Kecemasan kini menghantuai warga Palestina di Jalur Gaza. Mereka mengkhawatirkan potensi eskalasi serangan Israel dan perluasan aksi-aksi militer mereka di Jalur Gaza setelah kegagalannya menghadapi para pejuang Hizbullah di Libanon.
Kemungkinan akan meluasnya serangan ke wilayah Palestina, juga untuk memperbaiki citrapemerintah Israeldi hadapan rakyatnya karena jatuhnya banyak korban jiwa dan materi dalam perang darat yang panas dengan para pejuang Hizbullah di selatan Libanon.
Seorang pengamat politik Palestina, Prof. Manar Said melihat bahwa kekalahan yang dialami militer Zionis Israel di tangan pejuang Libanon akan mereka balas dengan kepala-kepala orang Palestina di Jalur Gaza. Dia menjelaskan, militer Israel akan mengempur perlawanan Palestina yang tidak memiliki alat perlawanan kecuali senjata-senjata kuno dan buatan lokal, sebagai upaya untuk memperbaiki citranya dengan menciptakan kerugian besar-besaran pada rakyat Palestina.
Menurut Said, serdadu Israel (Ghilad Shalit) yang ditawan pejuang perlawanan Palestina akan menjadi penggerak utama bagi aksi-aksi militer Zionis Israel di waktu mendatang ke wilayah Jalur Gaza. Tujuannya untuk menekan penduduk dan perlawanan agar menyerahkan serdadunya yang ditawan di Gaza sejak 25 Juni lalu.
Apa yang diisyaratkan Said ini di-amini berbagai kalangan Palestina di Jalur Gaza yang sampai hari ini terus membicarakan dan mendiskusikan potensi eskalasi agresi ini.
Seorang analis khusus masalah politik Israel, Shaleh an Na’ami menyatakan wajar jikamasyarakat Palestinacemas akanpotensi eskalasi serangan Israel ke Jalur Gaza. Menurutnya, di balik aksi-aksi tersebut penjajah Israel memiliki tujuan untuk menekan perlawanan Palestina dan mengabaikan tuntutan Palestinayang memintapertukaran tahanan dengan pembebasan serdadu Israel yang ditawan.
Kepada kantor berita alJazeera, Na’ami menambahkan bahwa kuantitas dan kualitas aksi-aksi militer Israel sebelum dan sesudah penawanan serdadunya menunjukkan bahwa Tel Aviv akan tetap melanjutkan siasat (politik) eskalasi serangannya, guna menghancurkan kemampuankelompok pejuang Palestina yang kerapmelepaskan tembakan roket-roketnya dan membuat merekaputus asa untuk merealisasikan tujuan-tujuan merekamelalui gerakan bersenjata.
Dosen Ilmu Politik di Universitas al-Azhar, Gaza, Najee Sharab melihat bahwa aksi-aksi serangan, pendudukan, penangkapan, pembunuhan, penghancuran rumah-rumah dan target warga sipil yang dilakukan militer Israel di Jalur Gaza berjalan dalam satulajur yang sistematis dan terprogram.
Menurut Sharab, target-target aksi militer Zionis Israel di Jalur Gaza berbeda dengan agresi di Libanon. Dia menegaskan, serangan Israel ke Jalur Gaza tidak dimaksudkan untuk menduduki kembali wilayah Jalur Gaza yang telah ditinggalkan pada 12 September 2005 lalu itu. Serangan militer Israel, baik secara terbatas maupun meluas di Jalur Gaza bertujuan untuk menggagalkan pemerintahan Palestina yang dibentuk gerakan Hamas. Target lain adalah untuk mendorong ke arah babak politik Palestina baru yang dipenuhi dengan kekacauan dan perang internal, di samping untuk melumpuhkan kemampuan perlawanan Palestina.
Dia menjelaskan bahwa militer Zionis Israel dengan aksi militer yang dilakukannya di Jalur Gaza, tidak akan menjadi alternatif yang memungkinkan Israel mengembalikan prestisenya. (era)