BRUSSEL (Arrahmah.com) – NATO kembali menguatkan posisinya dengan merangkul Georgia sebagai salah satu anggotanya. Hal ini tidak lain dilakukan untuk menguatkan NATO yang sebetulnya didominasi oleh kepentingan Amerika Serikat melawan rival-rivalnya, termasuk Rusia.
Pada Senin (25/5) pejabat NATO mengatakan bahwa Georgia akan segera menjadi anggota aliansi militer tersebut dengan menegaskan kembali dukungannya terhadap negara tersebut melalui latihan militer bersama, yang mungkin saja mencemaskan Rusia.
Robert Simmons, utusan istimewa NATO untuk Kaukasus dan Asia Tengah, menolak menentukan tanggal keanggotaan Georgia ke dalam persekutuan militernya.
“Kalaupun saya katakan tidak akan ada gunanya,” kata Simmons.
Georgia, pecahan Republik Uni Soviet yang berbatasan dengan Rusia, sudah terlibat dalam perseteruan yang cukup alot dengan tetangganya.
Rusia sudah mengkritik tajam perang yang terjadi di dekat Ossetia Selatan, provinsi separatis yang telah dikuasai oleh pemberontak yang menjadi pusat peperangan pada musim panas lalu antara Rusia dan Georgia. Dan penegasan yang diberikan oleh NATO mengenai keanggotaan Georgia ini kemungkinan besar akan membuat Rusia marah.
Simmons mengatakan terlebih dahulu bahwa Georgia dan Ukraina dapat bergabung dengan aliansi dalam waktu dekat meskipun ada lawannya Rusia, tetapi tidak benar-benar memberi mereka peta kerja formal keanggotaan.
Presiden Georgia Mikhail Saakashvili, yang dicela oleh lawan politiknya karena lalai menghentikan perang, menghadiri pelatihan militer pada Senin (25/5) di pangkalan yang terletak di puncak bukit di pinggiran ibu kota, Tbilisi.
Saakashvili telah menghadapi protes harian dari ribuan aktivis oposisi yang mendesaknya untuk mengundurkan diri. Namun, ia mengatakan bahwa dirinya tidak akan meninggalkan tempat kerjanya sebelum periode jabatan sebagai presiden berakhir pada 2013.
Simmons mengatakan cara Saakashvili mengizinkan oposisinya untuk berdemonstrasi secara terang-terangan merupakan pertanda baik.
Selama latihan Senin (25/5), tentara Amerika, Spanyol, Italia, dan Yunani bersama dengan Georgia melakukan simulasi untuk beberapa teknik pertempuran. Tentara Georgia berlatih dengan menggunakan persenjataan yang dibuat oleh Rusia dan seolah-olah menembak bayangan target, seperti halnya dilakukan oleh tentara NATO lainnya. (Althaf/arrahmah.com)