KABUL (Arrahmah.com) – Pada Rabu (1/4), Taliban menolak tawaran AS untuk melakukan rekonsiliasi karena hal tersebut sekedar ide gila AS dan mengatakan bahwa penarikan mundur pasukan asing sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri perang di Afghanistan.
Konflik Afghanistan telah menginjak tahun yang ke delapan, dan selama itu pula pertempuran antara para mujahidin Taliban untuk mempertahankan tanah dan kehormatan Islam dan tanah kaum muslimin dari penjajahan pasukan internasional yang dipimpin oleh AS dan NATO terus berlangsung.
Presiden AS Barack Obama telah melipatgandakan usaha AS dengan menambah lebih banyak pasukan, usaha-usaha diplomatis dan pendampingan ekonomi. Menurut para analis politik, jika rencana AS kali ini gagal memperlihatkan keberhasilannya, maka waktu akan berpihak pada sisi Taliban.
Menlu AS Hillary Clinton telah mengatakan pada konferensi internasional tentang Afghanistan bahwa beberapa anggota Taliban yang mengharamkan ekstrimisme mesti dihargai sebagai orang-orang mulia yang menemukan perdamaian.
“Masalah ini sudah dibahas di waktu lalu,” kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, merujuk pada komentar yang disampaikan Obama bulan lalu yang akan merangkul para anggota Taliban yang moderat dan mau ‘membuka diri’.
“Mereka harus mencari dan menemukan Taliban yang moderat, kemudian berbicara dengan pemimpinnya. Benar-benar ide yang gila,” tutur Mujahid melalui telepon.
Sebanyak 21.000 personil pasukan tambahan AS yang diperintahkan Obama untuk bergabung dengan 70.000 tentara asing yang sekarang sedang bersusah payah melawan kekuatan para mujahidin di Afghanistan, menunjukkan bahwa AS ingin perang terus berlanjut, kata Mujahid, dan Taliban akan tetap memerangi mereka hingga mereka sampai mereka melarikan diri dari tanah kaum muslimin.
“Tidak ada cara lain. Kami menginginkan kebebasan dan kehormatan,” lanjut Mujahid. (Althaf/arrahmah/rvthb/thnews)