WASHINGTON (Arrahmah.com) – Administrasi Obama perlu menghubungkan strategi menekan perlawanan di Afghanistan dengan usaha untuk mengembangkan pemerintahan di sana untuk mendukung keberhasilan dalam mengalahkan Taliban, kata mantan menteri keuangan Afghanistan pada Rabu (22/4).
Ashraf Ghani, salah seorang kandidat dalam pemilihan presiden Afghanistan Agustus mendatang, mengamini Presiden Barack Obama yang mengambil tindakan berupa penyusunan ‘kesempatan kedua’ untuk mewujudkan stabilitas Afganistan yang hilang selama bertahun-tahun lamanya sejak invasi AS 2001.
“Menjamin lebih banyak angkatan perang kali ini merupakan sebuak tindakan yang berani dan menjunjung tinggi kehormatan negara,” kata mantan pejabat World Bank dan PBB dalam pidatonya Dewan Atlantik di Washington.
Dalam strategi barunya untuk Afghanistan yang diumumkan bulan lalu, Obama mengatakan akan mengirimkan 17.000 personil pasukan tambahan dan menciptakan stabilisasi Afghanistan dan perang melawan para mujahidin Taliban sebagai prioritas utama kebijakan luar negerinya.
Bagaimanapun Ghani, penulis laporan baru Dewan Atlantik di Afghanistan, mengatakan bahwa “angkatan perang bukanlah jawaban. Hal itu hanya strategi.”
Ia mengatakan bahwa penambahan jumlah pasukan butuh dikombinasikan dengan strategi menekan perlawanan yang didukung dengan usaha memperbaharui kapasitas pemerintahan empat wilayah utama di Afghanistan.
“Perubahan strategi ini akan memproduksi pemilihan sah yang akan memberikan mandat pada pemerintahan Afghanistan berikutnya,” kata Ghani, yang terlihat sebagai seorang pesaing ‘asing’ dalam pemilu presiden 20 Agustus mendatang.
Kedua, komunitas internasional perlu membangun strategi yang koheren untuk membalik situasi, dimana usaha pemberian bantuan pengembangan sering kali hanyalah aksi membuang-buang uang semata, tak bertanggung-jawab dan cenderung menyalurkan sebagian besar uang donor untuk pakar dan kontraktor asing, katanya.
Ghani mengatakan elemen ketiga adalah program nasional yang baru yang didesain dalam rangka mewujudkan keberhasilan yang tidak perlu terlalu digembar-gemborkan di Afganistan, seperti misalnya Program Solidaritas Nasional untuk pengembangan wilayah rural dan memperluas jaringan telekomunikasi nasional.
Akhirnya Ghani menyatakan bahwa ia akan memilih delapan dari 34 provinsi di Afghanistan yang akan dibentuk sebagai provinsi percontohan bagi rencana reformasi yang ia usung tersebut.
“Jika kami dapat menunjukkan keberhasilan di delapan provinsi, kami akan meningkatkan inisiatif untuk melakukan negosiasi dengan para mujahidin,” tambahnya.
Ghani boleh berapi-api menyampaikan laporan dan rencana ‘reformasi pemerintahan’-nya itu di hadapan Dewan Atlantik. Namun, Ghani lupa bahwa resistensi tidak akan pernah berakhir. Para mujahidin akan tetap mengobarkan perang selama orang-orang munafik seperti Ghani mau menjilat orang-orang kafir dan para tentara AS itu masih tetap berada di Afghanistan. (Althaf/reuters/arrahmah.com)