JAKARTA (Arrahmah.id) – Tren kepemimpinan elitis yang kehilangan empati dan simpati terhadap masyarakat kalangan bawah disorot Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.
Abdul Mu’ti menekankan, pentingnya model kepemimpinan yang mengedepankan pelayanan atau servant leadership.
“Kita melihat ada kecenderungan pemimpin yang mereka lebih sibuk untuk mementingkan dirinya, kroninya, kelompoknya dan mengabaikan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara,” ujar Abdul Mu’ti dalam sambutannya di acara Pengajian PP Muhammadiyah, dikutip Sabtu (14/9).
Ia menjelaskan, konsep servant leadership adalah kepemimpinan yang menempatkan pemimpin sebagai pelayan bagi masyarakat, organisasi, atau komunitas.
“Pemimpin yang melayani adalah mereka yang mengutamakan kepentingan komunitas, organisasi, dan masyarakat yang dipimpinnya daripada kepentingan dirinya keluarganya,” tegasnya.
Pernyataan ini disampaikan di tengah isu dinasti politik yang banyak dituduhkan sedang dibangun Presiden Joko Widodo jelang lengser sebagai Kepala Negara.
Sejumlah praktisi dan kritikus menganggap, dinasti politik ini tercermin dengan masuknya putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai Wapres terpilih 2024-2029.
Belum lagi upaya memberi jalan putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep untuk maju di Pilkada 2024 meski berujung kandas akibat tersandung aturan syarat pencalonan kepala daerah sebagaimana UU Pilkada.
Namun demikian, paparan Abdul Mu’ti terkait pemimpin yang sibuk mementingkan keluarga tidak dijabarkan secara jelas apakah ditujukan kepada Presiden Jokowi atau pihak lain.
Abdul Mu’ti hanya mengajak para pemimpin untuk introspeksi dan mengutamakan kepentingan rakyat dalam setiap pengambilan keputusan, terutama di tengah berbagai tantangan yang dihadapi bangsa.
(ameera/arrahmah.id)