JAKARTA (Arrahmah.com) – Lembaga Eijkman (LE) telah memiliki teknologi untuk diagnosis dan analisis genetik virus, serta mencipatakan sistem deteksi berdasarkan informasi genetik H1N1 (flu babi) dari seluruh dunia yang selalu diperbaharui.
Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR, Kamis, mengatakan, LE juga telah melakukan diagnosis dan riset tentang virus flu burung (H5N1) dengan mencipatakan sistem diagnosis yang sesuai dengan galur virus di Indonesia.
Untuk itu, Lembaga Eijkman dinilai dan ditetapkan tim World Health Organization (WHO) sebagai institusi/laboratorium yang menegakkan diagnosa flu burung.
Ia menjelaskan, hasil diagnosis di Lembaga Eijikman sebagai dasar dilaporkannya kasus flu burung ke dunia internasional, yang saat ini berhasil mendiagnosis sampai kasus terakhir (kasus ke-141, WHO 20 Mei 2009).
Hal ini merupakan prestasi Indonesia karena tidak perlu lagi mengirim spesimen ke luar negeri.
Untuk melakukan kegiatan penanganan flu burung H5N1 dan menghadapi penyebaran infeksi virus H1N1, Lembaga Eijikman telah membangun dan memiliki laboratorium di antaranya Laboratorium BSL 2 dan BSL 3 (Biosafety Level 2 dan 3).
Ia mengatakan, tenaga ahli untuk pengelolaan laboratorium BSL 2 dan BSL 3 (biosafety Officer) memiliki sertifikat internasional.
Prosedur baku standard operating procedure (SOP) riset dan diagnostik flu Burung dan virus H1N1 sesuai dengan standard WHO dan standar internasional lainnya, kata dia. (Althaf/antara/arrahmah.com)