Ibrahim Ayad, 12, bercucuran air mata saat ia tidak lagi dapat memainkan senjata mainan favoritnya
“Kami tidak bisa main di jalan-jalan karena berbahaya. Kami juga tidak dapat pergi ke taman-taman juga karena berbahaya. Kini, kami tidak dapat memainkan senjata mainan kesukaan kami karena para tentara tidak menyukainya,” rengek Ayad.
Ayad tidak dapat memainkan pistol mainannya di jalan-jalan di Baghdad tanpa mendapatkan pertanyaan dari tentara untuk segera menyerahkan “pistolnya”.
Militer AS telah merilis video untuk penduduk Irak, memperingatkan para orang tua tentang “bahaya” senjata mainan.
Pemerintah boneka Irak ikut melarang digunakannya senjata mainan. Jika kedapatan mereka memainkannya di jalan, maka “senjata” tersebut harus diserahkan ke militer AS atau Irak yang ditemui.
AS dan pemerintah Irak membantah pelarangan ini karena ketakutan mereka jika suatu saat tidak dapat membedakan senjata mainan dan senjata asli yang dipegang anak-anak.
“Semakin hari, senjata mainan semakin mirip dengan aslinya,” ujar Letnan Kolonel Haydar Muwalim, seperti yang dilansir islamonline.
“Walaupun kami tahu senjata tersebut tidak dapat mengeluarkan peluru, namun militer memiliki cukup alasan untuk menindak dengan serius saat salah seorang anak tiba-tiba mengarahkan “senjatanya” kepada mereka (militer),” tambahnya.
“Militer tidak memiliki waktu untuk memastikan apakah senjata itu asli atau bukan.”
Sejak invasi AS pada tahun 2003, Irak telah mengalami kekerasan yang sangat parah dengan jatuhnya puluhan ribu korban sipil.
Argumentasi militer AS dan pemerintah Irak tidak dapat diterima Ayad dan anak-anak Irak lainnya.
“Mengapa hanya anak-anak Irak yang dilarang memainkan apa yang ia sukai seperti apa yang disukai anak-anak lainnya di dunia?” ujar Ayad dengan menggerutu.
Beberapa orang tua juga tidak menyetujui pelarangan mainan tersebut.
“Aku tidak merasa ada yang salah dengan memberikan anak-anakku pistol mainan,” ujar Abu Kareem, seorang ayah dari dua anak.
Tentara AS beru-baru ini menangkap seorang anak yang menodongkan “senjatanya” ke tentara AS.
Anak tersebut kemudia dilepaskan karena terbukti senjatanya hanyalah senjata mainan. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)