KUNDUZ (Arrahmah.com) – Pemerintah Jerman menghentikan penyelidikan penyelidikan atas tentaranya yang membunuh seorang perempuan Afghan dan dua anak kecil tahun lalu, dengan menyebutkan bahwa pembunuhan tersebut terjadi karena faktor kekhawatiran semata.
Staf militer yang tidak disebutkan namanya itu berasal dari Batalyon Kepolisian Militer ke-350. Ia membunuh warga sipil dengan tembakan bertubi pada 28 Agustus 2008 dari belakang di kota Kunduz, sebagaimana yang dilaporkan dalam Spiegel Online minggu lalu.
Tentara itu mengklaim bahwa dirinya takut diserang, oleh karena itu ia segera mengambil tindakan antisipasi dengan menembak warga sipil Afghan yang hanya seorang perempuan dan anak-anak yang berada di dalam sebuah mobil yang melaju menjauhi pos pos pemeriksaan tentara Jerman.
Pada saat itu, Kepala Polisi dan Keamanan Kunduz, Abdul Rahman Aqdash, segera menindak polisi Jerman karena telah sengaja menembak orang yang tidak bersalah. Namun, yang berwenang Jerman tetap memutuskan bahwa tentara tersebut telah melakukan tindakan yang benar.
Pengacara tentara dari Berlin, Klaus Lübke, menyambut baik keputusan tersebut, seolah-olah hal tersebut merupakan pertanda baik bagi tentara kafir Jerman di Afganistan yang sekarang mempunyai kekebalan de fakto untuk menembak terlebih dulu dan baru bertanya setelahnya.
Sejak invasi AS dan sekutunya ke Afghanistan pada 2001, yang berdalih membebaskan rakyat Afghan dari tirani Taliban, ribuan penduduk sipil Afghan sudah dibunuh oleh angkatan perang asing.
Pengamat sudah menyalahkan aksi pasukan asing yang menghasilkan kemarahan dan semakin meningkatkan kekuatan para mujahidin Taliban untuk berjuang dan membalas dendam atas kematian kaum muslimin Afghan akibat ‘pembebasan’ yang dilakukan oleh orang-orang Barat dan para anteknya. (Althaf/ptv/arrahmah.com)