Abdullah Gül diangkat sumpahnya sebagai presiden baru Turki. Meski kaum sekular dan militer terus menghambat, faktanya, warga Turki “kangen” Islam
Abdullah Gül, akhirnya terpilih menjadi presiden baru Turki, Abdullah Gül mengatakan berjanji akan menghormati nilai-nilai sekuler Turki. Mantan Menteri Luar Negeri Turki ini adalah salah satu kader partai berbasis Islam, AKP. Gül terpilih sebagai presiden dalam pemungutan suara parlemen putaran ketiga kemarin.
Abdullah Gül merupakan politisi pertama yang memiliki latar belakang Islam yang menjadi kepala negara Turki sejak terbentuknya Republik Turki yang sangat sekuler ditahun 1923.
Gül dipilih dalam voting tahap ketiga, setelah terjadi ketegangan selama berbulan-bulan antara AKP berakar Islam yang berkuasa di negara itu dan kalangan sekuler.
Hari Senin lalu, kalangan militer sempat bernada keras dengan memperingatkan mengenai ancaman terhadap konstitusi Turki yang sekuler. Hal seperti ini selalu dilakukan kubu militer yang dikenal pendukung sekularisme guna menakut-nakuti naiknya politik Islam di negeri itu.
Jendral Yasar Buyukanit tidak menjelaskan siapa yang dia maksud dan mengatakan, mereka “mencoba mengikis nilai-nilai sekuler Republik Turki”.
Militer, yang memainkan peran sebagai penjaga sekularisme Turki, pernah menggulingkan empat pemerintahan dalam 60 tahun terakhir.
Untuk menjamin ketakutan kubu militer itu, Gül sebelumnya pernah berjanji akan tetap setia terhadap nilai-nilai sekuler.
Partainya, yang menang dalam pemilu lebih awal belum lama ini, hanya membutuhkan suara mayoritas kecil dalam putaran ketiga pemilihan guna menjamin pemilihan Gül.
Tetapi para pengamat mengatakan pernyataan itu jelas ditujukan kepada Gül, seorang Muslim yang taat. Meskipun pihak militer dan kaum sekularis selalu saja mempermasalahkan istri Abdullah Gül, Chayrunnisa karena sebagai Muslimah yang taat dan ke mana-mana selalu mengenakan jilbab.
Krisis politik
Gül, yang menunjukkan dia adalah seorang diplomat berpengalaman dengan membawa Turki menuju pembicaraan membahas keanggotaan dalam Uni Eropa, berjanji akan memimpin semua rakyat Turki dan menghormati semua institusi negara itu.
Bulan April lalu militer menyampaikan kekhawatirannya setelah Gül hanya gagal tipis mendapatkan cukup dukungan dari para anggota parlemen untuk menjadi presiden dalam putaran pertama.
Adu kekuatan antara partai Islam, AKP dan partai-partai sekularis yang terjadi setelah itu di parlemen memicu sebuah krisis politik yang menyebabkan pemilihan parlemen lebih awal Juli lalu.
Partai AK memenangkan pemilihan umum dengan meyakinkan, dengan 47% suara dan sekali lagi mencalonkan Gul untuk menduduki jabatan presiden.
Abdullah Gül dua kali gagal tipis mendapat dukungan cukup, namun sebelum pemilihan tahap ketiga ini dia sudah diperkirakan terpilih dalam pemilihan putaran ketiga hari ini di parlemen.
Pendiri negara Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk, melarang pengaruh agama dalam kehidupan masyarakat ketika dia mendirikan republik Turki yang bergaya Barat setelah Khilafah Usmani ancur. Fktanya, warga Turki sendiri secara kasat mata masih menginginkan kembalinya Islam.
Sumber: Hidayatullah