Amerika (arrahmah.com) – Menjelang berakhirnya pemerintahan Bush, para pejabat teras negara ini mengakui kegagalan dalam mencapai tujuan mereka. Menlu AS, Condoleezza Rice dalam wawancaranya dengan Kantor Berita Perancis, AFP, mengakui anjloknya popularitas AS di dunia Arab.
Meski demikian, Rice mengklaim bahwa AS akan meraih kembali popularitasnya di dunia Arab. Rice menyampaikan statemen ini beberapa hari pasca pelemparan sepatu yang dilakukan wartawan al-Baghdadia Iraq, Muntazer al-Zaidi, ke arah presiden AS, George W. Bush di Baghdad dalam jumpa pers bersama Perdana Menteri Nouri Maliki.
Selama delapan tahun kepemimpinan Bush dan kubu neo konservatif di Gedung Putih, Timur Tengah menjadi pusat perhatian politik luar negeri dan keamanan AS. Pasca Peristiwa 11 September, Bush dibanding presiden AS sebelumnya lebih menaruh perhatian pada masalah Timur Tengah.
Selama AS menggelar dua perang di Iraq dan Afghanistan, Washington mennghabiskan dana sebesar 900 milyar dolar yang diambil dari saku para pembayar pajak di Negeri Paman Sam.
Perang di Iraq menelan korban yang sangat besar setelah perang Vietnam. Pada saat yang sama, Bush dan para penasehatnya berulang kali mengklaim menghadiahkan kebebasan bagi jutaan rakyat kawasan dan menyelamatkan Timur Tengah dari tangan diktator Saddam dan rezim Taliban. Seluruh jajak pendapat pada tahun-tahun terakhir ini menunjukkan bahwa sentimen anti AS di Timur Tengah kian meningkat.
Mayoritas analis politik AS berkeyakinan bahwa pemerintahan Bush dengan anggaran besar yang mencapai ratusan milyar dolar, tidak hanya kehilangan popularitas, tapi malah mendongkrak rasa kebencian warga Timur Tengah dan terhadap AS yang tidak dapat dipungkiri lagi.
Pendudukan tanah Iraq, pembunuhan rakyat negara ini, penjara Abu Ghuraib, dukungan membabi buta terhadap Zionis Israel, upaya mengubah dan mengkudeta pemerintahan negara-negara, penyebaran sentimen anti Islam, keterlibatan dalam tragedi kemanusiaan di Gaza, semua itu merupakan bukti kinerja Presiden Bush selama delapan tahun di Timur Tengah.
Selain itu, masyarakat Timur Tengah dan dunia tak melupakan statemen penghinaan Rice terkait pembantaian rakyat sipil Libanon dalam perang 33 hari. Untuk itu, mengembalikan popoularitas di Timur Tengah merupakan mimpi AS yang tak bakal terwujud. (Prince Muhammad/hidayatullah)