KAIRO (Arrahmah.com) – Pelarangan burqa atau cadar oleh Presiden kafir Perancis, Nicholas Sarkozy, ternyata juga diamini oleh salah seorang ulama dari universitas Islam terbesar di dunia. Ulama liberal itu mengatakan bahwa cadar bukanlah kewajiban dalam Islam, dan setiap negara memiliki hak untuk menerima atau melarang pemakaian penutup kepala.
Hal tersebut dikatakan Imam Besar Universitas al-Ahzar, Syekh Mohammad Tantawi, merespon desakan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy kepada parlemen untuk melarang penggunaan burqa di seluruh Prancis.
“Setiap negara memiliki aturannya sendiri,” kata Tantawi kepada Al Arabiya, yang dikutip pada Kamis (25/6).
Tantawi menambahkan bahwa perempuan yang memakai burqa harus patuh pada aturan negara tempat mereka tinggal, khususnya karena itu bukanlah hal yang diwajibkan dalam Islam.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Nicolas Sarkozy mengatakan tidak ada tempat bagi burqa karena merupakan simbol penindasan terhadap perempuan.
Dalam pidato yang disampaikan kepada parlemen, Sarkozy mendukung inisiatif para legislator yang prihatin dengan meningkatnya penggunaan burqa di Prancis.
“Isu burqa bukanlah isu keagamaan, ini adalah pertanyaan atas kebebasan dan harga diri perempuan,” kata Sarkozy Senin waktu setempat, seperti dikutip dari Reuters.
“Burqa bukanlah simbol keagamaan, melainkan simbol penindasan atas kepatuhan perempuan. Saya ingin mengatakan dengan sungguh-sungguh bahwa itu tidak akan diterima di wilayah kita,” kata Sarkozy yang disambut tepuk tangah meriah.
Sementara itu, di negara-negara Eropa lainnya, seperti misalnya Inggris, para muslimah mendapatkan efek negatif akibat ungkapan Sarkozy yang diaminkan oleh petinggi al-Azhar tersebut.
Yang sungguh mengherankan adalah bahwa pelarangan tersebut tidak hanya datang dari non muslim, tapi dari kalangan muslim sendiri yang menamakan diri mereka sebagai muslim moderat. Dan Ghaffar Hussain, think-tank Quillam anti-Jihad, adalah salah satu orang yang disebut sebagai ‘cendekiawan muslim’ yang juga mengamini larangan burkha tersebut.
“Burqa adalah budaya. Untuk mengenakan burqa di Inggris yang telah modern sangatlah menyimpang dari sudut pandang Islam,” dalih Hussein.
Dalih lainnya diungkapkan oleh Douglas Murray, direktur Pusat KOhesi Sosial Inggris. Douglas mengatakan, “Ide burqa tidak memiliki landasan agama, melainkan hanya sesuatu yang dipaksakan oleh para ektrimis.”
Musuh-musuh Islam terus mencari cara untuk mereduksi dan menyerang agama Islam yang paripurna. Mereka tidak akan pernah menghentikan upaya mereka dengan berbagai cara, termasuk mencemari Islam dengan ide-ide ‘pembebasan’ (liberalisme) yang disampaikan melalui lidah-lidah para umala’. (Althaf/arrahmah.com)