BISHKEK (Arrahmah.com) – Presiden munafik Afghanistan Hamid Karzai mendesak Kirgistan untuk meninggalkan rencana penutupan basis militer AS yang akan mendukung operasi negara tersebut di Afghanistan, kata pejabat senior Kirgistan pada Sabtu (6/6).
Kirgistan mengumumkan keputusan tersebut pada Februari setelah berjanji pada Rusia yang akan memberikan kredit bantuan sebesar 2 miliar dolar. Washington mengatakan bahwa pihaknya sedang melobi negara Asia Tengah tersebut agar basis militernya tetap diizinkan bercokol di sana, namun Kirgistan menolak dengan mengatakan bahwa kepuutusannya sudah final.
Dalam rangka membantu tuannya (AS) untuk melakukan langkah diplomasi mengenai landasan udara Manas, Karzai mengirimkan permohonan pribadinya untuk Presiden Kirgistan Kurmanbek Bakiyev yang berisi desakan agar Bakiyev mengubah rencananya, kata Kaganer Maksim, wakil kepala sekretaris Bakiyev.
“Karzai pikir jika pemerintah Afghan tidak bisa mengalahkan pihak yang sedang mereka perangi sekarang, maka hal ini akan menimbulkan konsekuensi yang lebih luas untuk Asia Tengah,” kata Kaganer.
“Dan inilah mengapa ia meminta Bakiyev untuk mempertimbangkan kemungkinan untuk tetap memberi izin atas basis udara Amerika Serikat dan koalisinya,” lanjutnya.
Pemerintah Afghan sendiri enggan berkomentar soal ini.
Karzai dan Bakiyev diperkirakan akan menghadiri pertemuan Shanghai Cooperation Organization, kelompok relasi negara-negara Asia Tengah yang didominasi oleh kepentingan Rusia dan Cina, pada 15-16 Juni mendatang di kota Yekaterinburg, Rusia.
Keputusan Kirgistan untuk menutup Manas, satu-satunya basis udara AS yang tersisa di Asia Tengah, menjadi hambatan tersendiri bagi AS yang rencananya hendak mengubah nasib sialnya di Afghanistan dengan mengirimkan 17.000 pasukannya tahun ini.
Moskow melihat Asia Tengah, yang merupakan pecahan Uni Soviet yang terletak di antara Afghanistan, Iran, Rusia, dan Cina, sebagai bagian dari kepentingannya, termasuk dalam mengkritik keberadaan militer AS di wilayah tersebut.
Rusia sendiri sedang mengoperasian basis udaranya di Kirgistan, sebuah negara miskin yang terdiri dari pegunungan dan memiliki sekitar 5 juta penduduk, untuk menyeimbangkan diri dengan usaha AS yang terus-menerus memperluas pengaruhnya di wilayah Asia. (Althaf/arrahmah.com)