Segala puji bagi Allah, kami memuji, meminta pertolongan, dan meminta ampun kepada-Nya. Dan kami berlindung kepada Allah dari segala keburukan diri kami dan kami berlindung kepada Allah dari seluruh kejelekan amalan kami.
Barangsiapa yang diberi Allah petunjuk maka tak seorangpun yang kan mampu menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka takkan ada seorang pun yang kan mampu menunjukinya. Aku bersaksi tiada ilah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ammba ba’du:
Umatku yang muslim…
Perkataanku kepada kalian ini berkaitan dengan kewajiban menolong keluarga kita di negeri penuh berkah. Telah lama kita terlambat menolongnya dan hal itu semakin menpersulit berbagai persoalan kita.
Sampai kapan keluarga kita di Palestina dalam kondisi ketakutan? Sementara kita merasa nyaman aman tenteram yang sementara.
Sampai kapan penduduk Gaza terus terisolasi? Sementara kita hingga kini terus berlimpah kenikmatan.
Sampai kapan kita akan terus duduk berdiam diri? Sementara hati mereka terbakar demi putra mereka, yang terbakar oleh bom fosfor putih, dengan persekongkolan para pemimpin Arab.
Peristiwa yang membuat (menangis) bahkan para lelaki yang kuat dan pemberani menangis, tidak lain karena suatu urusan yang sangat besar. Tangisan mereka melebihi ungkapan ribuan khutbah dan ceramah tentang besarnya bencana.
Tikaman yang menimpa kerabat lebih melukai bagi seseorang dibanding tebasan pedang
Tak mengherankan jika sejumlah ummahat dan saudara perempuan kita meninggal atau sekarat, bukan kerana peluru maupun pecahan peluru, bukan pula disebabkan oleh isolasi. Isolasi negeri takkan berarti apa-apa selama si kecil masih ada.
Sesungguhnya isolasi akan terasa saat si kecil menghilang. Seorang ibu memandang para raja dan apa yang ia miliki lebih kecil di matanya dibanding si kecil.
Tapi pesawat-pesawat Amerika melalui tangan Yahudi terus membombardir dan kembali (membombardir) hingga mengenai anak-anak pemukiman dan di antara anak-anak itu ada si kecil. Inilah yang menjadikan ummahat dan para akhwat terguncang ketakutan. Hampir-hampir saja jiwa mereka melayang keluar bersamaan dengan hembusan-hembusan nafas.
Tidaklah sama kabar berita dengan persaksian mata. Takkan pernah tau rasanya kehilangan orang tercinta kecuali yang hatinya terenggut, tidak pula dengan bombardir kecuali orang yang merasainya. Dan tak ada seorang Mu’tashim yang menuntut balas kepada para thaghut.
Perlu dicamkan bahwa di antara kekalahan moral dan pengkhianatan terhadap millah, pengkhianatan terhadap umat, dan pengkhianatan terhadap darah para syuhada adalah memberikan pujian kepada orang yang bersepakat dalam membunuh mereka dan menyikapinya sebagai ‘harapan’ Gaza, sementara itu rakyatnya yang penuh hormat dan mulia menolaknya.
Putra-putra Gaza mati demi kehidupan.. Memuji kekufuran kan membakar amarah jiwa yang bebas..
Negeri-negeri dimerdekakan di atas tombak-tombak mereka.. Lalu bagaimana mungkin mereka diperbudak di atasnya?
Duhai diriku, berbagai tragedi yang menimpa kalian.. Meninggalkan luka-luka mendalam di hati..
Tiada yang menjaga aqidah layaknya korban.. Tidak pula mendekatkan hak dan tiada pula dia berhak..
Para penguasa telah menjual berbagai urusan.. Pun mereka menjadi penjilat dan budak orang kafir..
Tanyalah para pengisolasi anak-anakmu.. Adakah beda antara hatinya dengan sebuah batu yang besar nan keras?!
Hati para penguasa kita layaknya musuh-musuh.. Baik di Najd atau di Mesir takkan melunak..
Para Fir’aun berdatangan setelah sekian lama.. Untuk menghinakan rakyat Arab dan memperbudaknya..
Kalian tolong-tolongan dengan para musuh untuk melawan kami.. Memancung batang leher kalian adalah urusan yang haq dalam dien..
Umatku yang muslim…
Sembilan puluh tahun lebih penjajahan terhadap Palestina telah berlalu. Merasakan dua tragedi pahit kerana tangan-tangan Nashara dan Yahudi. Meskipun berbagai usaha telah dicurahkan, di antaranya berbagai demonstrasi dan turun ke jalan, namun penjajahan tetap berlangsung.
Oleh karena itu wahai umatku, kuinginkan beberapa menit saja dari kalian untuk memberikan langkah-langkah nyata dalam membebaskan Palestina sebagai usaha pelepasan tanggung jawab dan upaya membangkitkan umat.
Hal ini menuntut adanya ucapan yang benar meskipun itu pahit. Sebagaimana hal itu wajib ditegakkan terhadap yang lemah maupun yang kuat, sekalipun itu berat. Jika tidak, maka hakekatnya adalah menuju kehancuran. Oleh karena itu takutlah kalian semua.
Rasul SAW telah bersabda: “Sesungguhnya yang membuat orang-orang sebelum kalian mengalami kehancuran adalah ketika terjadi pencurian di antara mereka yang dilakukan oleh orang yang kuat, maka mereka membiarkannya. Akan tetapi, jika pencurian itu dilakukan oleh orang yang lemah, maka mereka akan menegakkan hukuman atasny.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Umatku yang muslim…
Di antara perkara haq yang pahit yang harus kita jelaskan adalah bahwa; meskipun kita sangat berkeinginan untuk meyelamatkan keluarga kita di Gaza dan membebaskan kepungan darinya.
Sesungguhnya di sana terdapat orang-orang yang lebih berkeinginan dari pada kita. Yakni, saudara-saudara kita yang ada di seluruh Palestina, termasuk juga yang ada di tepi barat.
Akan tetapi, faktanya mereka tidak mampu menolong keluarga dan orang-orang mereka. Penyebab hal itu sangatlah jelas, Negara mereka terjajah, tentara-tentara Zionis dan tentara penguasa yang dipimpin oleh Abbas menghalang-halangi mereka dari menolong saudara-saudara mereka di sana.
Sebab inilah yang selama ini hakekatnya telah menghalangi kita dari melakukan pertolongan pada saudara-saudara kita di Gaza. Hakekat yang pedih adalah bahwa Negara kita terjajah dari dalam, kaum Zionis Arab, para pemimpin negeri dan para wakil musuh-musuh kita. Mereka dan tentara merekalah yang menghalang-halangi kita dari menolong orang-orang yang lemah di sana.
Jika kita tidak memahami bahwa Negara kita ini terjajah demi kemaslahatan para penguasa dan wakil-wakil mereka, dibantu oleh pasukan militer dan sipil, dan inilah yang terpenting dan paling berbahaya, dimana di sana terdapat para ulama suu’, kaum terpelajar dan para pemilik media, orang-orang bayaran.
Mereka semua itulah yang melakukan penyesatan terhadap umat, menyebarkan ruh kekalahan dan menyebarkannya dengan berbagai cara, agar mereka mau tetap bersama para penguasa itu.
Oleh karena itu, mereka terus merampas kepemimpinan dan merampas kehendak, dengan cara membujuk dan mengancam, hingga akhirnya umat kita tidak mampu untuk mengambil kendali kekuasaan dan bergerak menjauh dari para penguasa dan pendukung-pendukung mereka.
Oleh karena itu jika kita tidak menyadari hal ini, beraktivitas untuk mengungkap hakekat mereka sebenarnya, memperingatkan kepada umat dari mereka, meruntuhkan mereka dan melepaskan diri dari kekuasaan mereka, maka selama itu pula kita tidak akan mampu untuk membebaskan Palestina.
Sebab, siapa saja yang tidak memilki, tentulah tidak akan dapat memberi, dan kita akan terus berputar-putar dalam lingakaran tertutup, akhir yang kita capai adalah awal di mana kita memulai darinya sejak terjadinya penjajahan di tanah yang diberkati ini.
Umatku yang muslim…
Orang yang mau melihat situasi Palestina sesungguhnya akan melihat bahwa unsur-unsur yang dituntut agar jihad dapat mewujudkan tujuannya masih membutuhkan penyempurnaan.
Meskipun hal itu sulit untuk dilakukan di Palestina yang terjajah itu, terlebih pengepungan yang ditimpakan pada keluarga kita di sana, dan terlebih lagi, kesepakatan-kesepakatan damai yang terus ditandatangani waktu demi waktu dan keadaan faktual setelah perjanjian-perjanjian yang menguatkan hal itu.
Oleh karena itu kita harus membentuk sebuah kekuatan yang cukup dari para mujahidin, yang akan mampu membebaskan pengepungan dari Palestina agar kita dapat menolong saudara-saudara kita di sana, dimana seluruh negara-negara tetangga menutup perbatasan mereka dengan Palestina, menjaganya dari gerakan para Mujahidin.
Bahkan bagian yang terkecualikan sekalipun yang berada di arah barat Palestina diatas perbatasan Lebanon ikut ditutup oleh Hasan Nasrullah dan kelompoknya sesuai dengan kesepakatan penutupan nomor 1701 yang memuluskan masuknya ribuan kekuatan Salib untuk menjaga Yahudi.
Dengan ini, tidak ada bedanya lagi dalam masalah ini antara Hasan dan Husni dan seluruh penguasa thaghut Arab, orang-orang yang telah mengepung keluarga kita di sana.
Berdasarkan hal di atas, kita harus mencari (membentuk, red) sebuah Negara di luar negara-negara tetangga, di mana dapat menyempurnakan gerak para mujahidin dari sana. Hal ini agar kita dapat sampai pada keluarga kita di distrik al-Aqsha yang diberkahi.
Kesempatan yang sangat berharga dan langka bagi orang-orang yang benar-benar dalam keinginan mereka untuk meyelamatkan al-Aqsha, ialah dengan mengerahkan mujahidin di Irak dengan seluruh kebutuhannya, agar mereka dapat membebaskan negeri dua sungai itu (tanah mesopotamia/Iraq).
Dengan ini mereka akan melakukan dua kewajiban.
Pertama: mengalahkan sekutu terbesar bagi Zionis, kemudian bertolak ke Yordania yang lebih baik dan luas front (pertempuran)nya.
Sebab sebagian dari penduduknya adalah para penduduk Palestina yang hijrah pada masa lalu, dan dari Yordania sebagai titik tolak kedua menuju Tepi Barat (West Bank) dan sekitarnya (insya Allah, red).
Kedua: membuka seluruh perbatasan-perbatasan dengan kekuatan untuk menyempurnakan semua kekurangan unsur unsur yang dibutuhkan. Hal ini agar pembebasan Tanah Palestina dari Sungai (Iraq) sampai Lauta (West Bank) dapat terwujud dengan izin Allah.
Jalan inilah satu satunya jalan Syar’i, jalan realistis, dan ilmiah. Jauh (berbeda dengan jalan) dari mencurahkan kata-kata dan berbagai perbuatan yang kebanyakan tidak dapat mencegah bahaya serangan senjata dan tidak dapat menghancurkan musuh.
Cukup sudah kita mendiamkan, menyia-nyiakan hal ini dan lari dari tanggung jawab. Pembumihangusan Gaza di tengah-tengah pengepungan yang panjang ini merupakan kejadian sejarah yang sangat penting, mengagetkan dan memberi sebuah keputusan yang mengokohkan akan keharusan adanya pemisahan antara kaum muslimin dan munafikin.
Keadaan kita setelah peristiwa Gaza tidak boleh seperti keadaan kita sebelumnya. Akan tetapi kita wajib beramal dengan sungguh dan siap berjihad untuk menegakkan haq dan menghacurkan kebatilan dan kita wajib berlepas diri kepada Allah dari setiap orang yang bersekongkol dengan musuh untuk menghancurkan Gaza.
Berlepas diri dari mereka bukan merupakan amalan sunnah, akan tetapi merupakan bagian dari dua rukun ketauhidan. Membantu orang-orang kafir untuk mengalahkan kaum muslimin adalah salah satu perkara yang terbesar yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Bacalah firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah 5:51)
Dan firman-Nya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Al-Baqarah 2:256)
Tragedi ini sejatinya adalah ujian bagi kita semua. Siapa saja yang mengikuti petunjuk pasti akan selamat, dan siapa saja yang mengikuti hawa nafasunya pasti kan sesat.
Oleh karena itu, kita sangat membutuhkan pemimpin yang jujur, yang akan melakukan perkara yang menjadi kewajiban untuk memobilisasi kekuatan kaum muslimin yang dapat memenuhi dalam medan ini.
Umat ini telah merasakan kerugian yang menakutkan dalam (terhadap, red) pemimpinnya. Meskipun banyak dari mereka yang menyangka bahwa mereka memiliki kepemimpinan yang akan menuntun mereka menuju tepian keselamatan.
Jika tidak berada di dalam standar level pertama dari para raja dan pemimpin, paling tidak berada dalam standard level yang kedua dan ketiga. Pada hakekatnya ini sesungguhnya adalah salah besar. Hal ini semakin memberi posisi penguasa penguasa cacat, dan membiarkan Palestina terjajah selama sembilan dekade.
Demikian pula negara-negara lain. Tidak cukupkah tersebarnya kemiskinan, kebodohan, dan penyakit, meskipun banyak masuk sebagai indikasi jelas atas hal itu. Sebuah kapal laut, sebesar apapun dan sebagus apapun tidak akan sampai pada tepian jika tidak ada pemimpin yang amanah.
Para pemimpin yang berada pada level pertama kita tahu perkara mereka dan membebeknya mereka kepada musuh musuh kita (kaum muslimin). Akan tetapi bencana besar dan yang sangat meyakitkan, adalah bahwa mereka mampu menjinakkan banyak dari pemimipin-pemimpin yang dekat dengan mereka.
Oleh karena itu, jika para pemimpin yang berada dalam level yang kedua dan orang-orang yang dekat dengan mereka tidak mau mengubah diri mereka, masih condong dan bersikap manis dengan kebatilan maka umat ini tidak akan ada kemajuan sedikit pun dalam membebaskan Al-Aqsha.
Sebab, merekalah sejatinya menjadi halangan dan rintangan jalan keluar umat ini dari kebingungan ini. Perumpamaan mereka bagaikan sebuah gerbong kereta api; di depan mereka terdapat gerbong para penguasa dan di dekatnya terdapat gerbong para penguasa level kedua dan orang-orang yang dekat dekat dengan mereka.
Sementara kedua-duanya mogok di tengah jalan pembebasan Palestina sejak dekade yang lalu, maka tidak ada jalan lagi menuju Al-Aqsa kecuali dengan menyingkirkan keduanya dari jalan dan meninggalkannya.
Akan tetapi hal ini tentulah sangat sulit jika kaum muslimin belum tersadarkan, lalu mereka meninggalkan fanatisme tercela tanah air (nasionalisme, red) para pemimpin, para ‘ulama dan penguasa atau pemimpin jama’ah Islam. Meninggalkan beralasan dengan nasehat nasehat mereka dan menegakkan haq atas mereka.
Jika mereka tidak mau melakukan hal ini, maka lisan mereka berkata : “Sesungguhnya mereka berjalan di atas jalan yang telah menghancurkan umat sebelum mereka”.
Oleh karena itu, umat ini tetap dalam kebingungan, dan nampak sekali mereka tidak mengerti makna sabda Rasul SAW: “Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, maka sungguh akan aku potong tangannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Maka dari itu, di dalam diri haruslah selalu mengalir ruh nasihat untuk membenarkan tempat perjalanan dan bahwa perkara haq lebih besar dari segala-galanya, keselamatan perkara yang haq lebih utama dari pada keselamatan tanah air (nasionalisme), para tokoh, partai dan berbagai jama;ah.
Setiap orang, perkataannya dapat diterima dan ditolak, kecuali Rasul saw, yang bersabda : “Agama adalah nasehat”.
Ya, jika kita merendahkan hal ini, artinya kita telah merendahkan Din (agama), dan dengan itu pula kita akan tersia siakan. Maka inilah fakta kita sebenarnya.
Umar ibn Khattab ra, pernah mengatakan : “Kita adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, dan di mana pun kita mencari kemuliaan dengan selainnya, maka kita akan dihinakan kembali oleh Allah”. Maka ambillah pelajaran wahai orang orang yang berakal!
Kembali kepada topik kepemimpinan. Jalan untuk membebaskan Al-Aqsha memerlukan kepemimpinan yang nyata, jujur, independen, kuat, dan dapat dipercaya sebagaimana menghadapi peristiwa besar ini dan sebagaimana berdasarkan berbagai argumen yang kuat dari Fiqhul Waqi’/Fikih Realita dan Fikih Syari’ah.
Kempemimpinan ini akan menyusun semacam majlis syura yang akan menyebarkan cabangnya ke seluruh dunia Islam. Majlis ini nanti harus bertanggung jawab dalam menyebarkan berbagai informasi, ketetapan syari’ah serta wa’yu siyasi (wawasan politik) kepada para putra umat.
Sehingga dengan upaya ini kita dapat membebaskan akal dan pemikiran umat dari kebodohan dan mudah ditipu, serta membebaskan jiwa umat dari sikap mudah menyerah dan menjilat kepada orang-orang kafir beserta kaki tangannya.
Memahami bahaya dari realita yang kita hadapi dan peran para penguasa beserta kaki tangannya merupakan langkah awal dalam membentuk kekuatan yang mampu memotivasi untuk merubah kegelapan.
Dan bersamanya fikih syari’ah harus ditetapkan dalam dinamika nyata sehingga gerakan kita akan diarahkan di atas jalan yang lurus, sehingga kita mampu menghadapi kondisi buruk ini dan mengusir agresi yang menimpa umat.
Anggota majlis ini harus dilindungi dari intervensi penguasa dan harus menyatakan pengingkaran terhadap penguasa dan berwaspada dari upaya infiltrasi yang dilakukan penguasa dengan cara memasukkan ulama’ suu’ sebagaimana yang terjadi pada komite atau lajnah atau majlis ulama’ yang ada di negeri kita selama ini.
Dan salah satu tugas dari komite ini adalah menyebarkan ketetapan syar’i mengenai topik kita (jihad zaman ini); seperti mendorong jihad adalah kewajiban hingga kadar kecukupannya terpenuhi.
Dan mendorong publikasi fatwa ulama’ selama peristiwa Gaza yang menyatakan siapa saja yang membantu musuh dalam rangka memerangi umat Islam maka dia terkena satu di antara sepuluh pembatal keislaman, dan juga menjelaskan berbagai aturan syar’i terkait dengan hal ini.
Aku juga ingin menyampaikan di depan para ulama’ dan para da’i mengenai tawaran dalam masalah ini. Mengajak mereka untuk mencurahkan segenap usaha yang dapat mereka lakukan. Di antara poin penting dari proposal ini adalah:
Pertama: Menyusun daftar para ulama’ yang jujur, para da’i, para cendekiawan Islam, kaum intelektual, dan penulis yang senantiasa memberi nasehat untuk umat, bersama dengan upaya menyebarkan berbagai karya ilmiah mereka yang berharga.
Kita juga berkeinginan agar nama dan keberadaan mereka dapat menyebar dan mengakar kuat di tengah masyarakat Islam. Adanya kekeliruan yang tidak disengaja (terkait dengan para ulama’ dan da’i ini) hendaknya tidak menjadi penghalang, tetapi hendaknya jika memang ada beberapa kekeliruan maka ini menjadi catatan dan nasehat agar disampaikan.
Jika tidak, maka tidak akan ada lagi ulama’ yang tersisa bersama kita, sementara kenyataannya adalah alangkah sedikitnya para ulama’. Kita juga harus mengusahakan agar dapat mengarahkan para pemimpin yang jujur, menempatkan mereka dengan baik dan memandunya agar mau untuk menerapkan manhaj Islam.
Kedua: Hendaknya kita terus melanjutkan upaya untuk meluruskan konsep syar’i dalam pemikiran dan kehidupan umat. Beberapa buku yang bermanfaat mengenai hal ini antara lain:
- Fathul Majiid karangan syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh, yang merupakan salah satu kitab yang penting dalam menjelaskan perkara tauhid dan bahaya syirik, termasuk syirik kuburan dan syirik kerajaan.
- Dua kitab milik syaikh Muhammad Qutb: “Pemahaman yang Harus Diluruskan” dan “Apakah Kita Muslim?”.
- Dan kitab “Keterangan tentang Kufurnya Seorang yang Membantu Amerika” karangan syaikh Mujahid Nashir bin Hamd Al-Fahd -semoga Allah membebaskan beliau dari penjara Riyadh.
Ada buku kelima yang juga sangat bermanfaat, yang mengetengahkan tentang evaluasi atas berbagai rezim yang berkuasa di dunia Islam, meskipun judulnya khusus; “Rezim Saudi Dalam Timbangan Syar’i”.
Dan masih banyak lagi kitab-kitab yang bermanfaat yang dengan mudah dapat dibaca di internet, semisal situs At-Tawhed wal Jihad (http://www.tawhed.ws -ed).
Ketiga: Mengingatkan umat bahwa saat ini terjadi peperangan yang dilancarkan untuk merubah dan membelokkan berbagai istilah syar’i dengan tujuan menghalalkan apa yang diharamkan Allah.
Hal ini harus disanggah, dan upaya untuk menyebarkan istilah-istilah syar’i harus dilakukan. Di antara beberapa contohnya:
- Untuk menghalalkan riba, mereka mengganti kata riba dengan bunga dan nama bank dengan sistem riba menjadi bank niaga.
- Untuk menghalalkan khamr dan minuman keras, mereka menggantinya dengan minuman penyegar jiwa dan sejenisnya.
- Saat mereka hendak memerangi dzirwatu sanaamil Islam, yaitu Jihad fie sabilillah, mereka melabelinya dengan sebutan kekerasan dan terorisme.
- Ketika mereka hendak melakukan tindakan yang dapat membatalkan keislaman dan membuat mereka dapat bersekutu dengan musuh Allah, mereka mencoba menghilangkan ketetapan syar’i mengenai hukum terhadap pelaku murtad, dan mereka menyebut orang-orang yang menyeru pemberlakuan hukum tersebut dengan sebutan takfiri (suka mengkafirkan).
Saat ini ada upaya untuk memanggil orang kafir, murtad, zindiq, dan munafiq dengan sebutan lain yang lebih lembut. Mereka enggan menggunakan istilah syar’i.
Mirip dengan hal tersebut adalah penghalusan kata dan istilah semisal “dialog agama,” “kebebasan berpendapat”, “kebebasan berekspresi”, “kerukunan beragama”, “hidup damai berdampingan”, “negeri sahabat”, dan kontrak pemberian fasilitas untuk mendukung armada perang pasukan salib.
Pada saat yang sama yahudi dan nasrani melancarkan pembunuhan atas saudara kita di Palestina, Irak, Afghanistan, Waziristan, Somalia, Kashmir, Filipina, dan Chechnya.
Penghalusan dan pengkaburan istilah ini harus diawasi, serta hakikat sebenarnya dari kenyataan ini harus diungkap.
Keempat: Menghimpun dan menyebarkan daftar musuh kita dari kalangan munafikin dan media mereka, khususnya media informasi seperti koran, buku, majalah, stasiun radio dan channel satelit
Dan yang paling berbahaya adalah dua yang terakhir seperti The British Broadcasting Corporation (BBC) beserta anak perusahaannya serta saluran televisi Al-Hurrah dan Al-’Arabiyyah.
Juga menyebarkan dan memperingatkan masyarakat pada organisasi dan media yang bekerja untuk kepentingan musuh meski mereka tidak menyadarinya, seperti media gosip, media pelemah semangat, media penghancur moral umat Islam.
Kita harus menyebarkan seluruh informasi ini kepada umat dengan berbagai cara apa saja yang dapat dilakukan sehingga kita bisa memperingatkan mereka. Kita juga harus menyertakan berbagai ketetapan syar’i terkait dengan masalah ini, dilengkapi bukti dari pernyataan dan tindakan mereka untuk membantah mereka.
Dan aku menyampaikan firman Allah ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah 5:8)
Mengungkap hakekat orang-orang munafik adalah manhaj Qur’an dan para ulama’ bersepakat bahwa wajib mengungkap orang-orang munafik dan pelaku bid’ah.
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya, “Manakah yang lebih engkau sukai; seorang yang berpuasa, sholat, dan i’tikaf atau seorang yang berbicara memperingatkan umat akan bahaya ahli bid’ah?”.
Imam Ahmad menjawab, “Adapun jika ia sholat dan i’tikaf, maka itu semua bagi dirinya sendiri. Tapi jika ia berbicara memperingatkan umat mengenai ahli bid’ah maka itu untuk umat Islam, maka hal itu lebih baik.”
Hari ini, umat sangat berkeperluan, khususnya setelah agresi terhadap Gaza, untuk mengetahui orang-orang munafik dari berbagai penjuru, agar berhati-hati terhadap mereka dan berjihad melawan mereka.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala:
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (Al-Munafiqun 63:4)
Dan firman Allah ta’ala:
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (At-Taubah 9:73)
Ringkasan dari perkataanku adalah:
Harus ada pemimpin dan kepemimpinan yang jujur, membangun kesadaran syari’at dan politik atas umat, Jihad fie sabilillah, menyingkap hakekat orang-orang munafiq dan memisahkan diri dari mereka.
Perlu diingat bahwa pemisahan adalah sesuatu yang telah kita terapkan terhadap para penguasa. Mereka memiliki dinas rahasia dan badan keamanan yang anggotanya berjumlah ribuan, bertugas mengawasi dan mematai mereka yang aktif menyampaikan nasehat kepada umat.
Anggota dinas keamanan ini menghimpun daftar para da’i yang mereka sebut dengan blacklist, untuk memerangi para da’i dan aktifis dengan berbagai cara:
Bujukan dan godaan, penangkapan dan penjara, pencekalan, pengejaran, pembunuhan karakter dan pencemaran nama baik hingga pembunuhan dalam rangka mencegah para da’i dan aktifis dari corong dan mimbar petunjuk.
Dengan demikian mereka tidak dapat menyampaikan nasehat kepada umat dan memperingatkan mereka. Pada saat yang sama, mereka (thaghut) dan ulama’ mereka serta berbagai media mereka, bebas menebarkan berbagai penipuan dan kesesatan kepada umat.
Terkait dengan daftar musuh-musuh kita, juga karena terbentur keterbatasan waktu, aku akan mencukupkan dengan menggambarkan para pemimpin senior mereka di negeri-negeri kita.
Dalam menghadapi peristiwa ini manusia dipisahkan, khususnya kalangan elit dan kaum terhormat di masyarakat, apakah mereka kalangan penguasa/birokrat atau ulama’.
Dan sungguh jelas saat ini beberapa penguasa Arab telah nyata melakukan kesepakatan dengan koalisi zionis salibis dalam memerangi rakyat kita; merekalah yang sering disanjung-sanjung Amerika dengan kata-kata “para pemimpin moderat Islam”.
Kenyataannya, semua negara di dunia Islam dari Indonesia hingga Mauritania tanpa terkecuali jatuh ke dalam satu di antara dua kategori: negeri yang bobrok dan negeri yang lebih bobrok. Islam berlepas diri dari seluruh kebobrokan ini.
Bukanlah rahasia, ada beberapa hal yang menolong generasi pertama umat ini di masa awal kebangkitan islam untuk teguh dan kuat sehingga mereka dapat memanggul beban yang berat dan mampu mendirikan negara Islam.
Di antara hal terpenting -setelah iman yang shalih dan zuhud- adalah membedakan antara seorang mukmin dan munafik. Berbagai peristiwa besar dan tragedi-tragedi, khususnya peperangan dan guncangan, adalah sarana penyaringan/pemisah yang buruk dari yang baik, dan yang munafik dari yang jujur.
Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
“Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu).” Mereka berkata: “Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu”. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (Ali ‘Imran 3:166-167)
Di antara penyebab bencana yang menimpa muslim pada perang Uhud adalah sepertiga pasukan dipimpin oleh gembong munafikin, Abdullah bin Ubay bin Salul, dan mereka mentaatinya. Lalu orang ini mengkhianati mereka dan memerintahkan mereka untuk mundur dan tidak bertempur.
Betapa mirip hari ini; seluruh pasukan dan tentara resmi dari umat ini berada di bawah komando para pemimpin munafik, sementara segenap pasukan dan tentara ‘tidak resmi’ berada di bawah komando berbagai jama’ah Islamiyah.
Banyak di antara mereka percaya bahwa para penguasa ini adalah penguasa yang sah sehingga diharamkan memberontak dan melawan mereka. Jadi, bagaimana tidak tragedi demi tragedi jatuh menimpa kita susul menyusul?
Jelaslah mengapa berbagai jama’ah ini membiarkan Gaza dan rakyatnya karena mereka menunggu izin dari para (pemimpin) munafik ini untuk menunaikan Jihad. Jadi apa untungnya para pemuda atas berbagai hal ini?
Tugas kita adalah menjauhkan orang-orang munafik dan para pengecut pelemah semangat (mukhadzdzil) yang lari dari gelanggang perang agar mereka tidak menempati posisi kempemimpinan dan pemberi arahan.
Seperti yang dilakukan para sahabat RA setelah perang Uhud; ketika Ibnu Salul ingin berdiri menyampaikan ceramah kepada umat islam sebagaimana biasanya -dia adalah pemuka kaumnya dan ia ingin menjaga status ini dengan memerintahkan generasi awal umat Islam-, tapi para sahabat menarik bajunya dan menghardiknya, “Ijlis ay ‘aduwwallah! Lasta bidzalika biahlin wa qad shana’ta maa shana’ta.”. “Duduklah hai musuh Allah! Tidaklah engkau layak untuk melakukannya, telah kau perbuat apa yang kau perbuat.”
Berapa banyak orang yang menduduki peran sebagai pengarah umat dalam berbagai ragam bentuknya dan mereka menyesatkan umat sehingga umat berhimpun di sekeliling orang munafik yang memerintah kawasan ini. Dan mereka membuat umat ini lalai dari berperang membebaskan Palestina.
Jadi betapa tepat untuk mengatakan kepada setiap orang di antara mereka -dengan berhadap-hadapan atau lewat telpon- dengan apa yang pernah sahabat katakan kepada presiden pertama mereka, Ibnu Salul, “Duduklah hai musuh Allah! Tidaklah kau layak untuk melakukannya, telah kau buat apa yang kau perbuat!”.
Apa yang telah dilakukan para sahabat terhadap Ibnu Salul adalah menyingkapkan jati dirinya dan memaksanya turun dari posisi sebagai pemuka dan pemberi arahan umat Islam.
Jikalau mungkin dia melakukannya lagi di perang yang lain dan pergi meninggalkan gelanggang perang bersama sepertiga pasukan, karena tragedi itu kadang berulang.
Inilah yang seharusnya kita lakukan, karena orang-orang munafik dan pelemah semangat telah berkali-kali menimpakan kepada kita berbagai tragedi selama puluhan tahun.
Maka inilah sejumlah tawaran yang aku harap dapat menjadi jalan bagi proyek besar untuk menyelamatkan umat serta mematahkan belenggu yang telah mengikat putra-putranya sehingga mereka dapat bangkit untuk memerdekakan diri.
Dari mereka akan bertolak berangkat satu jumlah yang memadai demi menunaikan faridhah yang paling wajib setelah iman: mengusir musuh yang memerangi dien dan dunia.
Membuka satu mata rantai yang membelenggu leher kita akan memudahkan kita untuk melepaskan keseluruhan rantai yang membelit tubuh kita, insyaAllah.
Kesempatan pada hari ini terbuka lebar dalam rangka menunaikan faridhah/kewajiban, dan ada banyak medan jihad, khususnya Irak, Afghanistan, Pakistan, Somalia, dan Maghribul Islam (Al-Jazair).
Maka aku berdoa kepada Allah agar menurunkan petunjuk kepada kita sehingga kita dapat menolong dien ini dan menunaikan Jihad fie sabilillah sehingga kita dapat memerdekakan negeri-negeri islam, khususnya Irak, dan dari sanalah kita akan bertolak menuju Palestina.
Sebagai penutup, aku mengingatkan umatku akan pentingnya senantiasa menjaga hati supaya dekat dengan faktor-faktor peneguh iman. Dan agar menjauhkan hati kita dari tempat-tempat kelalaian dan kemunafikan.
Apa yang dapat menolong kita adalah lisan yang senantiasa basah mengingat Allah ta’ala. Membaca Al-Quran satu juz setiap hari disertai tadabbur dan tafakkur akan membersihkan hati dan mencerahkan pikiran, serta menjelaskan kepada kita hakekat musuh dari kalangan musyrikin dan munafikin.
Bacalah firman Allah ta’ala:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus 10:57)
Aku juga menganjurkan kalian akan pentingnya menelaah sejumlah kitab dan buku yang bermanfaat. Menyelesaikan sejumlah buklet dari daftar, menelitinya, dan menyebarkannya. Kesemua itu laksana mercusuar di tengah gelapnya serangan musuh, baik dekat maupun jauh.
Akhirnya aku nasehati diriku dan segenap saudaraku dengan bait syair:
Cita-cita bertanya padaku.. Mengapa pengecut dan kelemahan terus membelenggu?
Sementara negeri-negeri kita telah dipenuhi.. Oleh para thaghut yang memiliki gambar-gambar..
Untuk merendahkan akidah kita.. Dan dalam diri mereka penuh kedustaan nun mara bahaya..
Wahai saudaraku, wahai kekuatan yang kokoh.. Jalan Allah adalah tujuan kita..
Takutkan engkau akan kematian.. Sementara kematian adalah surgamu?..
Tiang agama tiadalah terkuatkan.. Dengan teriakan dan pembelotan..
Tanpa pedang tiadalah bermanfaat.. Ku bersumpah wahai generasi mudaku..
Ya Allah.. Tunjukkanlah kepada kami bahwa yang haq itu adalah haq dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami bahwa kebatilan itu adalah kebatilan dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
Ya Allah.. Limpahkanlah kepada umat kami ketetapan kebaikan, yang taat kepada-Mu akan mulia dan yang ingkar kepada-Mu akan terhina, dan dengannya kebaikan ditegakkan dan kemungkaran dicegah.
Ya Allah.. Limpahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari api neraka.
Ya Allah.. Limpahkanlah pertolongan kepada mujahidin dimana pun mereka berada. Terimalah syuhada mereka, sembuhkanlah luka-luka mereka, dan bebaskanlah kalangan mereka yang tertawan. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah.. Timpakanlah kehancuran kepada aliansi zionis salibis dan siapa saja yang menolong mereka.
Ya Allah.. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu, maka bantulah kami dengan pertolongan-Mu, dan limpahkanlah kepada kami kemenangan atas orang-orang kafir.
Ya Allah.. Shalawat dan salam kami mohonkan kepada-Mu untuk nabi kami Muhammad, segenap keluarga, dan para sahabat.
Wa aakhiru da’waanaa anil hamdulillahirrabbil ‘aalamiin..
Sumber: Forum Muslim Ummahq