JALUR GAZA (Arrahmah.id) – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengancam “Israel” bahwa tidak akan ada tawanan yang meninggalkan Jalur Gaza hidup-hidup jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Peringatan itu disampaikan oleh juru bicara Hamas, Abu Ubaidah, melalui pernyataan yang disiarkan oleh televisi yang berafiliasi dengan Hamas.
“Baik musuh fasis maupun kepemimpinannya yang arogan… maupun para pendukungnya… tidak akan bisa membawa para tawanan hidup-hidup tanpa pertukaran dan negosiasi, serta memenuhi tuntutan perlawanan,” tegas Abu Ubaidah dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya pada Senin (11/12/2023).
Tuntutan yang dimaksud oleh Abu Ubaidah dalam pernyataannya merujuk pada pembebasan para tahanan Palestina yang ditahan oleh rezim Zionis “Israel” di penjara.
Pada akhir November lalu, Hamas dan “Israel” bersepakat untuk melakukan gencatan senjata sementara dan pembebasan para tawanan dari kedua belah pihak.
Saat gencatan senjata yang berlangsung selama tujuh hari tersebut, terdapat 105 tawanan yang dibebaskan Hamas. Sebagai gantinya, pihak “Israel” harus membebaskan 240 tahanan Palestina.
Gencatan senjata itu berakhir pada awal Desember ini, menyisakan sekitar 137 tawanan dari “Israel” yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Qatar yang menjadi mediator dalam perundingan antara “Israel” dan Hamas, mengatakan pada Ahad (10/12) waktu setempat bahwa upaya-upaya untuk mengamankan gencatan senjata terbaru dan membebaskan lebih banyak sandera sedang berlangsung.
Namun, lanjut Qatar, pengeboman tanpa henti oleh Israel terhadap Jalur Gaza telah ‘mempersempit peluang’ untuk mencapai hasil yang sukses.
Abu Ubaidah dalam pernyataannya juga menegaskan bahwa pihaknya akan terus bertempur melawan pasukan “Israel” di Jalur Gaza.
“Kami tidak memiliki pilihan selain melawan penjajah biadab ini di setiap area, jalanan dan gang. Holocaust yang dilakukan musuh bertujuan untuk mematahkan kekuatan perlawanan kami… namun kami bertempur di tanah kami dalam pertempuran suci,” tegasnya.
Perang berkecamuk di Jalur Gaza setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap “Israel” pada 7 Oktober lalu, yang disebut dengan operasi Banjir Al-Aqsa.
Para pejabat Tel Aviv melaporkan bahwa sekitar 1.200 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan itu. Lebih dari 240 orang lainnya disandera Hamas dan ditahan di Jalur Gaza.
“Israel” merespons serangan Hamas itu dengan gempuran via udara, darat dan laut terhadap Jalur Gaza.
Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 17.997 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas akibat rentetan serangan “Israel” selama lebih dari dua bulan terakhir. (Rafa/arrahmah.id)