ADDIS ABABA (Arrahmah.com) – Eritrea pada Sabtu (27/6) mencela Amerika Serikat karena menyediakan persenjataan bagi Somalia yang sedang sangat kewalahan dalam pertempurannya melawan para mujahidin.
Washington mengumumkan pada Kamis (25/6) bahwa pihaknya menyuplai negara Afrika tersebut persenjataan dan amunisi penting setelah sebelumnya diminta Mogadishu berhubung para mujahidin telah benar-benar mendekati dan sangat mengancam pemerintahan transisi Somalia.
“Aksi menyesatkan AS dalam mengintervensi dan menyuplai persenjataan, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tidaklah memiliki pengaruh apa-apa dalam mewujudkan stabilitas Somalia,” kata menteri luar negeri Eritrea dalam sebuah pernyataan.
“Pengulangan hal yang sama ini tidak akan memberikan hasil yang positif, namun malah hanya akan memperkeruh dan memperpanjang krisis di negara itu,” tambahnya.
Pada 7 Mei, al-Shabaab dan Hizb al-Islam melancarkan serangan tak terduga di seluruh pelosok negara tersebut untuk melawan pemerintahan munafik dan pengkhianat Sharif Syaikh Ahmed.
Sharif yang didukung oleh kafirin internasional dan dilindungi oleh angkatan perang ‘penjaga perdamaian’ Uni Eropa benar-benar kelimpungan dan kebakaran jenggot untuk tetap mempertahankan kekuasaannya di ibukota.
Sekitar 300 orang dilaporkan tewas dalam pertempuran terakhir, kebanyakan dari mereka adalah rakyat sipil.
AS juga merasa khawatir pada Eritrea karena disinyalir telah membantu pemberontakan mujahidin. AS memperingatkan bahwa dukungan semacam itu yang dilakukan oleh Eritrea akan menjadi ancaman serius bagi hubungan kedua belah pihak, kata juru bicara departemen kenegaraan AS pada Kamis (25/6).
Namun Eritrea mengabaikan ultimatum negara kafir yang selama ini selalu bertindak sebagai polisi dunia dan mencampuri urusan dalam negeri dari negara-negara dunia ketiga.
“Utimatum itu tidak baru dan tidak penting sama sekali,” kata menteri luar negeri Eritrea.
Hubungan di antara kedua negara tersebut memang sudah membeku selama ini. Eritrea menuduh Amerika Serikat mendukung musuhnya, Etiopia, mengenai perselisihan perbatasan yang berbuntut panjang. (Althaf/AFP/arrahmah.com)