LIMAPULUH KOTA, (Arrahmah.om) – Pengakuan warga di wilayah Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, menyebutkan hampir tiap hari dinamit diledakkan penambang, sehingga meretakkan tanah di perbukitan. Saat hujan, retakan tanah itu dimasuki air sehingga menyebabkan longsor. kesimpilannya hampir dapat dipastikan, musibah longsor dan banjir di wilayah ini disebabkan oleh aktivitas tambang.
“Ada 5 perusahaan tambang berskala besar dengan meledakkan dinamit untuk memecah bongkahan batu yang ada,” terang sumber yang enggan disebutkan namanya, sebagaimana dikutip Haluan, Selasa (7/3/2017).
Dijelaskannya, saat beroperasi, satu perusahaan tambang setidaknya meledakkan dinamit dua kali dalam seminggu untuk. “Peledakan dinamit silih berganti antar perusahaan tambang. Kalau dihitung, memang hampir setiap hari ada peledakan dinamit,” ucapnya.
Meski demikian, ucapnya, perusahaan tambang batu dengan meledakkan dinamit tersebut, memang sudah berizin. “Perusahan-perusahaan tersebut memiliki izin untuk beroperasi,” terangnya lagi.
Tokoh masyarakat Pangkalan, Asyirwan Yunus menyakini hal tersebut. Tanah longsor yang terjadi menimpa sepanjang jalan Sumbar-Riau tersebut ada pengaruh dari aktifitas tambang. Hal itu didasari, jarak antara titik longsor, tidak jauh dari lokasi tambang. Hanya hitungan kilometer. “Kita menduga, ini pengaruh ledakan dinamit, sehingga merusak struktur tanah,” terang Asyirwan.
Mantan Wakil Bupati Limapuluh Kota tersebut menganalisa, akibat ledakan yang terus menerus sehingga menyebabkan tanah bergetar dan timbul rongga-rongga kecil pada dasar tanah di tebing bukit. “Ketika air masuk dalam jumlah besar, sehingga tanah bergerak dan menyebabkan longsor,” terang Asyirwan Yunus.
Beberapa tahun yang lalu, ketika Asyirwan Yunus masih menjabat sebagai Wakil Bupati Limapuluh Kota periode 2010-2015, ada sejumlah rumah warga yang retak-retak akibat getaran dari ledakan dinamit dari aktifitas tambang.
“Sekitar tahun 2013 silam, ada rumah warga yang retak, kaca jendela pecah akibat getaran ledakan dinamit oleh aktifitas tambang,” ucapnya lagi.
Karena kondisi Pangkalan saat ini memprihatinkan, terutama akibat tanah longsor, Asyirwan meminta kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Sumbar serta Pemkab Limapuluh Kota untuk menutup seluruh aktifitas tambang di Pangkalan.
“Apapun jenis tambang yang beroperasi harus segera dihentikan walaupun itu punya izin operasi. Ini mengingat kondisi Pangkalan kedepan terhadap dampak bencana yang diduga ada kaitannya dari aktifitas tambang,” tegas Asyirwan.
Sementara, Wakil Gubernur Sumbar yang sempat meninjau lokasi bencana di Nagari Manggilang dan Nagari Pangkalan, Kecamatan Pangkalan Koto Baru akan mengkaji ulang terhadap izin tambang yang beroperasi di kawasan tersebut.
“Kita akan kaji ulang izin tambang ini. Apakah kedepan seluruh tambang ini izinnya akan dicabut,”ucap Nasrul Abit. Nasrul Abit berjanji akan koordinasi dengan berbagai pihak, agar banjir dan lonsor ini tidak terulang setiap tahun.
Hingga hari ketujuh pasca-banjir dan longsor di Kabupaten Lima Puluh Kota, total korban tewas berjumlah delapan orang dengan rincian enam orang merupakan korban tewas akibat tertimbun tanah longsor dan dua lainnya merupakan korban banjir.
Setelah korban kedelapan ditemukan, pencarian terhadap korban longsor di Kelok 17 dihentikan untuk sementara waktu. Jika masih ada warga yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya dan diduga merupakan korban tanah longsor akan kembali ditindaklanjuti oleh tim gabungan.
(azm/arrahmah.com)