GAZA (Arrahmah.id) – Militer ‘Israel’ mengumumkan bahwa pasukannya memulai invasi darat di lingkungan Shujaiya di Jalur Gaza utara, meningkatkan serangannya terhadap daerah kantong Palestina tersebut.
Juru bicara militer ‘Israel’, Avichay Adraee, mengatakan peningkatan ofensif tersebut bertujuan untuk “memperdalam kontrol wilayah” dan memperluas apa yang disebut “zona keamanan”, yang tampaknya merujuk pada zona penyangga ‘Israel’di sepanjang pagar pembatas Gaza.
Sebagai bagian dari operasi tersebut, pasukan tersebut menewaskan sejumlah “teroris” dan menghancurkan “infrastruktur teroris,” termasuk pusat komando dan kontrol yang digunakan oleh Hamas, klaimnya. Seorang ibu Palestina dan anaknya termasuk di antara korban pada Jumat pagi (4/4/2025).
Militer juga mengeluarkan ancaman pemindahan paksa kepada penduduk lingkungan tersebut, yang memaksa mereka meninggalkan rumah dan harta benda mereka.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) merilis peta pada hari Jumat yang mengungkap bahwa 65 persen wilayah Gaza sekarang merupakan zona “terlarang” militer ‘Israel’ atau menjadi sasaran perintah pemindahan paksa.
Menteri Pertahanan ‘Israel’ juga mengumumkan perluasan besar serangan darat ‘Israel’ terhadap Gaza, dengan menjanjikan akan merebut sebagian besar wilayah kantong Palestina tersebut dan menggabungkannya ke dalam apa yang disebut zona “keamanan”.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (2/4), Israel Katz mengatakan pasukan ‘Israel’ akan bergerak untuk membersihkan wilayah “dari teroris dan infrastruktur, dan merebut wilayah yang luas yang akan ditambahkan ke wilayah keamanan Negara Israel”.
Namun, Katz tidak menjelaskan berapa banyak tanah yang ingin direbut ‘Israel’.
Militer ‘Israel’ telah mendirikan zona penyangga yang signifikan di Gaza, memperluas area yang ada di sekitar tepian daerah kantong itu sebelum perang, dan menambahkan area yang luas di apa yang disebut Koridor Netzarim di bagian tengah wilayah tersebut.
Pada Rabu (2/4), Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan tersebut “merebut wilayah” dan “membagi” Gaza.
Pada Kamis (3/4), ratusan ribu warga Palestina meninggalkan kota selatan Rafah dan daerah sekitarnya, saat pasukan darat ‘Israel’ maju untuk menciptakan koridor yang baru diumumkan Netanyahu, “Poros Morag”.
Namun, pergerakan terhambat oleh sedikitnya tiga serangan Israel terhadap dua jalan utama menuju utara.
“Poros Morag” sebagian besar terdiri dari lahan pertanian yang terletak di antara Khan Younis dan Rafah, membentang dari timur ke barat melintasi Jalur Gaza.
Wilayah ini juga mencakup sebagian wilayah yang sebelumnya ditetapkan oleh militer Israel sebagai “zona kemanusiaan”.
Nama “Morag” yang digunakannya merujuk pada permukiman ilegal ‘Israel’ yang didirikan di wilayah tersebut antara 1972 dan 2005.
Masih belum jelas apa yang dimaksud Netanyahu dengan “merebut” wilayah tersebut.
Pasukan darat dan udara ‘Israel’ terus menyerang Rafah sejak mereka melanjutkan pengeboman daerah kantong yang terkepung itu bulan lalu.
Mereka telah membunuh lebih dari 1.000 warga Palestina sejak saat itu, dan lebih dari 50.400 sejak Oktober 2023.
Pasukan telah menyerbu lingkungan permukiman penting di kota tersebut – yang padat penduduk sebelum perang – dan membunuh warga sipil tanpa pandang bulu, termasuk mengeksekusi petugas medis, sementara memaksa puluhan ribu orang mengungsi dengan berjalan kaki.
Militer mengatakan tujuannya adalah untuk “mengepung” Rafah.
Menurut Channel 12 Israel, pemisahan Khan Yunis dan Rafah merupakan bagian dari rencana militer untuk melaksanakan usulan Presiden AS Donand Trump untuk mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza.
Sebuah sumber pertahanan mengatakan kepada surat kabar ‘Israel’ Haaretz bahwa mereka terkejut dengan pengumuman Netanyahu bahwa tentara telah merebut “poros Morag”.
Sumber itu mengatakan rencana militer untuk mengendalikan wilayah yang memisahkan Rafah dan Khan Yunis belum disetujui, dan pengungkapannya dapat membahayakan pasukan.
Masih belum jelas bagaimana rute itu bisa dihubungkan ke laut, karena melewati “zona kemanusiaan”, sumber itu menambahkan.
Netanyahu menjelaskan bahwa tujuan menguasai wilayah tersebut adalah untuk “memecah belah” Jalur Gaza dengan memutus Rafah dari Khan Yunis dan “meningkatkan tekanan selangkah demi selangkah sehingga mereka mau menyerahkan sandera kami”.
Pasukan ‘Israel’ sebelumnya berupaya mengendalikan koridor timur-barat di Gaza utara, sejajar dengan apa yang disebut “poros Morag”, sebagai bagian dari strategi militer untuk meningkatkan tekanan pada wilayah tertentu.
Pada awal perang, mereka menguasai apa yang disebut Koridor Netzarim, yang terletak di antara Kota Gaza dan Gaza tengah, menghalangi pergerakan orang antara wilayah utara dan selatan daerah kantong itu.
Saat ini, pasukan ‘Israel’ menguasai Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir di Rafah selatan.
Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata bulan Januari, pasukan Israel seharusnya mundur dari Koridor Philadelphia pada akhir tahap pertama, sebuah klausul yang gagal mereka hormati.
Netanyahu menyebut “poros Morag” sebagai rute “Philadelphia Kedua”. (zarahamala/arrahmah.id)