BAGHDAD (Arrahmah.com) – Militer Amerika Serikat di Afghanistan telah berhenti mengumumkan jumlah mujahidin yang diklaim telah mereka bunuh dalam pertempuran yang dipimpin oleh angkatan perang AS.
Dari sekarang militer salibis itu hanya akan memberi estimasi umum, daripada menyediakan informasi yang spesifik mengenai berapa banyak mujahid yang terbunuh dalam pertempuran.
AS mengatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari keseluruhan pergantian strategi perang di Afghanistan yang seolah-olah banyak menekankan pada pentingnya keselamatan warga sipil di negara konflik tersebut.
“Kami harus memperlihatkan bahwa kami ada untuk melindungi rakyat,” bual Laksamana Gregory J. Smith pada Jumat (25/7).
Kebohongan ini berulang kali ditekankan oleh Smith, yang berada di Afghanistan sejak enam minggu lalu untuk memeriksa jalur komunikasi bagi militer AS dan Tentara Pendamping Keamanan Internasional (IFAS) yang dipimpin oleh NATO, bahwa operasi militer mereka di Afghanistan sama sekali hanya bertujuan untuk menyerang kelompok yang mereka sebut sebagai militan dan teroris. Meskipun selama ini justru kebanyakan korban berasal dari warga sipil dan jatuhnya korban lebih banyak disebabkan oleh serangan brutal AS dan sekutunya.
Selama delapan tahun pasca koalisi yang dipimpin AS mulai menjajah Afghanistan, mereka mengklaim tidak sedikit dari orang-orang yang disinyalir terhubung dengan Taliban dan al-Qaidah tewas dan terbunuh. Dan selama ini, tiap kali pemberitaan kematian tersebut diumumkan, mereka tidak pernah memberikan keterangan yang lengkap, bahkan terkesan kabur dan tidak jelas.
Sebelumnya, pada hari Minggu lalu (19/7), petinggi Pentago, Robert Gates, mengatakan bahwa militer AS dan sekutunya harus memperlihatkan kemajuan yang cukup signifikan di Afghanistan sampai pertengan 2010 dalam rangka mempertahankan dukungan publik kepada AS yang didapatkan selama melancarkan agenda perang melawan teror.
Gates menambahkan bahwa kemenangannya harus memiliki prospek yang panjang di bawah skenario yang telah dibuat AS. Karena menurutnya Washington tidak mungkin memenangkan perang selama tahun ini.
Perkembangan ini terjadi ketika Presiden AS Barack Obama memberangkatkan 21.000 pasukannya ke Afghanistan, salah satu negeri kaum muslimin kaya sumber daya alam yang selama ini menjadi medan perang kepentingan AS di tanah tersebut.
Lebih dari 90.000 orang pasukan yang dipimpin AS telah disebar di Afghanistan dan akhir tahun ini sekitar 68.000 personil lainnya akan ditambahkan untuk melengkapi misi AS di negeri itu. (Althaf/prtv/arrahmah.com)