BAGHDAD (Arrahmah.com) – Rencana Presiden Amerika Serikat kulit hitam pertama, Barack Obama, yang ia umumkan pada hari pertama pemerintahannya untuk menutup Guantanamo seolah menginspirasi pemerintah Irak . Bukan untuk menutup, tapi membuka kembali kamp penyiksaan tersadis yang pernah tercatat dalam sejarah, Abu Ghraib.
Pemerintah Irak mengumumkan bahwa Abu Ghraib akan kembali dibuka bulan depan dengan nama Baghdad Central Prison.
“Kami namakan Baghdad Central Prison karena reputasinya yang buruk sebagai penjara Abu Ghraib, bukan hanya karena apa yang sudah dilakukan orang Amerika di sana, juga karena rezim Saddam Husein,” demikian dikatakan oleh deputi Kementrian Peradilan Irak, Busho Ibrahim. Ia juga mengatakan bahwa sejak Sabtu (24/1), Abu Ghraib telah direnovasi untuk menyesuaikannya dengan standar internasional.
Pengumuman dibukanya kembali penjara yang pernah menjadi buah bibir masyarakat dunia akibat foto-foto kekejamannya beredar di berbagai media ini, datang karena militer AS mulai “kewalahan” untuk menahan tahanan Irak di bawah kesepakatan pertahanannya yang baru.
Ditargetkan 3.500 rumah tahanan selesai dibangun saat pembukaannya kembali pada pertengahan Februari dan setidaknya 15.000 selesai akhir tahun ini. Keluarnya pasukan Amerika dari bumi Irak, tidak mempengaruhi ummat Islam yang terjajah di sana. Karena sebuah penjara telah dipersiapkan untuk mereka yang menyuarakan penegakan syariat Islam secara gencar di Irak. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)