendang-nendang, malah mukul-mukul, malah makin berang, makin sadis.
“Yang harus kita ketahui adalah, kalau andaikan dia tidak tahu kog agak sulit menerimanya, kalau dikatakan gila, tidak waras, mungkin dan akan lepas kalau seandainya orang itu memang dikatakan gila atau tidak waras. Tapi masa iya orang-orang gila dan tidak waras ini sangat banyak sekali, munculnya terus menerus, dan kenapa dibiarkan. Ini adalah sesuatu hal yang bisa merusak hubungan antar umat beragama,” paparnya.
“After all, teman-teman, saya hanya mau bilang, seandainya orang-orang yang ngomong zaman Nabi itu begini, hadisnya itu begini, lalu kemana aja Anda ketika orang-orang Muslim menginginkan bahwa apapun yang terjadi di masa Rasulullah itu kembali lagi untuk kita terapkan sekarang? Kenapa jika ada orang-orang yang ingin mengembalikan diri mereka kepada syariat Allah sebagaimana zaman Nabi lantas dikatakan ah zaman onta, ah itu kan zaman dulu, sementara kalau ada kejadian seperti ini, muncul orang-orang sok bijak yang mengatakan Nabi dulu begini, Nabi dulu begitu,” kata Ustadz Felix.
Ustadz Felix juga mempertanyakan, kenapa mereka mengambil sebagian perilaku Nabi dan tidak mengambil perilaku Nabi secara keseluruhan.
“Kenapa kita tidak meniru Nabi secara keseluruhan? Atau jangan-jangan ada maksud-maksud tertentu orang-orang itu mengucapkan perkara-perkara seperti ini. Oh jangan marah, oh tidak apa-apa, Nabi itu dulu begini, yang enak-enaknya saja, yang menurut mereka betul saja, yang sesuai dengan keinginan mereka, mereka kutip ini dari Nabi. Begitu ini tidak sesuai dengan nafsu mereka, mereka bilang kita harus mere-interpretasi, kita harus mengartikan ulang, kita harus melakukan dekonstruksi dan segala macam,” ujarnya.
Ustadz Felix menegaskan kalau ingin mengutip kisah hidup Nabi, jangan setengah-setengah.
“Jangan-jangan ini bukan mau meniru Nabi, tapi untuk menyesuaikan dengan hawa nafsu Anda,” tegasnya.
Ustadz Felix juga mengatakan, bahwa sikapnya atas kejadian ini adalah tentang rasa keadilan.
“Dan ini bukan tentang fiqih sebenarnya, anjing boleh atau tidak masuk masjid? Ini tentang rasa keadilan, dan ini tentang keberpihakan,” tandasnya.
(ameera/arrahmah.com)