Majalah baru bernama Muslim Girl telah diluncurkan bulan ini, yang memberi kesempatan bagi lebih dari 400.000 remaja muslimah di Amerika Serikat menjadi gadis sampul majalah itu.
“Gadis-gadis sangat ingin kisah mereka disiarkan,” kata Ausma Khan, pemimpin redaksi Majalah Muslim Girl, dalam sebuah wawancara. “Ada informasi untuk setiap kelompok. Masyarakat kami tentu saja tak terlayani,” katanya.
Majalah tersebut telah menerbitkan 25.000 exemplar, dan berharap sirkulasinya akan empat kali lipat dalam dua tahun. Demikian laporan Islamonline.net.
Wardah Chaudhary, muslimah berusia 16 tahun dari Tulsa, Oklahoma, menjadi gadis sampul pertama majalah itu. Mereka yang tertarik untuk menjadi gadis sampul terbitan mendatang majalah tersebut dapat mengisi formulir melalui situs internet majalah itu, http://www.muslimgirlmagazine.com.
“Satu hal yang pasti adalah saya tak akan ketinggalan apa pun, hanya karena saya memakai hijab,” kata Chaudhary –covergirl majalah tersebut, dengan tutup kepala merah dan putih, dihiasi bintang merah, putih dan biru, di pipi kanannya– dalam ceritanya yang merujuk kepada gaya hijabnya. “Untuk semua gadis yang membaca ini, saya ingin mereka mengetahui agar bangga mengenai siapa anda sebenarnya.”
Edisi pertama majalah tersebut disalurkan di daerah yang memiliki banyak warga muslim, termasuk New York, Jersey City, New Jersey, Dearborn, Michigan, Chicago, Los Angeles, dan Texas. Setelah itu, majalah ini akan dipasarkan di wilayah Ontario dan Toronto, Kanada. Demikian dijelaskan Ausma Khan, seorang pengacara sekaligus penulis.
Majalah dua bulanan yang dicetak pada kertas mengilap itu diluncurkan bulan ini untuk memberi 400.000 remaja Muslimah Amerika perspektif hidup dan sangat relevan dengan kehidupan kontemporer. Demikian isi pengantar dari penerbit majalah itu.
Jajak pendapat yang dilakukan untuk majalah tersebut menunjukkan, kaum muslimah suka menonton televisi, membaca majalah remaja, surfing (menjelajah) Internet, seperti YouTube.com, dan menikmati permainan video.
Gadis remaja juga suka berbelanja dan jalan-jalan. Studi itu juga menyoroti sebagian perbedaan; misalnya, mereka bersosialisasi di IslamiCity dan melaksanakan hobi utama mereka, mempelajari Al-Qur`an.
Ausma Khan, yang bergelar PhD dan menjadi penulis, pengacara hak asasi manusia dan pegiat, sangat menyukai konsep itu sehingga ia meninggalkan posisi mengajar di Northwestern University untuk menjadi pemimpin redaksi.
“Kebanyakan yang mewakili umat muslim di media bersifat negatif,” katanya. “Muslim Girl menantang persepsi itu dengan menceritakan kisa remaja muslim yang bangga menjadi warga negara Amerika dan memberi sumbangan bagi masyarakat Amerika dalam banyak cara yang positif. Ini adalah peluang bagi pilihan mereka untuk didengar. Mandat editorial kami ialah meringankan, merayakan dan memberi mereka ilham.”
Majalah Muslim Girl menjelaskan kembali wajah kaum muda muslim di Amerika. Isinya yang inovatif memperlihatkan gadis remaja yang sama bangganya dengan identitas mereka sebagai orang Amerika dan muslimah, yang pada saat bersamaan menjauhkan diri dari konflik.
Ausma Khan menambahkan,”Kami akan memperlihatkan pemain basket berhijab bersama artis dan perancang mode kontemporer. Kami ingin menghilangkan pendapat bahwa remaja muslim hanya merasa nyaman dengan satu model tertentu. Tertutup atau tak tertutup, remaja muslimah ikut tanpa ragu dalam olahraga, seni, perjalanan internasional, dan masjid lokal mereka.”
Majalah Muslim Girl diluncurkan dengan target sirkulasi 50.000 eksemplar setiap terbit, pada tahun pertama. Diharapkan, akan berkembang jadi 100.000 dalam dua tahun. Majalah tersebut diterbitkan oleh peraih hadiah execuGo Media di Toronto, Kanada, dan disebarkan di seluruh dunia oleh RCS di Los Angles, California.
Muslim Girl dijual dengan harga eceran 4,95 dolar AS. Harga berlangganan tahunan 19,99 dolar AS. [TMA, Ant]