International Jihad Analysis – Sesungguhnya sejarah Islam penuh dengan pengorbanan para lelaki perwira yang lebih mengutamakan aqidah mereka daripada diri mereka sendiri secara yakin dan penuh pengharapan pahala dari Allah.
Di awal bulan Robiul Awal, bulan dimana kaum Muslimin biasanya mengenang jejak perjuangan Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam, terdengar panggilan dan teriakan minta tolong dari saudara-saudara Muslim di Turkistan Timur. Sebuah kelompok jihad yang menamakan dirinya Al Hizbul Islamy At-Turkistany, telah menulis sebuah surat, melalui Media Al Fajr, yang ditujukan kepada seluruh kaum Muslimin agar menengok nasib saudara mereka di bumi yang pernah berjaya dengan Islam dan kini berada di bawah penindasan dan kedzoliman rezim Sosialis Komunis Cina. Dengan pasukan bersenjata, dan tekanan politik yang keras, rezim Sosialis Komunis Cina telah menistakan kemuliaan Islam dengan mengatakan bahwa ia (Islam) adalah Candu bagi masyarakat. Bahkan mereka membuat undang-undang khusus yang melarang siapa pun untuk memeluk dan beriltilzam dengan Islam, melarang ta’lim, mengajar dan mempelajari Al Qur’an , dan memenjarakan mereka yang nekat melakukannya.
Sebuah pembantaian dan perang terhadap Islam dan kaum Muslimin saat ini tengah berlangsung di negeri yang dahulu pernah menjadi negeri Islam. Syi’ar-syi’ar Islam dilarang, ribuan mushhaf dan kitab-kitab Islam dibakar. Kumandang adzan dilarang di masjid-masjid. Sungguh sebuah penghinaan dan pelecehan Islam oleh rezim Sosialis Komunis Cina.
Lebih kejam lagi, para pemuda yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang menunaikan shalat, perempuan dilarang memakai hijab dan penjara serta siksaan menanti jika kaum Muslimin melawan. Juta’an muslimah dikirim ke Cina dengan alasan memberikan pekerjaan. Sementara itu, sejumlah besar orang-orang Cina dikirim ke Turkistan untuk mencampuradukkan nasab (keturunan) antara mereka dengan kaum Muslimin Turkistan. Setiap perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan ini sudah pasti akan dipenjara, dikenai denda uang dan berbagai jenis penindasan dan penghinaan. Sebuah tindakan yang sudah pasti menimbulkan ghiroh (kecemburuan) di dada setiap muslim dimanapun mereka berada.
Turkistan Timur di Bawah Rezim Sosialis Komunis Cina
Dalam buku Jihad Asia Tengah, Perang Akhir Zaman, karya Syekh Abu Mus’ah As Suri, yang diterbitkan oleh Ar Rahmah Media, di bagian akhir buku tersebut dibahas tentang Turkistan yang merupakan wilayah strategis dan berpotensi untuk menjadi ladang jihad. Berikut analisis beliau.
Wilayah Turkistan berada di Asia Tengah, dimana bagian timur berbatasan dengan Cina dan Mongolia. Bagian Barat dengan Kaspia dan sungai Ural. Bagian selatan berbatasan dengan Tibet, Kashmir, Pakistan, Afghanistan, Iran, Mongolia Utara dan Siberia. Ada dua penjajah yang bergabung untuk menguasai wilayah ini, yakni Uni Soviet (di masa lalu) dan Republik Rakyat Cina (sampai saat ini) di bawah perjanjian Nerchinsk pada bulan Agustus 1689. perjanjian ini berakhir dengan adanya perjanjian St. Petersburg pada bulan Februari 1981.
Wilayah bagian Barat yang (dahulu) dijajah oleh Uni Soviet dikenal dengan nama Turkistan Barat. Sementara itu, bagian Timur dijajah oleh Republik Rakyat Cina dan dikenal dengan nama Turkistan Timur. Turkistan Timur inilah yang saat ini berada di bawah tekanan dan penindasan rezim Sosialis Komunis Cina.
Luas Turkistan Timur adalah 1.750.734 km2 dan ini sekitar dua kali wilayah Mesir dan juga dua kali wilayah Pakistan. Turkistan Timur adalah sebuah wilayah dimana jarak dengan laut terdekat berjarak sekitar 1900 km. Wilayahnya sebagian besar terdiri dari semi-padang pasir dan berbatasan dengan garis-garis batas yang berupa tiga pegunungan dan lembah sungai.
Rezim Sosialis Komunis Cina menyebut Turkistan Timur dengan nama Xinjiang. Daerah ini juga mencakup sebagian besar wilayah Aksai Chin, yang diklaim oleh rezim kafir India sebagai bagian dari negara bagian Jammu dan Kashmir. Xinjiang yang secara harfiah bermakna ‘Perbatasan Baru’ atau ‘Daerah Baru’ menjadi semakin diperebutkan mengingat sumber daya alam dan ekonominya yang sangat luar biasa. Kaum Muslimin lebih suka menyebutnya Turkistan Timur atau Uighuristan.
Syekh Abu Mush’ab As Suri dalam bukunya tersebut juga mengatakan bahwa Turkistan Timur adalah salah satu negara terkaya di antara negara-negara di wilayah itu karena berlimpahnya mineral yang terkandung di tanah ini, yang menyokong tulang punggung perekonomian Cina. Negara ini juga mengandung minyak dan bahan tambang penting lain. Turkistan Timur diperkirakan menjadi penyedia minyak bumi terbesar kedua di dunia setelah Timur Tengah. Produksi rata-rata tahunannya 5 juta ton. Besi juga merupakan hasil tambang dengan jumlah produksi tahunan sekitar 250 juta ton. Terdapat lebih dari 56 tambang emas. Sedang untuk stok uranium, masih sekitar 12 triliun ton. Produksi batu garam rata-rata tahunan adalah 450.000 ton, sedang persediaan (cadangan) batu garam cukup untuk seluruh dunia selama 1000 tahun.
Kekayaan alam Turkistan Timur pastinya menambah kerakusan dan nafsu menguasai dan menindas rezim Cina terhadap kaum Muslimin Turkistan Timur. Sebagaimana disampaikan Pusat Media Al Hizbul Islamy At-Turkistany bahwa sesungguhnya pertarungan yang terjadi antara kaum muslimin Turkistan dan rezim komunis Cina sejatinya adalah pertarungan antara islam dan kekafiran, antara haq dan batil. Lintasan sejarah panjang Turkistan pun menunjukkan hal tersebut.
Islam pertama kali masuk ke Turkistan pada pada masa khalifah Bani Umayyah, yakni Al-Walid bin Abdul Malik pada tahun 96 H (715 M) melalui tangan komandan mujahid, Qutaybah bin Muslim rahimahullah (semoga Allah merahmatinya) yang berhasil memasuki kota Kashgeer. Ketika berakhirnya Khilafah Bani Umayyah dan dimulainya Khilafah Bani Abbasiah pada abad ketiga hijriyah, Sultan Khakan, “Satok Bograkhan” (dikenal juga dengan nama Abdul Karim) menjadikan agama Islam sebagai Agama negara. Turkistan menjadi negara Islam merdeka selama sembilan abad dan sejak saat itu penduduk negara itu telah menjadi muslim, hingga berakhirnya masa Daulah Islamiyyah terakhir yang runtuh pada tahun 1355 H.
Pada Abad ke 18 M terlihat bahwa beberapa bagian dari dunia Islam menjadi sasaran penjajahan bangsa-bangsa Eropa dan Asia.Di Asia, para penjajah yaitu Rusia dan Cina sepakat membagi tanah kaum Muslimin di Turkish melalui beberapa perjanjian. Jatuhnya wilayah ini dengan penyerahan ke tangan Cina setelah menelan korban 1.200.000 warga Turkistan dan 22.000 keluarga Turkistan terasing ke Cina.
Kaum muslimin yang memendam dendam di Turkistan Timur memberontak melawan penjajah Cina dan penindasan Budha dalam tujuh pemberontakan dengan kekuatan besar. Pemberontakan terakhir terjadi tahun 1863 yang menjadikan Turkistan Timur merdeka dari kekuasaan Cina dan terbentuknya kerajaan yang merdeka pada abad ke-19 M. pembentukan pemerintahan lokal di lima wilayah, kesemuanya di bawah pemerintahan Attalik Ghazi Yakub Bek, yang dianugerahi gelar Sulthan Utsmani dan Amirul Mukminin. Attalik adalah orang yang baik yang membangun masjid-masjid dan sekolah-sekolah Islam, beberapa diantaranya masih berdiri hingga kini. Akan tetapi pembaharuan ambisi kolonial Rusia dan Cina, menjadikan Cina menduduki Turkistan Timur sekali lagi pada tahun 1878. Wilayah ini kemudian dianeksasi pada tanggal 18 November 1884, dan dijadikan sebagai sebuah propinsi bagian kekaisaran Cina. Turkistan Timur kemudian dinamai Xinjiang dan Urumqi dijadikan sebagai ibu kotanya.
Revolusi Turkistan melawan Cina, dengan sejuta kaum muslimin terbunuh ketika mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Cina. Pemerintahan Cina secara kejam dan bengis menyiksa dan menekan para pejuang Turkistan. Perburuan terhadap mereka meningkat, akan tetapi perjuangan dan perlawanan mereka makin teguh, hingga salah satu pemimpin harakah Islam, Abdul Qodir Damulla, memerdekakan negeri ini dan mendirikan Republik Turkistan Timur di Kashger pada 12 November 1933. Akan tetapi Raja muda Cina Sheng Shicai mampu mengurangi pemberontakan dan menguasai kembali negara ini bersama Rusia dengan segala kekuatan yang diperlukan dan mengerikan pada bulan Juli 1934. Mereka kembali menduduki negeri kaum muslimin yang masih muda (baru merdeka) ini.
Pada tahun 1949, komandan pasukan Cina di Turkistan Timur menaklukan negeri ini dan menyerahkannya ke Mao Tse Tung, pemimpin Partai Komunis Cina. Pasukan Cina Komunis memasuki Turkistan Timur pada bulan Oktober 1949 dan mulailah era rezim Sosialis Komunis Cina, dan ketidak adilan dalam sejarah muslimin Turkistan Timur.
Kekejaman Rezim Komunis Cina
Sebuah artikel yang ditulis oleh Abdullah Manshur di majalah Turkistan, Al Islamiyah, menceritakan bagaimana kejahatan rezim Komunis Cina di Turkistan Timur. Panjangnya catatan kejahatan rezim Cina ini ironisnya dengan rapi ditutupi dan tidak diketahui oleh kaum Muslimin. Rezim komunis Cina di bawah kepemimpinan Mao Tse Tung telah membantai sebanyak 4,5 juta muslim. Mereka juga mengembargo ekonomi kaum Muslimin di Uighur di Turkistan Timur dan melarang mereka untuk menduduki jabatan pemerintahan serta mencegah mereka dari berhubungan dengan kaum Muslimin lainnya di luar Turkistan, dan juga melarang mereka untuk pergi ke luar negeri. Rezim Cina ini juga memerangi Islam, diantaranya dengan mengumunkan secara resmi bahwa Islam adalah agama di luar undang-undang dan siapa saja yang mengikuti agama ini maka dia akan di cap sebagai teroris fundamental.
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, mereka juga melarang atau menutup masjid-masjid dan sekolah Islam, memaksa perempuan muslimah untuk membatasi kelahiran, bahkan menggugurkan janin di perut ibunya. Mereka juga menangkapi para ulama dan menjebloskan ke penjara tanpa tuduhan apapun kecuali dengan dalih memberantas terorisme.
Lebih sadis lagi, rezim Cina ini berusaha membumi hanguskan kaum Muslimin Turkistan secara sistematis. Mereka, menyebarkan wabah penyakit di antara penduduk Muslim Turkistan, menerapkan kebijakan pembersihan etnis muslim dengan menculik muslimah Turkistan dan memindahkan mereka ke Cina.
Syekh Abu Mush’ab As Suri dalam bukunya juga memerinci kejahatan dan kekejaman rezim Komunis Cina, tidak jauh berbeda. Tindakan paling biadab yang mereka lakukan adalah melakukan uji coba nuklir di daerah pendudukan Turkistan, yang selain menyebabkan kerusakan lingkungan juga menyebarkan penyakit berbahaya di antara penduduk Turkistan.
Tentu saja tindakan biadab ini akan membangkitkan kemarahan kaum Muslimin dan mengobarkan semangat jihad untuk menghilangkan kesewenang-wenangan dan kedzoliman yang dilakukan rezim Komunis Cina.
Panggilan Jihad Dari Turkistan Timur
Pembentukan gerakan jihad, Al Hizbul Islamy At Turkistany, sebagaimana rilis mereka, adalah panggilan atau kewajiban muslim Turkistan khususnya untuk menghilangkan tragedi yang diderita muslim Turkistan tersebut. Sejak 10 tahun yang lalu, jama’ah jihad Al Hizbul Islamy At-Turkistany ini dibentuk dan dikelola oleh para ulama, dan para pelajar ilmu syar’I, untuk kemudian melaksanakan dakwah dan bimbingan kepada para pemuda muslim dan kepada orang-orang yang awak dengan didasari pada dakwah kepada tauhid dan mengikuti aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah menurut Al-Kitab (Al Qur’an ) dan As Sunnah (hadits).
Maka, jama’ah jihad ini pun mulai meretas jalan jihad dan dakwah, I’dad imany dan I’dad askary sebagai bentuk manhaj dalam sebuah jama’ah yang menuju perubahan. Mereka mengatakan bahwa jalan tersebut ditempuh untuk mengembalikan penerapan syari’at Allah di bumi Turkistan dan seluruh negeri Islam. Dalam perjalanan mereka, telah ratusan syuhada, janda, dan anak yatim mereka persembahkan.
Salah satu pejuang Islam, mujahid, yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk jihad di Turkistan adalah Hasan Makhdum, rahimahullah, atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Muhammad, atau Jundullah. Beliau adalah penggagas Al Hizbul Islami At Turkistany, yang pertama kali menyeru mujahidin Turkistan untuk mengambil bagian mereka dalam mewujudkan Khilafah Islamiyah dan jihad fie Sabilillah di Turkistan.
Kini, Jama’ah Jihad, Al Hizbul Islamy At Turkistany, di bawah kepemimpinan Al Akh Abdul Haq, mengajak seluruh kaum Muslimin untuk memberikan dukungan kepada saudara-saudara se-dien dan se-aqidah, baik berupa nasehat, bimbingan, do’a sholih, dan tentu saja bantuan kongkrit lainnya untuk menyelesaikan problem bagi seluruh umat Islam, khususnya di Turkistan Timur. Mereka memanggil kaum Muslimin dimana pun dengan panggilan jihad untuk membantu mereka, saudara-saudara kita seiman hingga penjajah kafir yang atehis itu hengkang dari negeri kaum Muslimin dan hingga daulah Islaiyyah tegak dengan idzin Allah.
Syekh Abu Mush’ab As Suri dalam bukunya Jihad Di Asia Tengah, Perang Akhir Zaman, bahkan menyemangati kaum Muslimin untuk mendukung Jihad Di Asia Tengah, termasuk wilayah Turkistan Timur. Menurut beliau, dalam kegelapan ini, ada seberkas sinar harapan dan tanda-tanda turunnya fajar dari sebuah negara Islam yang gemilang dan tanda-tanda kembalinya Darul Islam dan panji-panji syariah di atas Afghanistan. Kaum muslimin yang berada di tanah-tanah penindasan datang, merangsek, bersama memenuhi puncak-puncak Khurasan. Taliban menerima banyak harapan sebagaimana saya sebutkan dalam laporan riset saya yang terdahulu; “Afghanistan dan Taliban dan peperangan Islam Hari ini”, yang menunjukkan tanda-tanda harapan pada jihad di Asia Tengah (di Tajikistan, Uzbekistan, Turkistan Timur dan beberapa wilayah lain).
Sebagai tambahan, seluruh ramalan dan tanda-tanda yang mengindikasi sudah dekatnya waktu berkumpulnya orang-orang di bawah panji kebenaran dan jihad di tanah ini, dan oleh karena itu, hal ini penting. Dari perspektif kaum muslimin, mereka harus menganggap hal ini serius dan berharap mengambil bagian dalam persoalan ini. Sayangnya, sebagian besar kaum muslimin masih berada dalam kebodohan dan sedikit yang menganggap penting mencapai tujuan ini. Dan sayangnya lagi, banyak dari muujahidin yang juga belum mengerti di wilayah ini. Padahal dalam waktu yang dekat ini. Mereka kemudian mengatur rencana agar segala sesuatunya wajar dalam pemikiran kita, bahkan bagi beberapa dari kami. Pentingnya jihad di Afghanistan dan Asia Tengah berasal dari perspektif syariah dan strategi yang meliputi baik aspek politik maupun militer dalam masalah ini.
Kini, jawaban dan pilihan ada pada kita semua, kaum Muslimin. Akankah kita membantu saudara-saudara Muslim kita yang saat ini sedang didzolimi oleh rezim Komunis Cina di Turkistan Timur ? Atau apakah kita akan berdiam diri dan santai-santai saja dengan keadaaan tersebut ?
“.. Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Anfal 8:72)
By: M. Fachry
International Jihad Analysis
Ar Rahmah Media Network
http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2009 Ar Rahmah Media Network