NEW YORK CITY (Arrahmah.id) – Mereka yang berpikir perdamaian bisa terwujud di Timur Tengah tanpa rakyat Palestina menikmati hak penuh mereka adalah sebuah kesalahan, kata Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada Kamis (21/9/2023).
Saat berbicara di Majelis Umum PBB, ia mengatakan bahwa pendudukan “Israel” di wilayah Palestina “melanggar prinsip-prinsip hukum dan legitimasi internasional, sementara mereka berpacu dengan waktu untuk mengubah realitas historis, geografis dan demografis di lapangan, yang bertujuan untuk melanggengkan pendudukan dan memperkuat apartheid.”
Abbas mengatakan negaranya tetap berharap bahwa PBB akan “mampu menerapkan resolusinya yang menuntut diakhirinya pendudukan “Israel” di wilayah kami dan mewujudkan kemerdekaan negara Palestina yang berdaulat penuh, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, di perbatasan negara 4 Juni 1967.”
Dia menambahkan bahwa “Israel” terus menyerang rakyatnya, dan “tentaranya serta pemukim teroris yang rasis terus mengintimidasi dan membunuh rakyat kami, menghancurkan rumah dan properti untuk sekadar mencuri uang dan sumber daya kami.”
Abbas mengatakan “Israel” “terus menyerang tempat-tempat suci umat Islam dan Kristen… terutama Masjid Al-Aqsa yang diberkati, yang diakui oleh legitimasi internasional sebagai tempat ibadah eksklusif bagi umat Islam saja.”
Dia menambahkan bahwa “Israel” sedang menggali terowongan di bawah dan di sekitar masjid, mengancam keruntuhan seluruh atau sebagian masjid, “yang akan menyebabkan ledakan dengan konsekuensi yang tak terhitung.”
Dia mendesak masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya dalam melestarikan status sejarah dan hukum Yerusalem dan tempat-tempat sucinya.
Ia juga meminta diadakannya konferensi perdamaian internasional yang diikuti oleh semua negara yang berkepentingan untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah.
“Saya meminta organisasi Anda yang terhormat dan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres untuk menyerukan dan melakukan pengaturan yang diperlukan untuk menyelenggarakan konferensi perdamaian ini, yang mungkin merupakan kesempatan terakhir untuk menyelamatkan solusi dua negara dan mencegah situasi menjadi lebih buruk, dan mengancam keamanan dan stabilitas kawasan kami dan seluruh dunia,” kata Abbas.
Ia juga mendesak negara-negara yang belum mengakui negara Palestina untuk segera melakukan hal tersebut. “Saya menyerukan agar negara Palestina diterima menjadi anggota penuh di PBB,” katanya.
“Ada dua negara yang dibicarakan seluruh dunia: “Israel” dan Palestina. Namun hanya “Israel” yang diakui. Mengapa bukan Palestina?
“Saya tidak dapat memahami atau menerima bahwa beberapa negara… enggan mengakui negara Palestina, yang telah diterima oleh PBB sebagai negara pengamat.
“Negara-negara ini setiap hari menegaskan bahwa mereka mendukung solusi dua negara. Namun mereka hanya mengakui satu dari negara tersebut, yakni Israel. Mengapa?” (zarahamala/arrahmah.id)