Demam dan optimisme yang tiba-tiba bergema di penjuru dunia, tidak berarti apa-apa untuk Leila Khalil, pelantikan Obama yang digaung-gaungkan ke seluruh dunia, sungguh, hanya direspon dengan datar.
“Obama tidak akan menghidupkan suamiku kembali,” ujar muslimah yang menjadi janda akibat invasi yang dilakukan zionis Israel selama lebih dari tiga pekan.
Di saat banyak orang yang berharap pada Obama, penduduk Gaza tidak ingin menaruh harapan sedikitpun.
Laila, perempuan yang kehilangan suaminya saat bom-bom Israel menghantam sekolah-sekolah PBB di Gaza, mengatakan pemimpin AS yang baru tidak akan mengembalikan apa-apa yang telah hilang dari dirinya.
“Obama tidak akan memperbaiki rumah kami yang telah hancur saat tentara Israel melakukan penggerebekan.”
Laila tidak sendiri. Di sana terdapat banyak penduduk Gaza yang enggan menaruh harapan pada Obama.
“Tidak ada presiden Amerika yang akan mengganti kerugian dalam perang ini, baik materi maupun moril,” ungkap Samih Zouhdi, 53.
Untuk Ummu Muhammad, Obama tidak akan membawa perbaikan untuk trauma yang dialami anak-anak Gaza.
“Baik Bush ataupun Obama tidak akan mampu menghilangkan ketakutan-ketakutan kami dan tidak akan merubah rumah-rumah kami menjadi seperti dulu.”
1.300 nyawa gugur oleh invasi zionis Israel termasuk diantaranya 410 nyawa anak-anak.
Serangan gencar yang dilakukan zionis Israel melemahkan sendi-sendi kehidupan di Gaza. Lebih dari 200.000 orang harus mengungsi karena mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal. Tidak ada makanan, listrik, dan air bersih.
Pro-Israel AS
Khalil al-Attar, seorang pegawai sipil, meyakini bahwa Obama tidak akan mengubah kebijakan AS yang selama ini pro-israel.
“Ia akan bertindak seperti yang diinginkan oleh orang-orang yang memilihnya,” ujar Khalil.
“Keinginan mereka sama dengan keinginan Israel untuk penduduk Palestina.”
Di hadapan para pemilih Yahudi, Obama sering sekali mengatakan akan mendukung Israel selama kampanyenya.
Dia mendukung sepenuhnya kepada American Israel Public Affairs Council (AIPAC) untuk melobi Al-Quds agar menjadi ibukota Israel “sepenuhnya”.
“Jika kita tidak bisa berharap pada presiden-presiden Arab, bagaimana kita bisa berharap pada presiden Amerika? Sedangkan mereka seluruhnya mendukung Israel sepenuhnya,” ungkap Khalil. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)