Oleh: Aisyah N
Mahasiswi
Dilansir dari CNN Indonesia, belakangan ini warganet berbondong-bondong menyerukan tagar #KaburAjaDulu di sejumlah media sosial, termasuk X (Twitter). Bahkan ini sempat menjadi topik tren unggahan di Indonesia dalam media sosial X. Apa makna sebenarnya di balik tren #KaburAjaDulu?
Jika kita mencari kata kunci tagar tersebut di fitur pencari X, kita akan menemukan beragam unggahan tentang ajakan pindah ke negara lain. Entah dalam bentuk beasiswa pendidikan, lowongan pekerjaan, dan hal lainnya. Beberapa cuitan di X bahkan mengaitkan tagar #KaburAjaDulu dengan tagar viral lainnya seperti #PeringatanDarurat. Cuitan tagar ini juga disertai dengan keluhan netizen mengenai berbagai permasalahan di Indonesia. Kondisi ini tentu tidak lepas dari pengaruh digitalisasi terutama sosmed yang menggambarkan tentang kehidupan negara lain yang lebih menjanjikan.
Kualitas pendidikan yang rendah di dalam negeri bertemu dengan banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri di negara maju semakin memberikan peluang untuk “kabur”. Sulitnya mencari kerja bertemu dengan banyaknya tawaran kerja di luar negeri baik pekerja terampil maupun kasar dengan gaji yang lebih tinggi di negara maju. Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari fenomena brain drain yang menjadi isu krusial dalam konteks globalisasi/liberalisasi ekonomi yang semakin menguat, dan makin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan berkembang, menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan. Memang ada pro kontra warganet dalam menanggapi tren tagar #KaburAjaDulu ini. Namun jelas, hal ini menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi Indonesia dalam memberikan kehidupan yang sejahtera untuk rakyat. Ketidakadilan dan ketidakbecusan negara dalam mengatasi permasalahan negara terjadi dimana-mana. Bahkan semakin lama kondisi nya semakin parah. Wajar saja banyak yang setuju dan berkeinginan ‘kabur’ atau pindah negara.
Sistem Kapitalisme yang dijadikan sebagai asas negeri inilah akar masalah kondisi ini. Dan nyatanya kesenjangan ekonomi tidak saja terjadi di dalam negeri, namun juga di tingkat dunia, antara negara berkembang dan negara maju. Kapitalisme sudah menyebar di seluruh dunia dan perlahan-lahan semakin menghancurkannya. Pemimpin negara yang bertugas mengurusi kebutuhan rakyat, malah lebih mementingkan keuntungan sendiri daripada kesejahteraan rakyatnya. Orang-orang kaya semakin kaya, menyalah gunakan harta, orang-orang miskin semakin miskin, memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari saja sulit.
Islam mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat, dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warganegara individu per indvidu. Ada banyak mekanisme yang harus dilakukan negara termasuk diwajibkan menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki baligh.
Baik di sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa dengan pengelolaan SDA yang Allah limpahkan kepada kaum muslimin. Jika negara menggunakan sistem Islam dan khilafah, semua orang akan mendapatkan keadilan dan haknya sebagai rakyat. Semua orang akan berkecukupan, dari segi ekonomi, pendidikan, dan segala aspek lainnya.
Selain itu, strategi pendidikan khilafah mampu menyiapkan SDM yang beriman dan siap membangun negara, dan negara juga peduli dan menjamin kehidupan mereka sebagai warga negara. Tegaknya Khilafah akan menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan mewujudkan dunia yang adil dan sejahtera. Maka dari itu kita harus mengusahakan tegaknya sistem khilafah ini dengan banyak mempelajari Islam dan menyebarkan Islam. InsyaAllah suatu hari nanti kita bisa merasakan nikmatnya hidup dengan adanya sistem khilafah.
Wallahua’lam