Putra dari Ummu Ahmad tengah menangis. Dia mencari-cari makanan untuknya, namun dia tidak menemukan apapun.
“Apakah kamu memiliki roti?” ujar Ummu Ahmad kepada tetangganya.
“Di sini,” ujar Ummu khaled, menjulurkan tangannya dengan sedikit roti yang masih dia miliki.
“Jika kita tidak berdiri dengan siapapun, siapa yang akan berada di samping kita?”
Bombardir tentara Israel ke wilayah Gaza, menjadikan kehidupan mereka tidak normal lagi.
Hanya 14 toko roti dari 47 yang kini masih beroperasi. Dan mereka membuka tokonya dengan kapasitas yang sedikit, itupun hasil uluran tangan para relawan yang membantu.
Amaya, ibu dari 7 anak, sangat gembira saat dirinya mendapatkan tepung untuk dijadikan roti. Namun akhirnya dia berfikir, bagaimana caranya membuat roti tanpa ada gas (kompor) untuk membuatnya?
“Coba kunjungi tetangga kita,” ujar suami Amaya.
Beberapa menit kemudian, suaminya telah kembali ke rumah dengan roti di tangannya.
“Solidaritas di antara kami, memberikan kegembiraan di tengah-tengah penderitaan kami.”
Solidaritas
Abu Sami memberikan sedikit uang yang ia miliki untuk tetangganya yang membutuhkan.
“Kami harus bekerja untuk memberikan ketenangan disamping penderitaan dan luka-luka kami.”
Abu Anas menyumbangkan baju-bajunya dan barang-barang apapun yang ia miliki untuk diberikan kepada penduduk Gaza.” ujarnya.
“Banyak orang yang menyumbangkan barang-barangnya untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Ini adalah rahmat dari Allah yang menjadikan mereka saling membantu.”
Tentara Israel, hingga kini telah memakan nyawa 822 lebih penduduk Gaza dan melukai lebih dari 3.350 lainnya.
Ratusan rumah dan bangunan lainnya termasuk sekolah-sekolah dan mesjid-mesjid ikut dihancurkan. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)