KABUL (Arrahmah.com) – Panglima perang baru AS dan NATO di Afghanistan kembali berusaha untuk meyakinkan dunia mengenai strategi perang AS yang selama ini menyebabkan kemarahan internasional karena banyak menjadikan warga sipil Afghanistan sebagai korban setiap operasinya.
Jenderal Stanley McChrystal, yang secara resmi mulai bekerja seminggu lalu, berulang kali meyakinkan bahwa pihaknya bersumpah akan menghindari jatuhnya korban sipil, terutama akibat serangan udara. Padahal semua itu hanyalah omongkosong semata.
Dalam laporan militer AS minggu lalu, ditemukan bahwa serangan udara AS dengan menggunakan pesawat pembom B1 dan menewaskan puluhan orang bulan lalu pun menjadi salah satu dari sekian indikator bahwa AS telah melakukan pelanggaran.
Juru bicara militer AS Letnan Joe Matison mengatakan bahwa satu dari isu yang didiskusikan oleh McChrystal dikenal dengan nama taktik direktif yang akan diumumkan ke kalangan publik setelah minggu depan.
Matison mengatakan tata baru militer ini akan menjadi legitimasi bagi AS dalam melaksanakan serangannya. Meskipun di dalamnya mereka mencoba meraih simpati dunia dengan menyertakan pernyataan “AS harus menghentikan pertempuran jika berada di tempat yang sekiranya akan membahayakan penduduk sipil.”
“Kami hanya berusaha untuk mengurangi jatuhnya korban sipil,” bual Matison.
Mereka tidak memberikan penjelasan mengenai seperti apa perbedaan jenis komando dan kebijakan militer yang diusung oleh McChrystal dengan McKiernan, yang pada bulan lalu melakukan pemboman di provinsi Farah.
Laporan yang sama pun mengatakan bahwa dalam penyerangan bulan lalu, tidak ada satupun gedung yang dijadikan sasaran ketika AS melakukan penyerangan dan tidak ada satupun upaya yang dilakukan AS untuk menghindari korban sipil. Hal itu berarti serangan AS memang serangan yang sangat brutal dan tidak pernah memiliki panduan maupun komando yang jelas. (Althaf/reuters/arrahmah.com)