JAKARTA (Arrahmah.com) – Pengamat kontra terorisme Harits Abu Ulya mengatakan betapa lumrah warga negara Indonesia (WNI) pergi ke luar negeri. Beragam tujuan mereka pergi ke luar negeri. Ada yang bekerja, sekolah, wisata, dagang, diplomatik kenegaraan,atau suaka politik dan operasi intelijen dengan beragam cover.
“Namun ada realitas yang tidak bisa dipungkiri, bahwa ada WNI yang pergi ke wilayah konflik seperti Suriah,” katanya kepada arrahmah.com pagi ini.
Menurutnya kepergian WNI ke Suriah juga dengan beragam tujuan. Ada dalam rangka membawa bantuan kemanusiaan, melakuakn liputan perang, hingga lebih dari itu yakni masuk membantu dan terlibat dalam perang Suriah.
“Fenomena baru adalah hijrah yakni WNI pergi dari Indonesia dengan niat pindah dan menjadi WN negara lain,” jelas Direktur CIIA ini.
Hanya faktanya di sisi lain, imbuh Harits, IS-ISIS (Islamic Statete-Islamic State Iran and Sham) bagi dunia Barat dan rezim boneka di kawasan Timur Tengah khususnya diposisikan sebagai musuh dan ancaman bagi eksistensi mereka.
“Dan sikap politik ini teresonansi juga di dunia Islam lainnya termasuk Indonesia yang selama ini inheren dengan proyek dokonstruksi Barat terhadap Islam,” tukasnya.
Bukan hanya terkait IS-ISIS, pemerintah Indonesia sensitif terhadap warganya yang hendak pergi Suriah. Informasi yang dihimpun media ini, pada medio November 2014, sejumlah WNI juga dideportasi saat baru saja tiba di Turki. Ke 10 orang WNI ini bahkan baru saja menuruni tangga pesawat di Bandara Turki. Mereka langsung dideteksi oleh pihak keamanan Turki. Sumber Arrahmah.com menyebut, mereka diminta kembali naik pesawat begitu semua penumpang lainnya turun. Padahal maksud keberangkatan mereka ke Turki adalah untuk memberikan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Suriah yang sedang mengalami kelaparan dan kedinginan di musim dingin. (azmuttaqin/arrahmah.com)