KAIRO (Arrahmah.com) – Presiden AS Barack Obama menyerukan ingin memperbarui hubungan antara AS dengan dunia Muslim, dengan mengatakan bahwa keluarganya pun berasal dari generasi muslim.
“Saya Kristian, tapi ayah saya berasal dari keluarga muslim Kenya,” kata Obama pada Kamis (4/6) dalam pembicaraan mengenai kisah hidup dan kepercayaannya.
Di hadapan para petinggi Muslim di Mesir yang antusias, presiden Amerika ini menyerukan diakhirinya ketegangan yang sedang berlangsung antara AS dengan dunia Muslim.
“Saya datang ke sini untuk memperbarui hubungan Amerika Serikat dengan Muslim di seluruh dunia, di atas kepentingan yang saling menguntungkan dan saling menghormati, juga di atas dasar kebenaran bahwa Amerika dan Islam tidak eksklusif dan tidak perlu ada dalam permusuhan. Bahkan, mereka saling menumpu, dan saling berbagi prinsip umum.”
Obama terus mempropagandakan bahwa para mujahidinlah yang sudah memicu ketegangan antara Barat dan dunia Muslim untuk mewujudkan agenda mereka dan sudah berhasil menebarkan kebencian Muslim di barat.
“Pata ekstremis sudah mengeksploitasi ketegangan ini. Serangan 11 September 2001 dan usaha berkelanjutan para ekstremis ini untuk melakukan kekerasan melawan penduduk sipil sudah menyebabkan beberapa pihak di negara saya melihat agama Islam adalah musuh yang tak terelakkan, bukan hanya bagi negara Amerika dan Barat, tetapi juga ancaman bagi hak asasi manusiawi. Hal inilah yang sudah menyebabkan lebih banyak ketakutan dan kecurigaan.”
Obama mengutip beberapa bagian dari Al Quran, Talmud dan Alkitab yang berisi seruan atas ‘perdamaian’ dan memuji para pendamai.
“Ada satu aturan yang menjadi inti dari setiap agama, yang mengharuskan kita untuk melakukannya pada orang lain dan juga orang lain pada kita. Kebenaran ini melebihi bangsa-bangsa dan rakyatnya,” lanjut Obama.
“Seluruh manusia di dunia bisa hidup bersama dalam perdamaian.”
Dengan dalih Islam adalah agama damai, Obama berjanji untuk sepenuhnya memerangi ‘apapun yang akan membuat citra Islam memburuk’.
Pengalaman saya, katanya, “menuntun pendirian saya bahwa hubungan antara Amerika dan Islam harus didasarkan pada pengertian Islam yang sbeenarnya. Dan saya menganggapnya sebagai bagian dari tanggung jawab saya sebagai presiden Amerika Serikat untuk memerangi stereotip negatif Islam dimanapun adanya.”
Perjalanan Obama ke Timur Tengah dianggap sebagai usaha yang dilakukan oleh presiden AS yang ke-44 untuk merangkul dunia Muslim. Dan pastinya sebagai upaya ‘diplomatis’ untuk mempermudah AS menanamkan kepentingannya di negara-negara Muslim yang kaya akan sumber daya alam. (Althaf/arrahmah.com)