Magelang (arrahmah) – Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Ustad Abubakar Ba’asyir mengaku memaafkan semua perbuatan mantan Presiden Soeharto.
Pernyataan pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jateng, Ustad Abu bakar Ba’asyir ini disampaikan di sela-sela pengajian Tahun Baru Hijriah 1429 di Kampung Magersari, Kota Magelang, Rabu (9/1) malam. Menurutnya, sebagai manusia, ia mengaku sudah memaafkan semua perbuatan mantan Presiden Soeharto, atas dirinya.
“Kalau kesalahan sesama manusia, tentu kita maafkan. Karena itu yang paling baik,” ujarnya,
Dia pun juga mengajak semua masyarakat untuk mendoakan kesembuhan mantan penguasa Orde Baru tersebut. Namun, lanjut Ba’asyir masih ada kesalahan Soeharto yang dirinya tidak mempunyai hak untuk memaafkan. Yakni, pelanggaran atas syari’at Islam dengan menolak syari’at Islam sebagai hukum positif.
“Untuk itu saya anjurkan beliau bertobat, membaca kalimat syahadat dan mengakui kesalahannya,” ujarnya.
Dia pun juga mengaku, sudah memaafkan sikap pemerintah sesudahnya yang sempat menahan dirinya selama empat tahun. Dia mengatakan tidak akan menuntut pemerintah.
“Kita maafkan kesalahan secara pribadi. Tapi melanggar syari’at itu bukan hak saya, itu urusannya Allah. Untuk itu, saya nasehati supaya bertaubat,” katanya.
Ba’asyir mengatakan, Sang Pencipta adalah Maha Penyayang. Betapa pun besar kesalahannya seseorang akan tetap dibuka pintu tobat, selama sebelum sakaratul maut. Atas dasar itu, dia menganjurkan Pak Harto dan keluarganya mengoreksi diri kesalahannya tentang Islam.
“Bukan saya pribadi, itu sudah kita maafkan. Insya Allah nggak ada kesalahan apa-apa. Tetapi terhadap Islam ini kasihan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ba’asyir juga menyatakan pentingnya fungsi hijrah. Baik dalam arti batin, dari perbuatan kemaksiatan (munkar) kepada perbuatan yang baik (sholeh). Maupun hijrah secara fisik, yakni berpindah dari negeri Jahiliah yang penuh fitnah menuju negeri yang petunjuk dan penuh hidayah.
“Untuk itu, umat Islam dianjurkan mempunyai satu sifat loyal dan berlepas diri. Loyal kepada ajaran agama, dan berlepas diri dari yang bertentangan dengan ajaran Islam,” katanya.
Sumber: Hidayatullah