Ada hal menarik tindakan aparat di Poso baru-baru ini. Mengapa masyarakat terkesan melawan tindakan aparat?. Sebagaimana diketahui, baku tembak antara aparat polisi dengan masyarakat tidak bersenjata di Tanah Runtuh, Kelurahan Gebang Rejo, Poso Kota, Senin (22/1) ternyata tak hanya melibatkan orang dewasa. Bahkan anak-anak pun ikut terlibat. Mengapa?
Achmad Suardi (37) salah seorang saksi mata peristiwa yang sempat bersaksi di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa kemarin menceritakan bagaimana situasi bentrok antara aparat dan masyarakat itu mirip perang. “Ini seperti suasana perang. Padahal yang dihadapi adalah warga Indonesia sendiri. Tapi kenapa polisi seperti mau membantai warganya sendiri?”katanya. Menurut Suardi, kemarahan dan sikap perlawanan terhadap aparat juga terjadi pada anak-anak.
Menurut Suardi, tindakan perlawanan masyarakat terhadap polisi diakibatkan sikap polisi menembak rumah mereka secara membabi buta, “Saat kejadian saya di luar lokasi tembakan tapi melihat kejadian itu. Saya sedih kenapa ini terjadi. Dan beberapa jenazah tergeletak di tanah. Masyarakat tak bisa ambil jenazah itu sebab ketakutan. Jadi polisi yang mengambil jenazah itu, ” katanya dikutip Koran Surya.
Menurut salah seorang pengurus yayasan Islam di Gebang Rejo, Muharram (46), peristiwa yang terjadi Poso kemarin itu terjadi karena efek psikologis semata. Menurutnya, sebelum dilakukan penggerebekan, aparat sudah mengirim pesan yang disampaikan dari tingkat kecamatan, desa hingga ke tingkat RT akan adanya penggerebekan. Dalam pesan itu, aparat meminta agar masyarakat tidak keluar rumah.
Peristiwa tidak didinginkan terjadi ketika masyarakat mendengar suara tembakan dan dentuman mirip bom. Praktis semakin membuat suasana jadi tidak menentu. Termasuk perasaan ketakutan dan kecemasan.
“Di Poso, jika ada suara dentuman, masyarakat justru lari mendekat karena penasaran apa yang sedang terjadi”, ujar pria yang rumahnya hanya 200 meter dari kejadian itu kepada hidayatullah.com.
Menurut Muharram, kecemasan ini membuat masyarakat makin kacau. Ada yang mendekat, ada yang lari dan sebagian panik. Boleh jadi ditengah kesemerawutan itulah, ada peluru nyasar ke warga.
Nah boleh jadi, salah sasaran inilah yang kemudian menjadi pemicu marah nya masyarakat dengan dengan aparat. [sy, cha, hid.com]