TANJUNG KALSEL (Arrahmah.com) – Selalu ada upaya stigma negatif anti penegakkan syariah dan khilafah Islamiyah. Adapun stigma yang dikembangkan hari ini terkait khilafah adalah ISIS.
Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ustadz Syamsuddin Ramadan mengatakan, sejak dari dulu hingga sekarang ada fenomena menakut-nakuti penegakan kewajiban Khilafah.
Sebagai contoh belakangan ini adanya gerakan Islamic State Iraq and Syria (ISIS), ujarnya pada halal bihalal atau liqasyawal Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Tanjung, ibu kota Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Ahad.
Dikutip dari Antara, “ISIS itu mengatasnamakan kelompok penegak Khilafah, namun tidak memenuhi syarat syari,” lanjutnya di hadapan ratusan massa HTI dan simpatisannya di “kota minyak” Tanjung (236 kilomter utara Banjarmasin) tersebut.
Menurut dia, kewajiban menegakkan Khilafah merupakan keniscayaan yang sudah menjadi kesepakatan ulama, sehingga tidak ada perbedaan pendapat di dalamnya. “Bahkan Khilafah kewajiban yang lebih utama dari kewajiban lainnya,” katanya.
Menurut Ustadz Syamsuddin Ramadan, kewajiban tersebut berdasar perintah syariah dan ijma para sahabat Nabi Muhammad Shallalahu alaini wa sallam.
“Sahabat Nabi itu lebih mengutamakan mengangkat khalifah daripada sibuk menguburkan jenazah Nabi. Padahal menurut syari, menguburkan jenazah hukumnya lebih utama dipercepat dan didahulukan,” tegasnya.
Sementara Ketua Panitia Haris mengatakan, halal bihalal tersebut bertujuan untuk menjalin kebersamaan HTI bersama ulama dan tokoh masyarakat. “Menyatukan langkah menuju perjuangan penegakkan Khilafah sebagai pengganti sistem demokrasi,” katanya.
HTI se-Banua Anam Kalsel, selain melaksanakan halal bihalal di Masjid Al Abrar Islamic Center Tanjung, juga di Kandangan, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
“Untuk halal bihalal di Bumi Saraba Kawa Tabalong diikuti HTI dan tokoh masyarakat tiga kabupaten, yaitu Balangan dan Hulu Sungai Utara, serta daerah Tabalong sendiri,” ujarnya. (azm/arrahmah.com)