GAZA (Arrahmah.id) – Juru bicara militer Brigade Al-Qassam Hamas, Abu Ubaida, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (13/1/2025) bahwa meskipun lebih dari 100 hari penghancuran dan genosida yang meluas oleh militer ‘Israel’ di Gaza utara, pejuang Perlawanan terus menimbulkan kerugian yang signifikan di antara pasukan ‘Israel’.
Ia mengumumkan bahwa lebih dari 10 tentara tewas dan puluhan lainnya terluka dalam 72 jam terakhir.
Abu Ubaida juga mengatakan bahwa kerugian ‘Israel’ jauh lebih besar daripada yang diakui secara publik dan meramalkan bahwa militer ‘Israel’ pada akhirnya akan menarik diri dari Gaza utara “dengan penuh rasa malu” tanpa mengatasi Perlawanan.
Ia mengkritik tindakan militer ‘Israel’, dengan menyatakan bahwa hasil utama dari tindakan tersebut adalah “kehancuran dan pembantaian warga sipil yang tidak bersalah.”
ABU OBEIDA:
Abu Obeida, the military spokesman for Al-Qassam Brigades, reported that their fighters inflicted heavy losses on the Israeli army, killing over 10 soldiers and injuring dozens in the past 72 hours.
He stated that the Israeli losses are far greater than reported,… pic.twitter.com/tdJOZECi03
— The Palestine Chronicle (@PalestineChron) January 13, 2025
Sementara itu, kelompok Perlawanan Palestina terus terlibat dalam pertempuran sengit melawan pasukan ‘Israel’ di Gaza utara dan tengah pada hari ke-465 Operasi Banjir Al-Aqsa. Bentrokan dan operasi yang ditargetkan telah dilaporkan di berbagai zona pertempuran.
Politikus ‘Israel’ dan mantan perwira militer senior Yair Golan mengkritik penanganan pemerintah terhadap perang di Gaza, dengan menyatakan perang seharusnya diakhiri lebih awal.
Dalam unggahannya di X, ia menuduh pemerintah memperpanjang konflik karena fokusnya pada mempertahankan kekuasaan dan masalah permukiman Gaza.
Dalam sebuah wawancara televisi, Golan menggambarkan hilangnya banyak tentara ‘Israel’ di Gaza sebagai “tidak masuk akal” dan menyerukan agar konflik segera diakhiri untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
Surat kabar ‘Israel’ Haaretz juga menyatakan kekhawatirannya dalam tajuk rencananya, mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memprioritaskan negosiasi pembebasan tahanan ‘Israel’ di Gaza. Surat kabar tersebut menyoroti perlunya menghentikan perang untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan meningkatnya korban di antara pasukan ‘Israel’. Haaretz memperingatkan bahwa kegagalan mengakhiri perang akan membuat tentara dan tawanan menghadapi bahaya yang lebih besar.
Selain itu, media ‘Israel’ melaporkan tewasnya 46 tentara dan perwira selama operasi yang sedang berlangsung di Gaza utara, khususnya di Jabaliya, Beit Hanoun, dan Beit Lahia.
Kampanye yang telah berlangsung selama tiga bulan itu dilaporkan telah menelan biaya yang sangat besar, dengan kritik yang ditujukan pada pendekatan militer untuk memasuki dan keluar Gaza tanpa mencapai kendali penuh. Taktik ini, menurut media, telah memungkinkan Hamas untuk memasang perangkap mematikan bagi pasukan ‘Israel’. (zarahamala/arrahmah.id)