Siapa yang menyangka bahwa ayam-ayam itu pun akan mengakhiri riwayatnya dengan tragis, menjadi korban kebrutalan Israel. Nasib yang sama seperti yang dialami 49 anggota keluarga yang rumahnya terletak hanya beberapa meter dari kandang tempat ayam-ayam itu tinggal di al Zeitoun sebelah tenggara Jalur Gaza.
Segerombol pasukan Israel datang tiba-tiba dengan tank dan buldozer, menembaki kemudian meratakan semua bangunan yang ada di al-Zeitoun, termasuk peternakan ayam tersebut. Ribuan ayam terjebak di dalamnya. Sebagian langsung mati dan sebagiannya lagi mati perlahan akibat kekurangan pakan dan minum dalam jangka waktu empat hari.
Abu Ahmed al-Sawafari, pemilik peternakan ayam tersebut, memaparkan “Saya bekerja sebagai peternak sudah cukup lama. Saya mengembangkan usaha ini mati-matian. Dan orang-orang Israel itu tiba-tiba datang kemudian meninggalkan bencana di wilayah kami. Mereka telah membunuh ayam-ayam ini, yang sebenarnya memiliki jiwa yang sama seperti manusia. Ayam-ayam ini melemah dan perlahan mati karena kelaparan. Saya heran, mengapa tentara Israel membunuh ayam-ayam ini? Apakah mereka (ayam-ayam ini) juga menembakkan roket ke Israel?”
Aroma kematian menyesaki ruang-ruang udara di sekitar peternakan tersebut. Beberapa ayam yang selamat terlihat berjalan mengelilingi ribuan ‘saudara’-nya yang mati. Dan pertanyaan besar masih menyelimuti tempat itu: mengapa?
Jika saja pertanyaan tersebut langsung ditanyakan pada pasukan Israel, maka sudah bisa ditebak dan dipastikan jawaban macam apa yang akan mereka keluarkan. Mereka ingin melakukan pembalasan atas roket-roket yang diluncurkan dari peternakan tersebut. Atau, di area tersebut bersembunyi para pejuang Palestina yang harus mereka basmi.
Walaupun tentara Israel telah mempersiapkan diri untuk mengklaim ayam-ayam tersebut merupakan para pejuang Palestina atau wilayah peternakan tersebut sebagai tempat dimana roket-roket yang meluncur ke dalam wilayah Israel ditolakkan, semua itu tetap tidak pernah cukup untuk menjelaskan mengapa pengakuan mereka sebagai “tentara paling bermoral” terus-menerus meminta tumbal, yakni pembunuhan besar-besaran atas rakyat sipil atau bahkan ayam-ayam tersebut, di Palestina. (Althaf/arrahmah.com)