FARIDPUR (Arrahmah.com) – Pemimpin gerakan Jamaah-e-Islami, Abdul Qadir Mullah rahimahullah yang syahid (in syaa Allah) ditiang gantungan otoritas thagut Bangladesh pada Kamis (12/12/2013) telah dimakamkan di tanah kelahirannya di Faridpur pada Jum’at (13/12) pagi dan dihadiri oleh ribuan orang, lansir BBC.
Abdul Qadir Mullah dieksekusi atas tuduhan melakukan kejahatan perang pada tahun 1971. Ia digantung di penjara pusat Dhaka.
Setelah hukuman gantungnya sempat ditunda dua kali, Mahkamah Agung Bangladesh akhirnya menetapkan eksekusi terhadap dirinya pada Kamis. Mahkamah Agung menolak untuk peninjauan kembali kasusnya tersebut.
Awalnya Abdul Qadir Mullah hanya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada awal bulan Februari, namun ia dan pengacaranya membantah tuduhan kejahatan perang yang dialamatkan kepadanya dan mengajukan banding atas putusan itu.
Persidangan Mullah menjadi sorotan internasional dan beberapa pengamat mengatakan pengadilan tersebut berjalan dengan tidak adil. Kelompok hak asasi manusia juga mengatakan prosedur hukum pengadilan tidak memenuhi standar internasional.
Ratusan orang berkumpul di pusat Dhaka untuk merayakan berita kematiannya, mereka yang merupakan pendukung Jamaah-e-Islami mengatakan akan membalas kematiannya, menyerukan aksi unjuk rasa massal pada Ahad mendatang. Sebelumnya mereka telah memperingatkan pemerintah, jika eksekusi dilaksanakan maka akan membawa “konsekuensi yang mengerikan”.
Sebelum meninggal, Abdul Qadir Mullah sempat menulis sebuah pesan, berikut pesan yang ditulis Mullah dan diterbitkan oleh islam21c.com :
“Jika pemerintah ini membunuh saya dengan tidak adil, maka itu akan menjadi kesyahidan saya. Setelah kesyahidan saya, Allah akan memberi petunjuk bagi kalian. Dia adalah sebaik-baik pemberi petunjuk. Jadi kalian tidak punya alasan untuk khawatir.”
“Aku benar-benar tidak bersalah. Mereka membunuh saya hanya karena saya terlibat dengan gerakan Islam. Tidak semua orang beruntung untuk mendapatkan kesyahidan. Siapa pun yang diberkahi dengan kesyahidan oleh Allah adalah memang orang-orang yang beruntung. Jika saya menerima kesyahidan itu, maka itu akan menjadi pencapaian terbesar dalam hidup saya. Setiap tetes darah saya akan mempercepat kemajuan gerakan Islam dan akan menyebabkan kehancuran penindas. Saya tidak khawatir dengan diri saya sendiri. Saya prihatin tentang masa depan negara dan gerakan Islam. Seperti yang saya tahu, saya tidak pernah melakukan sesuatu yang salah. Saya telah mendedikasikan seluruh hidup untuk gerakan Islam bagi keselamatan ummat di Bangladesh. Allah adalah pemilik hidup. Hanya Allah yang akan memutuskan bagaimana saya akan mati. Kematianku tidak akan terjadi sesuai keputusan orang lain. Waktu dan cara kematianku akan terjadi hanya sesuai kehendak-Nya. Jadi, saya akan menerima semua keputusan Allah dengan senang hati.”
“Kalian harus sabar. Hanya dengan kesabaran dan toleransi kalian akan mencapai kemenangan yang dijanjikan oleh Allah. Bukan dunia, tapi akhirat yang menjadi tujuan saya. Saya meminta do’a kepada ummat Islam di seluruh negara agar Allah menerima kesyahidan saya. Salam saya untuk kalian semua.” (haninmazaya/arrahmah.com)