GAZA (Arrahmah.com) – Mengutip pernyataan Abdullah Onim pada Jum’at (5/9/2014) kepada Tim Arrahmah, pawai PFLP memegang foto Hasan Nasrullah tokoh syiah hizbu syaithon (tidak dibaca sebagai hizbullah -red), murni usaha menjatuhkan citra Hamas dan Brigade Al-Qassam. Sementara, foto tersebut kian tersebar di media sosial dan diamini oleh para pengguna layanan internet Indonesia. Sungguh makar syi’ah terhadap perjuangan pembebasan Palestina tidak dapat kita diamkan begitu saja.
***
Terkait foto Hasan Nasrullah yang dipegang oleh pejuang Palestina di Gaza, Bang Onim – demikian sapa khas Abdullah Onim di kalangan media- menyatakan ia telah mencermati foto yang di sebarkan oleh media sosial (medsos) di Indonesia itu. Ia memperhatikan foto tersebut dengan seksama dan membenarkan bahwa foto tersebut diambil di Gaza City, tepatnya di Perempatan Saraya.
Namun, muncul ketidakpuasan dalam benak Bang Onim dengan kehadiran foto tersebut. Ia tergelitik tanda tanya besar, apakah foto tersebut foto baru yang diambil saat terjadi perang agresi “Israel” ke Gaza yang berlangsung selama 51 hari lalu ataukah foto lama? Ini perkara penting kata Bang Onim, karena ini terkait apa yang tersirat di balik foto itu, dan tentu saja hal ini terkait dengan nama baik Hamas dan Brigade Izzudiin Al-Qassam, pahlawan kita semua.
Ketidakpuasan itu lantas mendorongnya untuk turun ke Perempatan Saraya di pusat Kota Gaza untuk melihat langsung dan menyamakan foto yang beredar di medsos di Indonesia. Papan nama toko-toko yang ada di dalam foto memang benar, akan tetapi ketidakpuasan dan penasarannya terjawab sudah dan ia akhirnya tahu bahwa foto tersebut adalah foto lama.
Mengapa demikian? Karena pohon-pohon yang menjadi latar pada foto itu, ia lihat pada hari ini sudah sangat tinggi dan besar batangnya, juga rindang daunnya. Sedangkan di foto tersebut pepohonan itu masih nampak kecil dan daunnya baru tumbuh.
Kontan ini berdampak pada motif yang patut kita curigai. Ada apa di balik penyebaran kembali foto lama itu? Apa yang hendak disampaikan si penyebar utama foto lawas itu? Mengapa harus foto Hasan Nasrullah tokoh hizbusyaithon pentolan syi’ah yang dipilih? Semua itu pertanyaan yang wajib kita ketahui dengan sebenar-benarnya.
Tanggapan NGO Lokal di Gaza, NGO Asing di Gaza, para toko di Gaza terkait pemajangan foto Hasan Nasrullah
Terkait penyebaran foto Hasan Nasrullah tersebut, Bang Onim meminta pendapat dan kebenaran ke beberapa orang terpercaya di Gaza, juga NGO Asing di Gaza dan NGO Lokal di Gaza. Mereka semua membenarkan foto tersebut adalah foto lawas.
Yang menarik adalah, foto itu tidak tersebar di Gaza Palestina, dia hanya menjadi foto viral di Indonesia saja. Maka motif apa yang mendasari pelaku pertama menyebarkan foto Hasan Nasrullah di medsos Indonesia?
Menurut para NGO, sejak Gaza diblokade “Israel” selama 8 tahun, tidak pernah ada kasus pemajangan foto Hasan Nasrullah. Pun, jika ketahuan maka dilarang oleh pihak keamanan. Mereka heran mengapa ada foto seperti itu?
Serentak mereka menyimpulkan bahwa pertama, foto tersebut ditujukan sebagai upaya untuk memojokkan, menjatuhkan, dan mengotori nama Hamas dan Brigade Al-Qassam. Yang kedua, mereka yakin bahwa foto tersebut adalah foto lama. Sehingga tidak relevan lagi dengan peristiwa perang “dedaunan yang dimakan ulat” beberapa waktu lalu.
Ketiga, sepertinya Iran dan Hasan Nasrullah kecewa karena pada saat Khalid Misyal -dalam kata sambutan di Qatar dan Negara-negara lain- tidak pernah menyebutkan nama iran dan nama Hasan Nasrullah terkait kemenangan pejuang Palestina di Gaza dalam peperangan 51 hari melawan militer zionis.
Sekali lagi kami katakan bahwa pemajangan foto Hasan Nasrullah tersebut adalah perbuatan oknum Syi’ah yang tak bertanggung jawab, bukan atas nama pejuang Palestina.
Siapa mereka yang memegang foto Hasan Nasrullah?
Pertanyaan ini tak kalah penting. Orang yang memegang foto Hasan Nasrullah adalah berasal dari Brigade Abo Ali Mustofa, bukan dari Brigade Al-Qassam sayap militer Hamas. Brigade Abo Ali Mustofa(alm), adalah ketua dari gerakan yang pertama kali muncul di Gaza, gerakan tertua di Palestina, didirikan pada tanggal 11 Desember 1967.
Seorang pejuang Brigade Al-Qassam (tidak bersedia di sebutkan namanya) membenarkan bahwa, memang Brigade Abo Ali Mustofa juga ambil bagian dalam peperangan melawan Israel yang berlangsung selama 51 hari, akan tetapi mereka hanya melontarkan kurang dari 10-an roket ke “Israel”.
Lagi pula, pejuang Brigade Abo Ali Mostafa di Gaza hanya beberapa orang saja, jumlah mereka tidak banyak, tidak sampai ratusan orang. “Kami sangat mengetahui siapa mereka dan kami selalu memonitor ruang gerak mereka. Mereka berperang kurang dari 0,50 persen. Bahkan, dalam peperangan 51 hari mereka tidak turun ke lapangan langsung untuk berhadapan dengan militer zionis atau hanya melontarkan roket ke “Israel” dari tempat yang jauh,” konfirmasi seorang pejuang Al-Qassam kepada Bang Onim.
Ia melanjutkan, “begitu juga terkait penyebaran foto tersebut, itu foto lama dan ilegal karena pihak Hamas dan pejuang Palestina di Gaza melarang keras pemajangan foto-foto selain pejuang Palestina apalagi foto syiah Hasan Nasrullah. Pihak Hamas melarang keras, itu diluar dari pengawasan kami, sekali lagi itu foto lama, zaman dulu.”
Sejalan dengan konfirmasi dari pihak Brigade Izzudiin Al-Qassam, Bang Onim juga meminta pendapat warga Gaza. Beberapa orang masyarakat Gaza yang ia mintai pendapat tentang Brigade Abo Ali Mustofa mengatakan bahwa, “mereka itu sangat membenci orang orang yang taat terhadap agama, bahkan soal ibadah, tidak mengutamakan dalam hal sholat. Bahkan sejak awal-awal gerakan ini berdiri, mereka tidak percaya akan adanya (Tuhan = Allah swt), ya sudah otomatis karena gerakan ini di awalnya di sponsori dan di biayai oleh Rusia.”
Bang Onim mengiyakan pendapat orisinil warga Gaza tersebut. Sesuai realitas di lapangan memang benar, seperti itulah mereka. Karena selama di Gaza ia beradaptasi dengan siapa saja, termasuk memiliki beberapa teman dari Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) / الجبهه الشعبية التحرير فلسطين / Front Untuk Pembebasan Palestina, maka Bang Onim tahu betul bahwa jangankan bantuan penuh militer dari hizbu syaithon syi’ah, bantuan yang berdalih “kemanusiaan” bersyarat dari Iran dan Hasan Nasrullah bahkan ditolak oleh Hamas.
Sekitar 5 tahun lalu, pernah pihak Iran berencana membuat kantor cabang mereka di Gaza, dengan biaya senilai USD 250.000.000, berdasarkan info dari sumber terpercaya (dengan syarat anonim), akan tetapi ditolak keras oleh pihak Hamas. Begitu juga pihak hizbu syaithon, pernah berniat memberikan bantuan bagi warga Gaza yaitu berupa bantuan perlengkapan sekolah bagi anak-anak Gaza.
Saat itu, pihak hizbu syaithon Libanon mau membantu tetapi dengan syarat yaitu di masing-masing tas sekolah anak-anak Gaza di tempel/pasang foto Hasan Nasrullah. Lagi-lagi syarat konyol itu ditolak keras oleh pihak Hamas, sesuai info orang dalam yang sama. Menurutnya, sebesar apapun bantuan dan sepenting apapun bantuan yang diberikan kepada warga Gaza, jika ada motif tertentu maka ditolak mentah-mentah oleh pemerintah di Gaza.
Seperti pada tahun 2011 akhir, ada sekelompok oknum Gaza mencoba mengadakan ritual syi’ah di Gaza. Maka sebelum mereka megadakan ritual syi’ah, kabar itu sudah langsung didengar oleh militer Palestina di Gaza.
Kontan oknum-oknum tersebut (lebih dari 20 orang) langsung digerebek dan dijatuhi hukuman oleh pihak berwenang Palestina, dengan hukuman dipukul seluruh anggota tubuhnya dengan menggunakan balok dan kayu. Namun tentu saja, sesuai syar’i, setelah itu mereka dimasukkan ke rumah sakit Kamal Udwan di Gaza bagina Utara.
Qodarullah, saat mereka sedang dalam masa pengobatan, Bang Onim sedang berada di rumah Sakit Kamal Udwan, sehingga ia mendengar langsung dari para pasien oknum terkait. Maka seluruh informasi tersebut di atas dapat dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran di mata Allah subhanahu wata’ala.
Saran Bang Onim kepada para pengguna medsos Indonesia
Kepada Tim Arrahmah, Bang Onim di Gaza hanya memberi saran saja. “Hati-hati dalam menyebarkan informasi, kroscek terlebih dahulu berita-berita yang disebarkan oleh media sosial, jangan langsung disebarkan (copas), untuk menghindari perdebatan yang tidak penting,’ ujarnya bijak.
Ia menambahkan bahwa, perdebatan yang tidak penting akan membingungkan Ummat Islam, terutama Muslimin di Indonesia. Jangan sampai berita-berita di medsos yang 100% dipertanyakan keshohihannya (kebenarannya) tersebut, malah menegecewakan Pejuang Palestina di Gaza khususnya Brigade Izzuddiin Al-Qassam, yang Insyaa Allah benar-benar pejuang, bukan pejuang karbitan.
“Di tubuh rakyat Palestina sendiri masih berpotensi besar terjadi perpecahan internal antara Faksi Fatah dan Faksi Hamas. Maka, sudah sepatutnya kita ajarkan mereka, nasehati mereka agar dapat bersatu, jangan kita tunjukkan kepada mereka ketidakakraban kita di Indonesia,” saran Bang Onim.
Ia juga menegaskan bahwa untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi dengan cita-cita menegakkan kembali ke-Khalifah-an, tentu kunci utamanya adalah umat Islam harus bersatu, tidak saling menghina, mencaci maki, saling membenci dan saling memfintah. Jangan bermimpi ke-Khalifah-an akan tegak di muka bumi, jika masih bercerai-berai. Lagi pula, aliran-aliran itu buatan manusia.
Mereka mengaku pembela Islam dan Masjid Al-Aqsha, namun ternyata misi utamanya tak lain dan tak bukan hanya memecah belah Ummat Islam saja. “Seperti syi’ah, ahmadiyah kalian jangan tega lah memperkeruh kondisi dan situasi di Palestina. Jika tidak berkeinginan untuk berjuang demi Islam dan berjuang membebaskan Masjid Al-Aqsha cukuplah diam saja, tak perlu mengatakan bahwa zionis adalah musuh utama kami. Nyatanya yang saya lihat di lapangan tidak seperti yang kalian ucapkan!” Demikian tegas Bang Onim menggarisbawahi geliat busuk syi’ah mencuci otak Muslimin Indonesia.
Bang Onim dan pengetahuan tentang syi’ah sebagai musuh Islam
Pria Indonesia yang kini menjadi aktivis independen pembela Palestina ini, kini giat melakukan jihad media dengan mendirikan sebuah radio internet bernama Suara Palestina. Meski ia mengaku sejak duduk di madrasah atau SMP, pengetahuan konflik timur tengahnya pas-pasan -karena pada saat itu jaman dulu tanpa listrik apalagi internet dan saat itu hanya TVRI saja, itupun acara nonton TVRI-nya dilakukan serentak oleh beberapa dusun bejubel di lapangan, tv hitam putih- namun ia telah mengenal Iran dan siapa itu hizbu syaithon dari Libanon.
Dari acara nobar (nonton bareng) itulah ia mengetahui nama Iran dan tentara hizbu syaithon di Libanon. Hingga pada tahun 2000 ia diajak merantau ke Jakarta oleh salah satu dokter dari NGO Kemanusiaan. Melalui pengajian yang ia ikuti, maka Bang Onim semakin mengetahui sepak terjang Iran dan hizbu syaithon syi’ah. Dahulu memang sempat terbersit dalam pikirannya bahwa inilah pasukan yang harapan Khalifah Umar radhiyallahu anhu dan Agama Islam, tanpa pengetahuan tentang Iran dan Hizbullah Libanon (sebelum mengetahui sejatinya mereka adalah hizbu syaithon).
Tetapi, ternyata selalu muncul tanda tanya dan timbul keinginan untuk lebih mengetahui peran Iran dan syiah hizbu syaithon, hingga Bang Onim berada di Gaza Palestina, di Turki, Mesir dan di Jordan. Bahkan saat ia pernah mendekam di penjara “Israel” saat mengikuti pelayaran Kapal Mavi Marmara menuju Gaza, ia tetap mewaspadai syi’ah.
Seharusnya mereka membuktikan kepada Ummat Islam seperti halnya ucapan mereka selama ini, jika benar “Israel” adalah musuh utama bagi mereka juga . Ternyata, mereka tidak berperan sama sekali dalam usaha membebaskan bumi Syam, dan Gaza Palestina, terutama pembebasan Masjid Al-Aqsha. Maka timbullah pemahaman utuh mengenai syi’ah dan hizbu syahithon dalam benak Bang Onim.
Ia kecewa atas kondisi dirinya sendiri yang pernah menjadi bagian dari penduduk Indonesia yang polos, karena pernah menerima syi’ah secara sukarela sesuai cekokan televisi ketika masih kecil dulu. “Maaf saya bukan syi’ah naudzubillah min dzalik dan juga saya bukan pro-syi’ah naudzubillah min dzalik,” dengan nada tegas Abdillah Onim -yang berapa hari lalu telah memutuskan berhenti bekerja di TVONE- menyatakan kepada Tim Arrahmah.com.
Demi membela Palestina, ia kini mendirikan Radio Suara Palestina di Gaza. Dengan jiwa jihadis medianya, ia saksikan bahwa selama agresi “Israel” ke Gaza berlangsung selama 51 hari, dimana anak-anak Gaza dan wanita Gaza menjadi mangsa roket “Israel” dan pembantaian zionis durjana. Ketahuilah, tidak 1 pun roket Iran atau syi’ah hizbu syaithon, bahkan tak setengan roket pun tidak mereka lontarkan ke “Israel”, padahal mereka sangat terkenal dengan kalimat “Israel adalah musuh utama dan musuh besar kami.”
Bersama turunnya risalah ini, Bang Onim berkuat gagas, bahwa saat ini tengah terjadi makar syi’ah di Indonesia, dengan beragam cara, termasuk lewat TV dan media sosial. Tentu niatnya tulus, karena ia ingin Ummat Islam Indonesia melak dan sadar akan betapa bahayanya propaganda syi’ah, hingga meringsek ke ruang-ruang privasi kita di rumah sekalipun, diakses mudah lewat handphone dan televisi.
Berita ini Bang Onim akui bukan didasari motif untuk perpecahan, akan tetapi hanya berusaha mengangkat realita yang terjadi di lapangan jihad di Gaza Palestina, agar Ummat Islam tidak kebingungan. Maka dengan bismillah ia sertakan salam dari Gaza dalam bentuk tangkapan kamera yang baru ia ambil pada Jum’at (5/9/2014), pukul 3 sore waktu Gaza, sebagai tanda cinta guna membuka hati kita, eksklusif hanya Muslimin Indonesia dan dunia.
Di Palestina masih ada duka, sebab proses pembongkaran dan penghancuran rumah penduduk Gaza masih dilakukan budozer “Israel” biadab. Masih ada penduduk Palestina yang terluka, terutama anak-anak. Maka, perjuangan pun belum usai, karena gencatan senjata ini sejatinya hanya sementara dan dicederai zionis. Seperti dalam foto-foto ini, ada pesan terbuka yang mengetuk hati, menggugah langkah konkrit kita untuk membantu Ummat Islam yang tertindas di jalan Allah.
Sebagai jurnalis Indonesia di Gaza Palestina, Bang Onim berharap risalah ini menjadi bukti ukhuwah Islamiyyah untuk membangunkan Ummat yang sedang terlena. Semoga lewat kata kita bisa mengikat makna, semoga dengan media, dakwah bisa menyebar dan mengakar hingga ke manca negara.
Semua kabar dari Palestina terkini alhamdulillah sudah tidak terbatasi lagi oleh jarak, ruang dan waktu. Selain melalui streaming radio Suara Palestina, Muslimin Indonesia dapat mengikutinya melalui fanpage Abdillah Onim pada Facebook. Tsumma alhamdulillah. (adibahasan/arrahmah.com)