Dengan eksekusi hukuman gantung Saddam Hussein, maka terkuburlah semua “rahasia” yang hanya diketahui Saddam dan orang-orang terdekatnya. Begitulah analisa yang dilontarkan sejumlah pejabat dan analis Barat soal eksekusi mantan penguasa Irak yang terkesan mendadak dan terburu-buru itu.
Para pejabat dan analis Barat itu mengatakan, ada kalangan yang takut rahasianya terbongkar jika Saddam Hussein dibiarkan hidup lebih lama, yang tentu saja menimbulkan implikasi memalukan bagi orang-orang bersangkutan.
“Ada rahasia-rahasia yang hanya diketahui Saddam dan orang-orang terdekatnya, yang juga dijatuhi sangsi hukuman mati,” kata Muhammad al-Sheikhli, direktur Iraqi Transitional Justice Center.
“Mereka bukan hanya mengeksekusi Saddam, tapi juga mengubur kebenaran bersamanya,” sambung al-Sheikhli seperti dikutip Islamonline.
Para analis meyakini, salah satu peristiwa penting yang tidak terkuak adalah peristiwa Anfal, yang terjadi antara tahun 1980-1988 di mana diterapkan kebijakan militer untuk menyerang etnis Kurdi di Irak. Para jaksa yang mengadili Saddam Hussein menyebutkan, kebijakan itu sedikitnya telah menelan korban 180 ribu warga Kurdi yang kebanyakan tewas akibat di gas.
Kasus Anfal, ternyata bukan hanya melibatkan militer Irak, tapi negara-negara lain termasuk AS. Bisa dibayangkan dampak yang akan muncul jika Saddam Hussein dan orang-orang terdekatnya buka mulut tentang hal ini.
“Belakangan, dalam proses pengadilan kasus Anfal, terungkap adanya sebuah protokol rahasia antara rejim Saddam dan pemerintah Turki pada saat itu untuk melakukan kesepakatan dengan etnis Kurdi yang berada di utara Irak sebelum serangan terjadi,” papar al-Sheikhli.
Oleh Turki dan AS, Partai Buruh Kurdi (PKK) dianggap sebagai kelompok separatis bersenjata dan dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris. Kelompok ini selama bertahun-tahun hidup di wilayah etnis Kurdi di utara Irak.
“Persidangan peristiwa Anfal juga diperkirakan akan membuka keterlibatan Barat, khususnya Jerman, yang telah menyediakan senjata kimia untuk Irak selama delapan tahun perang dengan Iran,” ungkap al-Sheikhli.
“AS seiring sejalan dengan Saddam pasa masa itu dan juga membantu Saddam dalam mendapatkan senjata kimia,” sambungnya.
Dalam buku berjudul “Iraqgate: Saddam Hussein, US Policy and the Prelude to the Persian Gulf War” yang disusun oleh tim pakar Timur Tengah dari Universitas Harvard dan Columbia menunjukkan sejumlah dokumen tentang penyediaan senjata oleh AS untuk Irak saat pecah perang Irak-Iran.
Para pakar meyakini, eksekusi terhadap Saddam Hussein yang terkesan begitu cepat bertujuan untuk melindungi sejumlah pejabat pemerintahan Irak yang saat ini masih berkuasa, yang tangannya juga berlumuran darah.
“Terungkapnya rahasia kampanye Anfal akan membuat malu tokoh-tokoh penting di pemerintahan Irak sekarang, termasuk penasehat keamanan presiden Wafiq al-Samarrai,” kata Ragai al-Fayed, analis masalah-masalah Irak asal Mesir.
Samarrai adalah kepala intelejen Irak saat Saddam masih berkuasa. Dia juga mengepalai unit Iran di dinas intelejen militer Irak saat perang Iran-Irak. Kalangan partai Bath menilai Samarrai berada di balik peristiwa Anfal dan Halabja.
Namun kenyataannya, pemerintahan Nuri al-Maliki melakukan eksekusi Saddam, meski kalangan Kurdi meminta agar eksekusi dilakukan setelah kasus Anfal yang menimbulkan banyak korban dari etnis Kurdi, benar-benar terungkap.
Kini banyak kalangan etnis Kurdi yang mempertanyakan,”Mengapa mereka tidak menunggu untuk mengeksekusinya, sampai kasus Anfal benar-benar selesai?” (ln/iol)