(Arrahmah.com) – Senior Al-Qaeda, Abu Yahya Al-Libi melabeli pemimpin baru Somalia, Sharif Ahmed dengan label “penghianat dan pembuat konspirasi”, ia juga menyerukan kepada mujahidin Somalia untuk menghancurkan rezim baru tersebut.
Statemen tersebut disebarkan melalui pesan video yang dikeluarkan oleh As Sahab, sayap media Al-Qaeda, Jumat (13/2) pada forum-forum jihad internasional.
“Para musuh Islam menginginkan kalian untuk menyetujui ketetapan hukum sekuler yang mereka buat dengan persetujuan para penghianat dan konspirator, untuk mengubah apa yang baik menjadi sangat buruk,” ujar al-Libi.
Ia menambahkan bahwa pemerintahan baru Somalia tidak lain hanya contoh lain dari AS. Ia membandingkan Presiden baru Somalia dengan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, yang memerlukan persetujuan AS, sebagai bukti bahwa mereka adalah pengkhianat.
al-Libi juga mengatakan kemenangan dari angkatan Ethiopia di Somalia, adalah kemenangan yang diraih dengan jihad para mujahidin, dengan mengorbankan banyak hal, bukan dengan negosiasi dan intervensi asing.
Dia melanjutkan pemimpin jihad di Somalia tidak boleh menghentikan gerak mereka untuk tujuan yang tidak jelas. Jika ingin menerapkan hukum Islam, maka mereka harus meneruskan jihad mereka sampai tujuan mereka benar-benar tercapai.
Dengan adanya tentara “perdamaian” di Somalia (tentara Uni Afrika), menunjukkan bahwa tentara tersebut tidak ubahnya dengan tentara pendudukan yang dikirimkan negara-negara barat ke negeri-negeri muslim. “Lanjutkan jihad kalian melawan tentara-tentara Uganda yang telah menduduki daratan kalian dan jadikan mereka merasakan apa yang dirasakan tentara Ethiopia terdahulu. Bunuh mereka semua dimanapun kalian menemukan mereka.”
Dengan menghimbau untuk memerangi pemerintahan baru Somalia, al Libi menyerukan untuk “memberikan kesempatan” kepada pemimpin Islamic Court Union. Tidak lama setelah Sharif Ahmed mengumumkan dirinya sebagai presiden baru Somalia, empat fraksi Somalia langsung menyatakan diri bergabung dengan Shabaab al-Mujahidin, yang membentuk satu pergerakan untuk memerangi pemerintahan baru di bawah nama “Partai Islam”. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)