بسم الله الرحمن الرحيم
Terjemah Pesan Audio Amirul Mukminin Daulah Islam Iraq
Abu Umar Al-Qurasyi Al-Baghdadi
“Semoga Allah menjaganya”
Berjudul
[[:: Para Agen Pendusta ::]]
Bersumber dari
Nukhbah Media Jihad dan
Media Produksi Al Furqan
Mei 2009
Segala puji hanya bagi Allah, kita memuji dan meminta pertolongan kepada-Nya. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Illah kecuali selain Allah semata yang tidak membutuhkan sekutu, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Amma Ba’du
Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas lagi pendusta”.
Dan Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seperti termaktub dalam Shahih Al Bukhari :
“Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan ke jannah. Dan ada seseorang yang jujur hingga dia tercatat sebagai shiddiqin. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu menyeret ke neraka. Dan ada seseorang yang berdusta hingga dicatat sebagai seorang pendusta”.
Dan diriwayatkan juga oleh Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Tanda orang munafik itu ada tiga : Jika berkata berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat”.
Sungguh masyarakat terkejut dengan kedustaan pemerintah rezim Ba’ts di daerah Zona Hijau (Green Zone) dimana mereka mengaku telah menangkap seorang hamba yang fakir di Baghdad, aku menyangka bahwa apa yang telah mereka kerjakan itu hanya sebagai usaha untuk menutup-menutupi dahsyatnya serangan mujahidin. Akan tetapi masyarakat mulai bertanya-tanya tentang hal itu dan bahkan mempercayai kedustaan mereka tersebut, hingga mereka menampilkan sebuah gambar seorang lelaki yang telah mereka siksa yang tidak kami ketahui dari mana mereka mendatangkannya dan juga siapakah lelaki ini. Sesungguhnya penjara-penjara mereka penuh dengan hamba-hamba Allah yang terdzalimi dari kalangan Ahlus Sunnah, mereka mengaku bahwa yang ada di gambar tersebut adalah Abu Umar Al Baghdadi.
Ada kesamaan antara yang diperbuat para pendusta tersebut dengan apa yang telah dilakukan oleh penyembah berhala orang-orang kafir Quraisy. Ketika Penguasa Romawi Herkel berkata Abu Sufyan, ia berkata : “Dekatkanlah sahabatnya, sampai punggung-punggung mereka bersentuhan”, kemudian ia berkata kepada penerjemahnya, “Katakan kepada mereka bahwa aku bertanya tentang lelaki ini (Muhammad), jika ia berdusta maka mereka juga mendustakannya”. Maka berkatalah Abu Sufyan dalam sebuah riwayat : “Demi Allah, kalaupun aku berdusta maka itu tidaklah bermanfaat bagiku. Aku adalah salah seorang pemuka yang pantang untuk berdusta, dan aku mengetahui bahwa hal itu adalah mudah untuk melakukannya. Jika aku mendustainya maka mereka akan menjaga dariku. Kemudian mereka akan memperbincangkannya, maka aku tidak membohonginya”. Kedustaan hanya akan membawa perasaan malu dan kecelakaan.
Adapun mereka (para antek-antek musuh) hari ini, harga diri mereka adalah harga diri seorang budak. Berada dalam kebingungan diri mereka sendiri dan dalam pandangan manusia mereka lebih hina dari seekor lalat. Mereka tidak malu untuk melakukan kejahatan, karena sesungguhnya dusta adalah salah satu dari berbagai macam kejahatan. Bahkan dusta itu adalah pangkal dari segala kejahatan sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan”.
Kedustaan adalah wahyu dari setan yang lemah, maka tidak akan berpengaruh sedikitpun apabila hal itu ditujukan kepada perbuatan dan perkataan mujahidin. Kedustaan adalah sesuatu yang dihembuskan oleh para setan sebaaimana firman Allah : “Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun?. Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu,dan kebayakan mereka adalah orang-orang pendusta”. (QS. Asy Syu’ara’ : 221-223).
Tidak ada keraguan lagi bahwa mereka adalah para pengikut Rafidhah yang menyembah dan mendekatkan diri kepada Iblis mereka dengan suatu kedustaan. Mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –semoga Allah merahmatinya- musuh bebuyutan mereka : “Tidaklah pada setiap kelompok atau golongan Ahlul Kiblat banyak berdusta dan tidak membenarkan kedustaan mereka atau mendustakan kebenaran dari mereka. Apalagi perbuatan nifak yang ada pada mereka itu lebih tampak dari semua manusia”. Tidak ada bedanya antara pengikut Ahlus Sunnah pada umumnya ataupun pada keturunan mereka dari kalangan mujahidin pada khususnya, mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan sikap jujur, mereka mempercayai Allah sehingga manusia pun mempercayai mereka.
Az Zuhry –semoga Allah merahmatinya- berkata : “Demi Allah, seandainya ada penyeru dari langit yang menyeru bahwa Allah menghalalkan kedustaan maka aku sekali-kali tidak akan berdusta”.
Mereka itulah Ahlus Sunnah, dan bahkan merekalah ulama’ Ahlus Sunnah bukan ulama’ taqiyyah (menyembunyikan kebenaran) dan kejahatan.
Ringkasnya, kejujuran adalah pokok dari segala kebaikan dengan berbagai macamnya. Ia adalah ciri dari Ahlus Sunnah. Dan kedustaan adalah pangkal dari segala kejahatan dengan berbagai jenisnya, ia adalah syiar para penyembah Az Zahra dan Husain. Tidak diragukan lagi bahwa kedustaan yang paling besar dengan berbagai tingkatnya adalah saling berkaitan antara satu dengan yang lain sesuai tingkat kerusakan yang bersumber darinya.
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana termaktub dalam Shahih Muslim : “Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat dan tidak disucikan serta tidak dilihat Allah dan bagi mereka adzab yang pedih adalah orang tua yang berzina, penguasa yang berdusta, dan orang miskin yang sombong”. Dan diriwayat yang lain : “Tiga orang yang dimurkai Allah yaitu penguasa yang berdusta, orang miskin yang sombong, dan orang kaya yang pelit”.
Maka sungguh mengherankan wahai Ahlus Sunnah :
Bagaimana kalian rela untuk berhukum kepada orang yang menjadikan kedustaan sebagai dien (agama) sedangkan ia tidak merasa takut ketika berdusta walaupun dalam permasalahan yang sepele bahkan ia cenderung tergesa-gesa dalam menyampaikannya!?
Maka bagaimana ia akan menepati janji-janjinya kepada kalian sedangkan mereka berkeyakinan bahwa Ahlus Sunnah adalah duri bagi orang-orang kafir, darah dan harta mereka adalah halal !?
Inilah dia daerah yang mereka klaim akan mereka bebaskan dari tangan-tangan mujahidin, apa yang telah mereka berikan dan persembahkan kepada penduduknya dari rasa aman? Kecuali merampas harta para pedagang dan menodai kehormatan dan kesuciannya, sama saja apakah mereka melakukannya sendiri atau melalui antek-antek mereka dari kalangan murtaddin.
Wahai Ahlus Sunnah :
Kaum Rafidhah adalah musuh kalian, sejarah kemunculan mereka penuh dengan pengkhianatan kepada kalian dan selalu berbuat keributan terhadap kalian. Janganlah kalian mempercayai mereka, dan waspadalah dengan penipuan mereka kepada kalian. Perkataan mereka yang semanis madu itu pada hakikatnya adalah makar yang menakutkan lagi menyeramkan.
Kepada Tentara Daulah Islam :
Semoga Allah mencerahkan wajah kalian sebagaimana kalian telah mencerahkan wajah-wajah Ahlus Sunnah, sungguh demi Allah berbagai cobaan telah menimpa akan tetapi kalian adalah sebaik-baik perbendaharaan bumi yang tetap gemilang, tetap murni dan tetap teguh.
Dan berbahagialah wahai tentara Allah, sesungguhnya aku menilai bahwa ketika kalian tertimpa ujian kalian tetap bersabar, tetap teguh dan kokoh. Kalian tetap berjuang dan tetap percaya diri dengan apa yang telah menimpa. Kalian tetap menampakkan permusuhan kepada lawan. Maka berbahagialah dengan pahala yang akan kalian terima di akhirat dan kemenangan ketika di dunia. Sesungguhnya waktu yang terus berjalan ini lebih cepat dari apa yang telah kami perkirakan, biarkanlah musuh berpura-pura dengan segala cara yang mereka miliki pada masa yang telah kalian rencanakan ini, strategi “Hashodul Khoir” (menuai kebaikan). Dimana kerugian telah menimpa mereka pada tahun ini. Hal ini disebabkan bukanlah karena suatu kebetulan, dimana jumlah korban dari pihak Amerika lebih banyak sehingga mereka tidak lagi mengucapkan perkataan “korban yang terbunuh dalam sebuah kejadian bukanlah dari pihakku” !. Belum lagi ditambah dengan jumlah korban di pihak murtaddin, sehingga harga yang harus dibayar oleh Negara Persi Majusi tersebut untuk menanggulangi hal itu menjadi berlipat-lipat. Dan hal ini belum pernah terjadi kecuali sejak pendudukan Baghdad di tangan kekuasaan Salib Majusi, segala puji bagi Allah di awal dan di akhir.
Hari-hari telah ditentukan dan kalian akan menjumpai kemenangan melalui perantaraan tangan kalian dan kalian akan melihatnya dengan mata kepala kalian sebagaimana yang telah kalian saksikan sebelumnya, akan tetapi ini lebih gemilang, murni dan kokoh, serta hal itu tidak akan terjadi kecuali dengan :
Pertama : Sebaik-baik tawakkal kepada Allah, yakin dengan janji-Nya, bersikap jujur kepada-Nya, dan mengembalikan setiap permasalahan kepada-Nya.
Kedua : Konsisten dalam beramal sesuai dengan kemampuan dan sejalan dengan strategi “Hashodul Khoir” tanpa ada unsur peremehan dari segala segi, dan ketahuilah bahwa Allah telah menyeru kalian dan tidak meninggalkan bagi kalian suatu udzur. Allah Ta’ala berfirman : “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. At Taubah: 41).
Maka tidak ada keberhasilan, ampunan, dan kemenangan bagi kalian kecuali jika kalian memenuhi seruan Rabb kalian yang telah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih?. (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik baik kamu jika kamu mengetahuinya”. (QS. Ash Shaf : 10-11).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang mati dan belum pernah berperang atau terbetik dalam hatinya untuk berperang maka ia mati dalam salah satu cabang kemunafikan”. Dan diriwayatkan oleh Abu Dawud –semoga Allah merahmatinya- : “Barangsiapa yang belum pernah berperang, atau belum pernah menyiapkan bekal seorang mujahid atau menjaga keluarga seorang mujahid dengan baik maka Allah akan menimpakan kepadanya goncangan sebelum hari Kiamat”.
Maka kalian wahai para hamba Allah, berada pada perniagaan yang menguntungkan dan tidak ada kerugian di dalamnya. Sang Penjamin adalah Allah, cukuplah bagimu dengan sabda Nabi kita sebagai kabar gembira, sebagaimana yang disabdakan beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Allah menjamin memberi pahala bagi orang yang keluar dijalan-Nya, dimana ia tidak keluar kecuali karena keimanan kepada-Ku dan membenarkan Rasul-Ku maka Aku akan mengembalikannya dengan pahala, ghonimah atau Aku memasukkannya ke jannah. Kalaulah tidak memberatkan ummatku maka aku akan terus mengirim sariyyah (satuan operasi militer). Dan aku berangan-angan untuk terbunuh di jalan Allah kemudian hidup kembali kemudian terbunuh kemudian hidup kembali kemudian terbunuh”.
Dan ketahuilah wahai Waliyullah, wahai orang yang telah menambat jiwanya di jalan Allah… Sesungguhnya ketakutanmu, makanmu, minummu, tertawamu, gurauanmu, keringatmu, dan jejak sepatumu maka bagimu itu semua adalah bernilai pahala. Kalaupun tidak, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda tentang perihal kuda yang tertambat di jalan Allah : “Adapun itu semua adalah bernilai pahala bagi pemiliknya. Maka seseorang yang menambatnya di jalan Allah dan mempersiapkannya untuk tujuan fi sabilillah maka tidaklah sesuatu yang hilang dari perutnya di tulis di sisi Allah sebagai pahala bagi pemiliknya walaupun digembalakan di tanah lapang yang tidak makan sesuatupun kecuali Allah tetapkan sebagai pahala bagi pemiliknya. Walaupun diberi minum dari sungai maka bagi pemiliknya pahala disetiap sesuatu yang hilang dari perutnya. Sampai-sampai Allah menetapkan pahala pada kencingnya dan kotorannya serta disetiap langkahnya ditetapkan baginya pahala”.
Ini baru tentang kuda yang ditambatkan seorang muslim di jalan Allah, lalu bagaimana jika seorang muslim menambatkan dirinya bahkan harta dan keluarganya di jalan Allah? Dapatkah kalian membayangkan bagaimana pahalanya?
Maka Murnikanlah Keikhlasan Wahai Tentara Allah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya amal itu tergantung niat, dan kedudukan seseorang itu berdasarkan niatnya”. Dan sabdanya juga : “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah seseorang terluka di jalan Allah –dan Allah Maha Mengetahui siapa saja yang terluka di jalanNya- kecuali ia akan datang pada hari Kiamat sedang lukanya mengucur, warnanya warna darah dan aromanya aroma misk”. Dan sabdanya juga : “Terbunuh di jalan Allah itu lebih aku sukai daripada menjadi penduduk kota dan desa”.
Hendaklah perasaan di antara kalian tetap terjaga dan tidak hilang dari pikiran kalian selama-lamanya, jika kalian tidak sependapat apabila berselisih.
Allah berfirman : “Berlemah lembut kepada orang-orang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir”. (QS. Al Maidah: 54).
Akhirnya, aku mewasiatkan kepada kalian dengan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ada seseorang laki-laki berkata kepada beliau : “Berilah aku wasiat”. Maka beliau pun berkata :
“Aku mewasiatkan kepadamu agar bertaqwa kepada Allah, karena ia adalah pokok segala urusan, dan hendaklah kalian berjihad karena ia adalah kependetaan dalam Islam, dan hendaklah kalian memperbanyak dzikir dan membaca Al Qur’an karena hal itu adalah kegembiraanmu di langit dan sebagai ingatanmu di bumi”.
Ya Allah, Dzat yang menurunkan Al Kitab, menjalankan awan dan menghancurkan pasukan Ahzab. Hancurkanlah mereka dan tolonglah kami atas mereka.
{Dan Allah Maha Menang atas segala urusan-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya}
Saudara kalian
Abu Umar Al-Qurasyi Al-Baghdadi
Diterjemahkan oleh : Al-Akh Fursanul Izzah/ Forum Islam Al Tawbah