Seorang sosiolog dan ahli sejarah Muslim, Ibnu Khaldun mengatakan, sejarah selalu terulang dan berbagai peristiwa seperti kelahiran, pertumbuhan, penuaan, dan kematian seorang manusia akan terus terulang. Hanya saja untuk setiap tahap pengulangan itu selalu lebih moderen dari sebelumnya. Ibn Khaldun juga meyakini pada akhirnya kebenaran akan mengalahkan kebatilan dan akan terbentuk sebuah masyarakat yang berdasarkan pada fitrah suci insani. Menurutnya, dasar dan pondasi sebuah peradaban adalah system pemerintahan di dalamnya. Kemerosotan atau perkembangan peradaban tersebut sangat bergantung pada perilaku masyarakatnya.
Salah satu film menarik yang ditayangkan di AS berkaitan erat dengan kemerosotan dan faktor runtuhnya sebuah peradaban. Fakta bahwa kemerosotan atau perkembangan sebuah peradaban sangat bergantung pada perilaku masyarakatnya, dipaparkan dengan baik dalam filem tersebut. :foto :video
Filem berjudul Apocalypto ditayangkan di layar lebar AS awal bulan Desember lalu. Filem ini menggambarkan nasib tragis peradaban kaum Maya. Apocalypto adalah karya terbaru Mel Gibson yang juga pernah menyutradari filem The Passion of The Christ. Selain dinilai sukses di pasar, Apocalypto juga memancing banyak pendapat pro-kontra dari para kritikus perfileman dunia.
Filem ini mengisahkan kondisi pada abad ke-16 di sebuah hutan dekat permukiman kaum Maya. Seorang laki-laki bernama Jaguar Paw, dipilih kaum Maya sebagai korban. Ia pun melarikan diri dan berusaha melepaskan diri dari bencana ini tanpa menggunakan senjata. Perjalanannya menuju dunia penuh bahaya serta upayanya menyelamatkan istri dan anaknya dengan meninggalkan mereka, merupakan di antara tema filem Apocalypto. Para pelakon filem ini diperankan oleh aktor dan aktris Meksiko. Menariknya lagi, filem ini menggunakan bahasa Maya. Filem Apocalypto dibuat di Meksiko dan naskahnya disusun oleh Mel Gibson dan Farhad Safinia asal Iran.
Muncul berbagai tanggapan dan kritikan tentang filem Apocalypto, sebelum maupun setelah beberapa pekan berlalu sejak penayangan perdananya. Sebagian pihak memuji kelihaian sutradara dan penulis naskah filem tersebut yang mampu menggambarkan runtuhnya peradaban besar seperti kaum Maya. Mereka berpendapat bahwa filem Apocalypto dapat memberikan penjelasan kepada para pemirsanya tentang kemusnahan sebuah peradaban besar kaum Maya yang memiliki bahasa, tulisan, budaya, dan teknologi yang cukup maju. Mel Gibson sendiri juga berpendapat bahwa filemnya merupakan simbol seluruh peradaban yang mulai musnah.
Saat penayangan perdana, Mel Gibson mengatakan, AS sama seperti peradaban kaum Maya yang menjadikan manusia sebagai tumbal. Menurutnya, apa yang telah menimpa kaum Maya tengah terjadi di AS. Pengiriman pasukan ke Irak disetarakannya dengan aksi kaum Maya yang mengorbankan manusia untuk dipersembahkan kepada para dewa. Ini merupakan tanda-tanda kehancuran bangsa AS. Lebih lanjut Mel Gibson menjelaskan bahwa pengiriman pasukan ke Irak terjadi tanpa strategi yang matang dan hasilnya adalah menjadikan mereka tumbal. Farhad Safinia, penulis naskah filem Apocalypto mengatakan,”Saya dan Mel Gibson, berusaha menjelaskan fakta ini kepada para pemirsa bahwa indikasi kehancuran seluruh kekuatan adidaya dunia berada di tingkat yang sama. Adapun tanda-tandanya bermacam-macam mulai dari perusakan lingkungan hidup, terbentuknya sebuah masyarakat konsumeris, atau bahkan ketidakadilan dalam politik.
Adapun dimensi lain dari filem ini adalah mencuatnya kritikan dari kaum Maya dan berbagai kelompok di kawasan Amerika Latin. Sejumlah kelompok di Guatemala menilai filem Apocalypto sangat tak realistis. Padahal yang disiarkan di Guatemala hanya cuplikan filem Apocalypto saja dan tidak seluruhnya. Menurut mereka, ritual pengorbanan manusia dalam filem tersebut hanya dipandang dari satu sudut pandang saja. Namun Richard Hanson, seorang dosen dan pengamat sejarah naskah Apocalypto mengatakan, filem ini mampu memberikan gambaran sangat tepat dan akurat tentang kaum Maya melalui dekorasi, desain kostum, dan grim. Filem ini merupakan kompilasi yang sempurna antara fakta sejarah dan imajinasi penulis naskah. Menanggapi kritikan yang muncul, Mel Gibson mengatakan,”Topik utama filem ini termasuk fakta sejarah yang hingga kini masih diperdebatkan. Dan saya harap melalui kenyataan ini, kita dapat menyimpulkan dimensi baru tentang peradaban era moderen.” (irib)