WASHINGTON (Arrahmah.com) – Penyelidikan yang dilakukan baru-baru ini menegaskan bahwa Amerika Serikat terbukti bersalah karena telah melakukan serangan udara di wilayah barat Afganistan pada awal Mei lalu yang membunuh 150 penduduk sipil.
Dari pejabat militer senior AS yang tak ingin disebutkan namanya, laporan menjelaskan bahwa angkatan perang udara AS dan tentara angkatan daratnya telah membuat kesalahan ketika pesawat perangnya membom wilayah yang dicurigai sebagai tempat persembunyian mujahidin Taliban.
“Personalia Amerika membuat kesalahan besar ketika melancarkan serangan udara di Afganistan barat pada 4 Mei itu, yang membunuh puluhan penduduk sipil Afghan,” kata laporan tersebut mengutip ungkapan pejabat.
Lebih dari 150 orang penduduk sipil, termasuk 95 orang anak, dibunuh bulan lalu ketika pesawat perang AS menjatuhkan bomnya di dua desa di daerah Bala Baluk provinsi barat Farah.
New York Times sudah mengatakan laporan tersebut seolah-olah memperlihatkan “pengakuan Amerika yang paling jelas atas kesalahan yang berhubungan dengan operasi militernya”.
“Dalam beberapa kondisi di mana ada ancaman dilegitimasi, pilihan mengenai bagaimana caranya untuk berunding dengan ancaman tersebut tidak sesui dengan peraturan yang melandasi pertempuran,” tambah laporan.
Jenderal Stanley McChrystal memperingatkan tentang kematian penduduk sipil yang disebabkan oleh angkatan perang AS dan dipimpin oleh NATO, dengan menyebutnya sebagai titik kritis dalam pertempuran.
Serangan maut yang sama juga selalu mewarnai hari-hari di kota utama Kabul dan kota lainnya di sepanjang wilayah konflik Afghanistan.
Pihak medis mengatakan sejumlah yang cedera akibat serangan tersebut mengalami luka bakar yang serius karena kandungan zat kimia yang membahayakan yang terkandung dalam bom AS — fosfor putih.
Presiden Afghan Hamid Karzai sudah meminta Washington menghentikan serangan udara brutal di negaranya yang menyebabkan terjadinya insiden mematikan.
Washington mengatakan tidak akan berhenti melancarkan serangan udara di Afganistan yang sering mengakibatkan jatuhnya korban penduduk sipil dengan jumlah yang tidak sedikit.
Meskipun sentimen anti-Amerika semakin meningkat di Afghanistan, Presiden AS Barack Obama malah menambah 21.000 tentara tambahan ke negara tersebut.
Pembunuhan penduduk sipil oleh pasukan yang dipimpin oleh AS ini melanjutkan tujuh setengah tahun serangannya setelah AS menginvasi Afghanistan untuk memerangi mujahidin Taliban dan al-Qaeda dan berdalih ‘mengembalikan stabilitas’ keamanan.
Orang nomor satu di Pentagon, Robert Gates, mengatakan pada pertengahan Mei bahwa pasukannya akan terus melakukan serangan udara kontroversialnya.
Gates juga menambahkan bahwa penambahan 21.000 pasukan AS tidak akan mengurangi jumlah serangan udara yang akan dilakukan di Afghanistan.
“Kami harus melindungi tentara kami,” kata Gates sembari menjelaskan tinjauannya atas operasi udara yang sering menyebabkan jatuhnya korban sipil di sepanjang negara yang bertetangga dengan Pakistan tersebut. (Althaf/ptv/arrahmah.com)