GAZA (Arrahmah.id) – Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyampaikan pidato melalui rekaman video pada Ahad (19/1/2025), setelah gencatan senjata mulai berlaku di Jalur Gaza. Dalam pidatonya, yang dilansir dari Al-Jazeera, Abu Ubaidah membahas kesepakatan gencatan senjata, jalannya pertempuran yang berlangsung selama 15 bulan antara perlawanan Palestina melawan penjajahan “Israel,” serta perubahan besar yang dibawa oleh pertempuran Thufan Al-Aqsha terhadap dinamika konflik di wilayah tersebut.
Pengorbanan Tanpa Batas
Abu Ubaidah menekankan bahwa rakyat Palestina telah memberikan pengorbanan luar biasa demi kebebasan dan kesucian mereka selama 471 hari terakhir.
“Pengorbanan dan darah yang dicurahkan rakyat Palestina tidak akan sia-sia,” tegasnya.
Ia juga mengakui rasa sakit dan penderitaan yang dialami rakyat Palestina sebagai harga perjuangan untuk membebaskan tanah, manusia, dan tempat suci mereka.
Implementasi Gencatan Senjata
Terkait kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada Minggu sore, Abu Ubaidah menjelaskan bahwa upaya mencapai kesepakatan untuk menghentikan agresi “Israel” telah menjadi tujuan perlawanan sejak awal serangan.
“Brigade Al-Qassam dan faksi perlawanan lainnya sepenuhnya berkomitmen terhadap kesepakatan ini, namun hal itu bergantung pada kepatuhan penjajah terhadap perjanjian,” katanya.
Ia menyerukan kepada para mediator untuk memastikan “Israel” melaksanakan kesepakatan gencatan senjata tersebut.
Era Baru dalam Konflik
Abu Ubaidah menyebut bahwa 471 hari pertempuran Thufan Al-Aqsha adalah momen bersejarah yang telah “memaku peti mati penjajahan yang pasti akan runtuh”.
Menurutnya, pertempuran yang dimulai dari Gaza ini telah mengubah wajah kawasan dan menciptakan dinamika baru dalam konflik dengan “Israel.” Pertempuran ini juga membuka front perlawanan baru dan memaksa “Israel” mencari dukungan dari kekuatan internasional.
Ia juga berterima kasih kepada sekutu perlawanan, seperti Hizbullah di Lebanon, Ansarullah (Houthi) di Yaman, dan perlawanan Islam di Irak, yang disebutnya sebagai “rekan senjata”. Mereka, kata Abu Ubaidah, telah memberikan pengorbanan besar dalam pertempuran ini.
Selain itu, ia memuji keberanian rakyat Yordania yang menerobos perbatasan dan melancarkan serangan terhadap “Israel.”
“Segala upaya untuk mengintegrasikan ‘Israel’ ke wilayah ini akan hancur oleh Thufan Kesadaran dan perlawanan rakyat yang merdeka,” ujarnya.
Heroisme Gaza
Mengenai jalannya pertempuran, Abu Ubaidah menjelaskan bahwa Brigade Al-Qassam dan semua faksi perlawanan bertempur bahu-membahu di seluruh Gaza, memberikan pukulan mematikan kepada musuh.
“Para pejuang kami bertempur dengan keberanian luar biasa hingga jam terakhir pertempuran, meskipun dalam kondisi yang tampak mustahil,” katanya.
Ia menekankan bahwa perlawanan melawan penjajah tidak seimbang, baik dari segi kemampuan militer maupun etika pertempuran.
“Ketika kami menyerang pasukan musuh, mereka membalas dengan kebrutalan dan kebiadaban baru yang ditujukan kepada rakyat kami.”
Dukungan dan Masa Depan
Abu Ubaidah memuji rakyat Palestina dan dunia Arab-Islam atas dukungan mereka terhadap perlawanan di Gaza, mengungkapkan bahwa mereka menerima jutaan pesan dukungan.
Ia juga menyebut bahwa tanggung jawab perlawanan selanjutnya berada di Tepi Barat, sembari memberikan penghormatan khusus kepada Jenin, yang disebutnya sebagai “saudara jiwa Gaza dalam keberanian dan keteguhan.”
(Samirmusa/arrahmah.id)